Senin, 26 Desember 2011

Surat Kedua Rasul Paulus kepada Timotius

Penulis : Paulus
Tema : Bertekun dengan Ketabahan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 67

Latar Belakang

Inilah surat terakhir Paulus. Pada saat menulis surat ini, kaisar Nero sedang berusaha untuk menghentikan perkembangan kekristenan di Roma dengan penganiayaan yang bengis terhadap orang percaya; Paulus sekali lagi menjadi tahanan negara di Roma (2Tim 1:16). Dia menderita kekurangan sebagai seorang penjahat biasa (2Tim 2:9), ditinggalkan oleh kebanyakan sahabatnya (2Tim 1:15), dan sadar bahwa pelayanannya sudah berakhir dan kematiannya sudah dekat (2Tim 4:6-8,18).

Paulus menulis kepada Timotius sebagai "anakku yang kekasih" (2Tim 1:2) dan teman sekerja yang setia (bd. Rom 16:21). Hubungan yang erat serta kepercayaannya terhadap Timotius dilihat dalam halnya Paulus menyebutkan Timotius ikut terlibat dalam mengirimkan enam buah surat, kehadiran Timotius dengan Paulus dalam tahanan yang pertama (Fili 1:1; Kol 1:1; File 1:1) dan kedua surat pribadi kepadanya. Pada saat Paulus menghadapi kemungkinan dihukum mati adalah dekat, dua kali ia minta Timotius menemaninya di Roma (2Tim 4:9,21). Ketika Paulus mengirim surat kedua ini, Timotius masih berada di Efesus (2Tim 1:18; 2Tim 4:19).

Surat ini sebagian besar berisi nasihat-nasihat pribadi kepada Timotius. Inti nasihatnya ialah supaya Timotius tabah. Ia dinasihati dan didorong supaya terus setia menyebarkan berita tentang Tuhan Yesus Kristus serta berpegang pada Perjanjian Lama dan ajaran tentang Injil dari Tuhan; juga supaya Timotius tetap bertugas sebagai guru dan pemberita Injil dari Tuhan, sekalipun menghadapi penderitaan dan pertentangan. Surat ini dimaksudkan agar Timotius semangat mengabarjan firman Tuhan dan menjadi penerus Paulus. Timotius khusus diperingatkan supaya tidak turut campur dalam perdebatan-perdebatan yang bodoh dan tak bernilai. Perdebatan-perdebatan seperti itu tidak menghasilkan apa-apa, kecuali merusak pikiran orang yang mendengarnya.

Terhadap semuanya itu Timotius diingatkan supaya mengambil contoh dari kehidupan Paulus -- yaitu kepercayaannya kepada Kristus, kesabarannya, kasihnya, ketabahannya dan penderitaan yang dialaminya dalam penganiayaan. Surat ini diasumsikan ditulis pada saat Paulus mencapai akhir masa kehidupannya dan melalui surat ini, Paulus berharap Timotius menjadi penerusnya.

Jumat, 23 Desember 2011

EKARISTI: Tatacara Ibadah yang Diajarkan oleh Para Rasul dan Jemaat Perdana

Seringkali terdengar pertanyaan yang mempertanyakan dan meragukan bahwa tatacara ibadah yang dilakukan oleh umat Gereja Katolik setiap hari Minggu - yaitu Perayaan Ekaristi - adalah hanya 'rekayasa', tidak memiliki dasar Alkitabiah dan tidak diajarkan/diwariskan oleh para Rasul. Untuk sekedar memberi gambaran bahwa tatacara Perayaan Ekaristi adalah benar ajaran dan warisan Para Rasul dan telah dikenal sejak Jemaat Perdana, ada baiknya kita mengenal dan mengetahui sedikit tulisan St. Yustinus (martir). Saya sungguh bersyukur bahwa St. Yustinus menjadi nama baptis saya. Suatu kebanggaan tersendiri bahwa St. Yustinus yang hidup di awal-pertengahan Abad II adalah salah satu orang kudus yang menulis tentang tata ibadah yang selalu diadakan oleh Jemaat Perdana, sehingga daripadanya kita mengenal bagaimana Jemaat Perdana (Kisah Para Rasul) melakukan kebaktian/ibadah.


St. Yustinus Martir adalah seorang Bapa Gereja di abad awal yang menulis tentang pengajaran iman Kristiani. Ia adalah seorang filsuf Kristen dan seorang apologist, kelahiran Flavia Neapolis yang wafat 165 AD sebagai martir di Roma. Setelah pertobatannya menjadi Kristen St. Yustinus mengajar di Efesus sampai tahun 135, maka diperkirakan ia mempelajari tentang iman Kristen di sana, kemungkinan dari para murid Rasul Yohanes yang hidup di Efesus. Buku St. Yustinus yang terkenal antara lain adalah First Apology, yang di dalamnya memuat ajaran tentang Ekaristi dan Liturgi. Dalam bab 61-67 St. Yustinus menuliskan secara ringkas tentang tata cara penyembahan Kristiani. Ia memulai dengan Liturgi Baptisan yang disebutnya dengan “Penerangan” (illumination). Pada bab 65-66, ia menuliskan tentang Ekaristi demikian:

Kamis, 22 Desember 2011

Penggenapan Kitab Wahyu dalam Perayaan Ekaristi (II)

Saya berdiri di sana dengan sembunyi-sembunyi, seorang pendeta Protestan dalam pakaian preman, menyelinap masuk ke bagian belakang sebuah kapel Katolik di Milwaukee untuk menyaksikan Misa Kudus saya yang pertama. Rasa ingin tahu telah membawa saya kesana, dan saya masih ragu bahwa ini adalah rasa ingin tahu yang sehat. Selama mempelajari tulisan-tulisan umat Kristen perdana, saya menemukan referensi yang tak terhitung banyaknya kepada "LITURGI", "EKARISTI", "KURBAN". Bagi umat Kristen perdana tersebut, Alkitab, buku yang paling saya cintai, tidak bisa terlepaskan dari acara ritual yang sekarang ini oleh umat Katolik disebut sebagai "Misa Kudus".

Saya ingin memahami pemikiran umat Kristen perdana, akan tetapi saya tidak punya pengalaman sedikitpun menyangkut liturgi. Jadi saya membujuk diri saya sendiri untuk pergi dan melihat, semacam latihan akademis, tetapi dengan tetap bersikeras bahwa saya tidak akan berlutut ataupun ikut mengambil bagian dalam penyembahan berhala ini.

Saya mengambil tempat duduk di bagian yang terlindung, di barisan yang paling belakang dari kapel di lantai dasar tersebut. Di depan saya ada sekelompok umat Katolik yang lumayan jumlahnya, laki-laki dan perempuan dari segala umur. Sikap mereka sewaktu berlutut mengesankan saya, seperti juga agaknya konsentrasi mereka sewaktu berdoa. Kemudian sebuah bel berbunyi dan mereka semua berdiri ketika imam (romo/father) muncul dari pintu yang terletak di samping altar.

Tidak tahu mesti berbuat apa, saya tetap duduk. Selama bertahun-tahun sebagai evangelis dari aliran Calvinis, saya telah diajarkan untuk percaya bahwa Misa Kudus adalah penghinaan terbesar yang dilakukan oleh manusia (terhadap iman Kristiani). Saya telah diajarkan bahwa Misa Kudus adalah ritual yang dibuat untuk "mengurbankan kembali Yesus Kristus." Jadi saya akan tetap sebagai seorang pengamat. Saya akan tetap duduk dengan Alkitab saya terbuka di samping saya.

Penggenapan Kitab Wahyu dalam Perayaan Ekaristi (I)

Dari segala hal seputar iman Katolik, tidak ada hal lain yang lebih kita kenal lebih daripada Misa Kudus. Dengan doa-doa yang sudah sangat tua usianya, himne-himne, posisi kita pada waktu Misa, Misa Kudus seperti layaknya kita di rumah sendiri. Akan tetapi banyak sekali umat Katolik menghabiskan seumur hidupnya tanpa mampu melihat lebih daripada mengucapkan doa-doa yang sudah dihafalkan. Sangat sedikit sekali dari umat Katolik bisa mengintip DRAMA SUPERNATURAL yang LUAR BIASA sewaktu mereka mengikuti ritual Misa Kudus setiap hari Minggunya. Sri Paus Yohanes Paulus II menyebutkan bahwa Misa Kudus adalah "Surga di bumi", sambil menjelaskan bahwa "liturgi yang kita rayakan di bumi adalah partisipasi yang misterius dari liturgi surgawi."

Misa Kudus begitu sangat kita kenal. Di lain pihak, Kitab Wahyu tampak asing dan penuh teka-teki. Halaman demi halaman mengisahkan gambaran-gambaran yang menyeramkan: peperangan, wabah penyakit, binatang-binatang dan malaikat-malaikat, sungai darah, katak jadi-jadian, dan naga berkepala tujuh. Dan figur yang paling baik adalah anak domba yang bertanduk tujuh dan bermata tujuh. "Kalau ini baru kulitnya saja", demikian sebagian umat Katolik berkata, "Saya rasa saya tidak ingin melihat lebih jauh."

Dalam buku ini, saya ingin menawarkan sesuatu yang sangat sulit dicerna. Saya akan mengatakan bahwa KUNCI untuk memahami Misa Kudus tidak lain adalah Kitab Wahyu, dan lebih jauh lagi, bahwa Misa Kudus adalah SATU-SATUNYA cara umat Kristen bisa memahami isi Kitab Wahyu.

Kalau Anda tidak percaya, anda mesti tahu bahwa anda tidak sendirian. Ketika saya mengatakan kepada seorang teman bahwa saya sedang menulis tentang Misa Kudus sebagai kunci (untuk memahami) Kitab Wahyu, dia tertawa dan berkata, "Kitab Wahyu? Itu kan cuma berisi hal-hal yang aneh."

Rabu, 21 Desember 2011

Dasar Alkitabiah Sakramen Pengampunan Dosa

Pada masa adven ini, beberapa umat Gereja Katolik mengaku sudah tidak melakukan pengakuan dosa kepada imam selama bertahun-tahun, karena mereka beranggapan dan terpengaruh oleh pendapat bahwa tidak diperlukan pengakuan dosa bagi pengampunan dosa, lagipula tidak ada dasar Alkitab tentang Sakramen tersebut. Sehubungan dengan hal ini, beberapa pertanyaan sering dilontarkan kepada Gereja Katolik tentang Penerimaan Sakramen Pengampunan Dosa atau Sakramen Tobat, yaitu: "Mengapa dalam Gereja Katolik ada Sakramen Tobat?" Dua alasan yang sering diajukan adalah :

Bukankah hanya Allah yang berkuasa mengampuni dosa?, dasarnya adalah Mark 2:7 dan 1 Yoh 1:9 dst.
Terhadap hal ini Gereja dapat memberikan keberatan antara lain:
  • Bila kita melihat konteks dari Mark 2:7 "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" Jelas disana ungkapan dari musuh-musuh Yesus, yang menganggap Ia menghujat Allah
  • Bila kita melihat konteks 1 Yoh 1:9 "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." Jadi jelas bahwa disini mengandung arti bahwa Allah selalu bersedia untuk mengampuni dosa kita bila kita mengaku dosa dan tidak ada larangan untuk mengakukan dosa kepada Imam atau apapun yang akan kita bahas pada paragraf selanjutnya nanti.
Bukankah dosa itu urusan pribadi Allah dengan kita??.......
Terhadap hal ini kita dapat menjawab bahwa dosa menjadi urusan Gereja karena kita dengan Gereja seluruhnya adalah tubuh mistik Kristus bila kita berdosa yang merasakan akibat dosa itu tidak hanya kita tetapi juga Gereja. Berikut beberapa contoh hal tersebut dalam kitab suci:
  • 1 kor 5:1-5 berbicara tentang Paulus yang menghukum orang yang menikah dengan isteri ayahnya dan memerintahkan supaya orang tersebut dikucilkan dari jemaat dengan maksud supaya pada akhirnya jiwanya diselamatkan.
  • 2 Kor 2:5-11 berbicara tentang Paulus (dan jemaat Korintus) yang mempunyai wewenang untuk mengampuni dosa seorang anggota jemaat.
  • Mat 18:15-20 berbunyi, "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia di bawah empat mata ... Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat."
Ayat-ayat ini mengandaikan bahwa jemaat memiliki kuasa untuk mengadili dan mengampuni dosa anggota jemaat. Ayat-ayat di atas menunjukkan dengan jelas bahwa dosa bukanlah soal pribadi antara si pendosa dan Allah saja! Itu urusan Gereja juga.

Selasa, 20 Desember 2011

Tatacara Pengakuan Dosa dengan Baik dan Benar

Konsili Vatikan II menetapkan bahwa “Upacara dan rumus untuk Sakramen Tobat hendaknya ditinjau kembali sedemikian rupa, sehingga hakekat dan buah sakramen terungkap secara lebih jelas” (Sacrosanctum Concilium, no. 72). Oleh karena itu, Kongregasi untuk Ibadat menerbitkan Ritus Sakramen Tobat pada tahun 1973. Ritus yang baru ini menambahkan pilihan doa-doa, menyediakan bacaan dari Kitab Suci serta memperkenalkan “pelayanan-pelayanan Sakramen Tobat” dengan pengakuan pribadi. Namun demikian, ketentuan tersebut menetapkan, “bagi para imam, dan khususnya para imam paroki dalam melayani individual maupun komunitas, hendaknya menyesuaikan ritus dengan kondisi konkrit peniten (no. 40)”. Sebab itu, pada hari Sabtu sore dengan antrian peniten menunggu giliran mengaku dosa, imam paroki dapat menggunakan ritus yang lebih “efisien”, yang mencakup format tradisional yang biasa dipergunakan dalam pengakuan.

PEMERIKSAAN BATIN

Pengakuan dosa dalam Penerimaan Sakramen Tobat haruslah dimulai dengan pemeriksaan batin. Selalu mulai dengan mengingat. Pikirkan orang-orang yang ada di sekitar kita. Mungkin diawali dengan keluarga. Kemudian yang lainnya juga: sanak saudara, tetangga, rekan sekerja, teman sekolah, orang yang kita potong jalannya di jalan raya minggu lalu, dan sebagainya, dan sebagainya. Pikirkan tentang kejadian-kejadian baru-baru ini dalam hidup kita yang melibatkan orang-orang tersebut. Pengaruh apakah yang kita berikan kepada mereka? Apakah yang telah kita lakukan sehingga menyakiti mereka? Juga, apakah yang seharusnya kita lakukan, tetapi tidak kita lakukan? Adakah seseorang yang membutuhkan pertolongan dan kita tidak menawarkan pertolongan?

Sekarang tarik mundur ingatan agak sedikit jauh ke belakang. Kemungkinan kita tidak melakukan suatu dosa besar atau “dosa berat”, tetapi adakah dosa-dosa yang merupakan kebiasaan, yang kita lakukan dan lakukan lagi. Setetes air hujan mungkin tidak berarti, tetapi jika tetesan-tetesan itu ditampung untuk jangka waktu yang lama, maka tetesan hujan itu dapat mengakibatkan banjir! Suatu ejekan, yang kecil dan sepele - jika diulang dan diulang- dapat menjadi gunung kebencian.
Pada umumnya kita lupa akan sebagian besar perkara yang kita lakukan. Oleh karena itulah suatu sarana sederhana diperlukan untuk membantu. Sarana itu disebut “Pemeriksaan Batin” yaitu suatu daftar pertanyaan untuk diajukan kepada diri sendiri sebelum kita mengaku dosa. Suara Batin atau Hati Nurani adalah kesadaran moral atau etik atas kelakuan kita dengan dorongan untuk memilih yang baik dari yang jahat. Suara batin haruslah dibentuk dalam terang Sabda Allah, yaitu melalui Gereja.

Minggu, 18 Desember 2011

Pesan Natal PGI-KWI 2011

PESAN NATAL BERSAMA
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI) dan
KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI) 
TAHUN 2011

“Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar” 
(Yes. 9:1a)

Saudara-saudari yang terkasih,
segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada,

Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.

Kembali kita sudah berada pula di dalam suasana perayaan kedatangan Dia, yang dahulu sudah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya sebagai “seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah diberikan untuk kita, lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja damai.” (Yes. 9:5). Tokoh inilah yang disebutnya juga di dalam nubuatan itu sebagai “Terang yang besar” dan “yang dilihat oleh bangsa-bangsa yang berjalan dalam kegelapan” (bdk. Yes. 9:1a). Inilah Kabar Gembira tentang kedatangan Sang Juruselamat Yesus Kristus Tuhan kita,, yang dahulu disampaikan oleh para malaikat di padang Efrata kepada para gembala (bdk Luk.2:8-12), dan sekarang disampaikan juga kepada kita semua di sini.

Para gembala di padang Efrata, orang-orang kecil, sederhana dan terpinggirkan di jaman Lukas, menanggapi sapaan ilahi “Jangan takut” (Luk. 2:10) dengan saling mengajak sesama yang dekat dan senasib dengan mereka dengan mengatakan satu sama lain: “Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita” (Luk. 2:15). Para Majus dari Timur, telah menempuh perjalanan jauh sampai ke Yerusalem untuk mencari dan mendapatkan Dia ini, karena “Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia” (Mat. 2:2). Sayang sekali, bahwa di samping para gembala dan para majus dari Timur ini ada juga Raja Herodes, yang juga mendapat tahu tentang kedatangan Dia ini, tetapi dengan berpura-pura mau datang menyembah-Nya, tetapi sebenarnya bermaksud membunuh-Nya dan ketika niat jahatnya ini gagal ia malah melakukan kejahatan lain dengan membunuh anak-anak tak bersalah dari Bethehem (lih. Mat. 2: 8, 10-12).

Sabtu, 17 Desember 2011

Menghirup Udara Katolik

Oleh : David Palm

Saya dan istri dibesarkan sebagai Protestan Evangelikal, dan jika anda memberitahu kami setahun yang lalu bahwa kami akan menjadi Katolik sekarang, kami pasti akan tertawa. Menjadi Katolik bukan merupakan prospek yang kami sukai. Ketika kami pertama kali mulai dipengaruhi secara positif menyangkut hal-hal Katolik, perasaan kami bisa digambarkan sebagai berikut: "Kami telah bertemu sang musuh, dan ialah diri kami sendiri."

Saya menyesal harus menggambarkan hubungan antara kelompok Protestan Evangelikal tertentu dan Gereja Katolik dalam bahasa yang bermusuhan, tetapi demikianlah adanya ketika kami dibesarkan. Kami diajarkan bahwa Gereja Katolik telah merampas kedudukan Alkitab dengan menambahkan lapisan demi lapisan "tradisi manusia" terhadapnya dan bahwa Gereja Katolik menipu berjuta-juta orang dengan mengajarkan mereka bahwa mereka diselamatkan oleh perbuatan baik. Kami adalah Protestan yang setia. Tetapi sekarang, oleh rahmat Tuhan, kami telah melihat bahwa hanya dalam Gereja Katolik ada keutuhan iman Kristiani.

Perjalanan spiritual saya menuju iman Katolik dimulai ketika selesai dari akademi, saya masuk sebuah seminari Protestan Evangelikal yang ternama: Trinity Evangelical Divinity School. Seminari ini sangat terkenal di kalangan Evangelikal karena komitmennya kepada Alkitab sebagai satu-satunya otoritas bagi iman dan praktek Kristiani. Baik pengajar maupun mahasiswa/i-nya dengan keras dan tegas membela otoritas, inspirasi, dan kebenaran Alkitab. Hal ini tidak dilakukan secara tidak intelektual seperti gaya kaum "Fundamentalis". Kami mempelajari bahasa Yunani dan Ibrani, metode eksegesis dan prinsip-prinsip hermenetik (metode penafsiran Alkitab), sejarah dan teologi. Kami membaca karya-karya para teologis liberal dan belajar untuk berdebat dengan mereka dengan memakai argumentasi-argumentasi mereka. Pendeknya, kami menganggap urusan Alkitab suatu urusan yang sangat serius. Sungguh suatu lingkungan yang memberi dorongan bagi kami untuk menggunakan daya pikir kami sendiri dan memformulasikan posisi-posisi teologis yang punya dasar kuat dengan bukti-bukti objektif yang tersedia dalam Alkitab.

Yang menarik adalah bahwa kami tidak pernah membaca tulisan-tulisan para Bapa Gereja Perdana, dan juga termasuk teolog Katolik manapun kecuali Santo Agustinus (karena dia dianggap sebagai semacam pendahulu Calvinisme) dan Santo Thomas Aquinas (karena dampak tulisannya terhadap pemikiran Kristen sangat menonjol sehingga sulit untuk diabaikan). Pada umumnya kami melompat dari jaman para Rasul langsung ke jaman reformasi Protestan, sehingga pengalaman saya terhadap ide-ide Katolik sungguh nyaris tidak ada sama sekali. Akan tetapi ada dua hal yang sangat mempengaruhi pemikiran saya terhadap Katolikisme, meskipun saya tidak menyadarinya pada waktu itu.

Jumat, 16 Desember 2011

Surat Pertama Paulus kepada Timotius

Penulis : Paulus
Tema : Doktrin yang Benar dan Kesalehan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 65 M

Latar Belakang

Surat 1 dan 2 Timotius dan Titus -- biasanya disebut sebagai "Surat-Surat Penggembalaan", adalah surat-surat dari Paulus (1Tim 1:1; 2Tim 1:1; Tit 1:1) kepada Timotius (di Efesus) dan Titus (di Kreta) mengenai pelayanan pastoral di gereja. Beberapa pengeritik telah mempersoalkan kepenulisan Paulus atas surat ini, namun gereja mula-mula dengan tegas menempatkannya sebagai surat-surat Paulus yang asli. Walaupun ada perbedaan gaya penulisan dan kosakata dalam Surat-Surat Penggembalaan dibanding dengan surat kiriman lain dari Paulus, usia lanjut dan perhatian pribadi Paulus terhadap pelayanan Timotius dan Titus dapat menerangkan perbedaan ini dengan cukup menyakinkan.

Paulus menulis surat 1 Timotius sesudah peristiwa-peristiwa yang tercantum dalam pasal terakhir Kisah Para Rasul. Hukuman penjara yang pertama kali dialami Paulus di Roma (Kis 28:1-30) rupanya berakhir dengan kebebasan (2Tim 4:16-17). Setelah itu, menurut keterangan Klemens dari Roma (sekitar tahun 96 M) dan Kanon Muratoria (sekitar tahun 170 M), Paulus meninggalkan Roma menuju ke arah barat ke Spanyol dan di sana melaksanakan pelayanan yang sudah lama dicita-citakannya (bd. Rom 15:23-24,28). Berdasarkan data dalam Surat-Surat Penggembalaan ini, Paulus kemudian kembali ke daerah Laut Aegea (khususnya Kreta, Makedonia, dan Yunani) untuk pelayanan selanjutnya. Sementara waktu ini (sekitar tahun 64-65 M), Paulus menugaskan Timotius sebagai wakil rasuli untuk melayani di Efesus, dan Titus di Kreta. Dari Makedonia, Paulus menulis surat yang pertama kepada Timotius, dan beberapa waktu kemudian dia menulis kepada Titus. Setelah itu, Paulus kembali ditawan di Roma, ketika dia menulis surat yang kedua kepada Timotius, tidak lama sebelum dia mati sebagai martir pada tahun 67\\68 M (lihat 2Tim 4:6-8).

Tujuan

Paulus mempunyai tiga maksud ketika menulis surat ini:

(1) menasihati Timotius sendiri mengenai kehidupan pribadi dan pelayanannya;

(2) mendorong Timotius untuk mempertahankan kemurnian Injil dan standarnya yang kudus dari pencemaran oleh guru palsu; dan

(3) memberikan pengarahan kepada Timotius mengenai berbagai urusan dan persoalan gereja di Efesus.

Kamis, 15 Desember 2011

LUKISAN YANG RUSAK

Peristiwa atau masalah seberat apapun tidaklah terlalu penting, yang penting adalah bagaimana respon kita terhadap masalah itu.
===================================================

Di Eropa ada seorang pelukis terkenal sedang menyelesaikan lukisannya. Lukisan ini adalah lukisan yang sangat bagus dan akan diperlihatkan pada saat pernikahan Seorang Raja terkenal. Sang pelukis sangat senang ketika menyelesaikan lukisannya dan memandangi lukisannya yang berukuran 2x8m dan sambil memandanginya pelukis tersebut tanpa disadari telah berjalan mundur. Dan ketika berjalan mundur pelukis tersebut tidak melihat ke belakang. Dia terus berjalan mundur hingga di belakangnya adalah ujung dari gedung tersebut yang tinggi sekali dan tinggal satu langkah lagi dia akan mengakhiri hidupnya.


Salah seorang melihat pelukis tersebut dan hendak berteriak untuk memperingatkan pelukis tersebut tapi tidak jadi karena dia berpikir mungkin ketika mendengar teriakannya, pelukis itu akan kaget dan malah jatuh ke belakang. Kemudian orang tersebut mengambil kuas dan cat yang berada di depan lukisan tersebut lalu mencoret-coret lukisan tersebut sampai rusak. Pelukis tersebut sangatlah marah dan maju hendak memukul orang tersebut. Tetapi beberapa orang yang ada di situ menghadang dan
memperlihatkan posisi pelukis tadi yang nyaris jatuh.


Rabu, 14 Desember 2011

DASAR ALKITABIAH SYAHADAT PANJANG

Syahadat Nicea-Konstantinopelatau yang lebih dikenal sebagai Syahadat Panjang dapat ditemukan dalam Buku Puji Syukur No.2. Selengkapnya berbunyi :

Aku percaya akan satu Allah,
Bapa yang mahakuasa,
pencipta langit dan bumi,
dan segala sesuatu yang kelihatan
dan tak kelihatan;

dan akan satu Tuhan Yesus Kristus,
Putra Allah yang tunggal.
Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad,
Allah dari Allah,
Terang dari Terang,
Allah benar dari Allah benar.
Ia dilahirkan, bukan dijadikan,
sehakikat dengan Bapa;
segala sesuatu dijadikan oleh-Nya.
Ia turun dari surga untuk kita manusia
dan untuk keselamatan kita.
Ia dikandung dari Roh Kudus,
Dilahirkan oleh Perawan Maria, dan menjadi manusia.
Ia pun disalibkan untuk kita, waktu Pontius Pilatus;
Ia menderita sampai wafat dan dimakamkan.
Pada hari ketiga Ia bangkit menurut Kitab Suci.
Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa.
Ia akan kembali dengan mulia,
mengadili orang yang hidup dan yang mati;
kerajaan-Nya takkan berakhir.

Aku percaya akan Roh Kudus,
Ia Tuhan yang menghidupkan;
Ia berasal dari Bapa dan Putra,
yang serta Bapa dan Putra,
disembah dan dimuliakan;
Ia bersabda dengan perantaraan para nabi.
aku percaya akan Gereja
yang satu, kudus, katolik dan apostolik.
aku mengakui satu pembaptisan
akan penghapusan dosa.
aku menantikan kebangkitan orang mati
dan hidup di akhirat.
amin.

Berikut adalah dasar alkitab Syahadat Nicea Konstantinopel :

Selasa, 13 Desember 2011

Saran Nyanyian Liturgi Tahun 2012 (Tahun B)

27 November 2011: MINGGU ADVEN I
Bacaan: Yes. 63:16b-17; 64:1,3b-8; Mzm. 80:2ac,3b,15-16,18-19; 1 Kor. 1:3-9; Mrk,13:33-37
Saran Nyanyian: PS 437, 438, 441, 443, 445, 718, 720, 865, 951

4 Desember 2011: MINGGU ADVEN II
Bacaan: Yes. 40:1-5,9-11; Mzm. 85:9ab-10,11-12,13-14; 2 Ptr. 3:8-14; Mrk. 1:1-8
Saran Nyanyian: PS 439, 443, 444, 445, 449, 598, 718, 815, 962

11 Desember 2011: MINGGU ADVEN III
Bacaan: Yes. 61:1-2a,10-11; Luk. 1:46-48,49-50,53-54; 1 Tes. 5:16-24; Yoh. 1:6-8,19-28
Saran Nyanyian: PS 326, 440, 448, 449, 674, 720, 840, 960

18 Desember 2011: MINGGU ADVEN IV
Bacaan: 2Sam. 7:1-5,8b-12,14a,16; Mzm. 89:2-3,4-5,27,29; Rm. 16:25-27; Luk. 1:26-38
Saran Nyanyian: PS 440, 445, 448, 449, 450, 549, 720, 721, 868, 955

25 Desember 2011: MINGGU, MALAM NATAL
Bacaan: Yes. 9:1-9; Mzm. 96:1-2a,2b-3,11-12,13; Tit. 2:11-14; Luk. 2:1-14
Saran Nyanyian: PS 451, 452, 453, 454, 455, 456, 459, 806, 953

HARI RAYA NATAL (Siang)
Bacaan: Yes. 52:7-10; Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4,5-6; Ibr. 1:1-6; Yoh. 1:1-18
Saran Nyanyian: PS 460, 461, 462, 463, 465, 466, 476, 806, 953

30 Desember 2011: JUMAT, PESTA KELUARGA KUDUS: YESUS, MARIA, YUSUF
Bacaan: Kej. 15:1-6; 21:1-3; Mzm. 105:1b-2,3-4,5-6,8-9; R:7a,8a; Ibr. 11:8,11-12,17-19; Luk. 2:22-40
Saran Nyanyian: PS 463, 464, 465, 466, 467, 608, 613, 614, 845, 962

1 Januari 2012: MINGGU, HARI RAYA S,P, MARIA BUNDA ALLAH
Bacaan: Bil. 6:22-27; Mzm. 67:2-3,5,6,8; Ul:2a; Gal. 4:4-7; Luk. 2:16-21
Saran Nyanyian: PS 454, 455, 466, 475, 476, 477, 633, 809, 990,

8 Januari 2012: MINGGU, HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN
Bacaan: Yes. 60:1-6; Mzm. 72:1-2,7-8,10-11,12-13; Ul:11; Ef. 3:2-3a,5-6; Mat. 2:1-12
Saran Nyanyian: PS 455, 472, 473, 475, 494, 549, 807, 951,

9 Januari 2012: SENIN, Pesta Pembaptisan Tuhan
Bacaan: Yes. 55:1-11; Yes. 12:2-3,4bcd,5-6; Ul:3; 1Yoh. 5:1-9; Mrk. 1:7-11
Saran Nyanyian : PS 424, 425, 475, 586 (bait 3-4), 591, 594, 864, 991,

Minggu, 11 Desember 2011

MENGHAYATI NATAL DALAM 3 MISA NATAL

Saat ini Natal telah banyak terkontaminasi dengan hal-hal sampingan yang sebenarnya jauh dari nilai-nilai Natal yang sebenarnya. Sesungguhnya tidak ada hal yang lebih berharga dalam merayakan kelahiran Sang Juru Selamat kita Yesus Kristus selain dengan menghayatinya dalam rangkaian Perayaan Ekaristi Natal. Dalam liturgi resmi Gereja Katolik rangkaian Perayaan Natal dirayakan dengan tiga kali Misa Natal:
  • Misa tengah malam, 
  • Misa subuh dan 
  • Misa siang.
Misa tengah malam, yang juga disebut “misa para malaekat” menandai dimulainya Hari Natal. Dalam misa ini diingat peran para malaekat dengan “gloria in excelsis Deo”. Penyelenggaraannya pada tengah malam sudah menjadi tradisi atau kebiasaan lama di dalam Gereja dan penuh makna. Pertama-tama, hal ini berkaitan dengan keyakinan tradisional bahwa Kristus lahir pada tengah malam. Kedua, dari kegelapan material di sekitar kita, kita diingatkan akan kegelapan rohani yang hanya dapat dihalau oleh Kristus, Sang Terang Sejati.

Misa malam natal ini pada mulanya dirayakan di oratorium praesepis di Gereja St Maria Agung (Maria Maggiore) di Roma, suatu gereja yang secara langsung dihubungkan dengan basilik di Betlehem. Di grotto di bawah altar utamanya terdapat sepotong kayu, yang disimpan rapih di dalam kotak kaca dan yang diyakini berasal dari palungan asli di mana Yesus lahir.

Perayaan misa tengah malam ini dirayakan atas cara berbeda sesuai kebiasaan setiap negara. Misalnya, di Perancis setelah misa ini keluarga berkumpul untuk “reveillon”, makan malam bersama dengan hidangan-hidangan tradisional. Ada keluarga-keluarga yang meletakkan patung Kanak-kanak Yesus di kandang sepulang dari misa dan sering kepala keluarga membacakan Injil di depan kandang atau di meja makan.

Sabtu, 10 Desember 2011

Menjadi Pribadi yang Luar Biasa

~Ketika kerjamu tidak dihargai
» maka saat itu kau sedang belajar tentang: » Κ E Τ U L U Ș A N «

~Ketika usahamu dinilai tidak penting
» maka saat itu kau sedang belajar tentang: » Κ E I Κ Н L A Ș A N «

~Ketika hatimu terluka sangat dalam,
» maka saat itu kau sedang belajar tentang: » М E М A A F Κ A N «

~Ketika kau harus " Lelah & kecewa "
» maka saat itu kau sedang belajar tentang: » Κ E Ș U И G G U Н A N «

~Ketika kau merasa "sepi & sendiri "
» maka saat itu kau sedang belajar tentang: » Κ E Τ A И G G U Н A N «

~Ketika kau harus "membayar biaya
yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung"
» maka saat itu kau sedang belajar tentang: » KEMURAH-HATIAN «

Jumat, 09 Desember 2011

SAAT MEMBERI SAAT MENERIMA

Saat engkau meneguhkan hati sahabatmu yang berada dalam ketakutan, sebenarnya engkau pun sedang menerima ketakutannya. Saat ketakutannya engkau terima, saat itulah juga, engkau mengganti ketakutannya dengan keberanianmu.

Saat isterimu mengandung anakmu, isterimu memberi makan janin itu lewat tali pusar dalam rahimnya; selama dalam kandungannya itulah, sebagai suami isteri, kalian sebenarnya menerima seorang manusia yang sudah pasrah total untuk diperlakukan apapun juga: mau serius dicintai, dirawat ataupun tidak! Itulah caranya seorang bayi dalam kandungan ibunya mencintai ibu dan ayahnya, bukan dengan memberi tapi menerima apapun perlakuan orang tuanya.

Saat engkau memberikan uang belanja kepada isterimu, saat itu jugalah engkau sebenarnya menerima kerendahan hati isterimu untuk diberi nafkah hidup.

Saat engkau merawat suami, isteri dan anak-anakmu yang sedang sakit, saat itulah juga engkau belajar menerima keterbatasan kesehatan mereka, sehingga engkaupun belajar kerepotan agar hidup tetap berlangsung.

Saat engkau marah kepada anak-anakmu, saat itu juga engkau menerima telinga anak-anakmu untuk mendengarkan kata-katamu dengan penuh kesabaran, walaupun menyakitkan sekalipun.

Saat engkau marah kepada pasangan hidupmu, dan karena itu dia diam, saat itu jugalah engkau menerima kesediaannya menerima kata-kata kasar, mungkin pedas, dan menyakitkan, sampai pasanganmu tidak sanggup untuk membalasnya.

PERSEPULUHAN MENURUT GEREJA KATOLIK

Kita sering mendengar mengenai persepuluhan yang dipraktekkan oleh beberapa Gereja. Sementara Gereja Katolik sendiri tidak mewajibkan persepuluhan kepada umatnya. Sebenarnya apakah yang dimaksud dengan persembahan persepuluhan dan bagaimana itu dilaksanakan umat Perjanjian Lama. Mengapa orang Kristen tidak wajib lagi melakukannya? Lalu darimanakah Gereja bisa mendapatkan dana untuk kelangsungan karya pelayanannya?

Makna Persepuluhan

Praktek persepuluhan sebenarnya tidak hanya dilakukan oleh orang Israel. Bangsa-bangsa Mesopotamia kuno juga mempraktekkan hukum persepuluhan untuk dipersembahkan kepada raja atau dewa-dewi mereka. Agaknya Abraham yang berasal dari tanah Ur-Kasdim cukup familiar dengan kebiasaan ini sehingga saat menang perang dia mempersembahkan 10% dari hasil jarahannya kepada Melkisedek, imam-raja Salem, yang menjadi sekutunya (Kej 14:20). Angka 10 di sini adalah lambang dari totalitas atau kepenuhan dalam sistem numerik mereka. Maka bila mempersembahkan 10%, hal ini bermakna mempersembahkan keseluruhannya.

Sementara persembahan persepuluhan dalam Perjanjian Lama bermakna untuk mengingatkan bangsa Israel bahwa segala harta yang mereka peroleh itu berasal dari Tuhan sendiri (bdk. Ul 12:10-11). Dengan mempersembahkannya, mereka hendak mengucap syukur atas semua anugerah itu.

Praktek Persepuluhan dalam Taurat

Dalam bangsa Israel persepuluhan dimaksudkan agar kaum Lewi (Bil 18:21) dan para imam (Bil 18:26-28) yang tidak mendapat jatah tanah, bisa tetap hidup. Yang harus dipersembahkan adalah sepersepuluh dari hasil bumi dan ternak (Im 27:30.32). Dimana mesti dimakan dan siapa saja yang boleh menikmati persembahan persepuluhan ini?

Ternyata ada praktek yang berbeda:
Pada tahun pertama dan kedua, persembahan persepuluhan itu dibawa ke tempat ibadah – yang menikmati adalah si pembawa persembahan, anak laki-laki dan perempuannya, hamba laki dan perempuannya, dan kaum Lewi yang di tempatnya (Ul 14:22-28). Jadi, tidak hanya kaum Lewi, melainkan keluarga si pembawa persembahan juga. Pada tahun ketiga persembahan persepuluhan itu tidak dibawa ke tempat ibadah, tetapi hanya diletakkan di pintu gerbang kota masing-masing dengan maksud agar orang Lewi, orang asing, anak yatim dan janda bisa menikmatinya (Ul 14:28-29). Jadi, pada tahun ketiga ini juga terdapat dimensi sosial untuk mereka yang kurang beruntung.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...