Jumat, 29 Juli 2011

I S T I R A H A T

Beristirahat juga termasuk satu tugas yang harus kita lakukan karena dengan ini kita akan bisa melayani dengan baik.

Cobalah belajar bagaimana beristirahat yang benar. Bila kita bisa menghindar dari keadaan menjadi sangat kelelahan tentunya kita akan bisa beristirahat dengan baik. Allah ingin kita menjaga kesehatan kita, Dia juga ingin kita mengenal bagaimana kita memulihkan kekuatan kita. Ini merupakan bagian dari perintah Allah kelima. Kita perlu beristirahat agar tubuh kita kembali fit, untuk mengembalikan energi kita yang terbuang sehingga kita dapat kembali bekerja secara lebih efektif. Yang terpenting adalah kita butuh beristirahat agar kita dapat melayani Allah dan orang lain dengan lebih baik.

Ingatlah bahwa Allah ingin semua ciptaanNya bisa mengalihkan sejenak pikiran dan konsentrasinya. Bagaimana seekor keledai bisa menjalankan tugasnya bila dia tidak diberi makan atau diberi cukup istirahat, atau bila semangatnya turun karena terlalu banyak lecutan yang diterimanya? Nah, begitu pula dengan tubuhmu, persis seperti tubuh keledai ini, dan memang keledai kecil ini yang dipilih Allah di Yerusalem. Tubuhmu yang bisa diidentikkan dengan keledai ini membawamu melewati perjalanan hidupmu di bumi. Tubuhmu harus dikendalikan agar tidak menyimpang dari rencana yang sudah Allah tentukan bagimu. Kalian juga harus menyemangatinya agar dia bisa melangkah cepat dengan riang gembira sekalipun kalian sedang berbeban berat. Saat kita lelah kita akan lebih sulit mengerjakan segala hal, yaitu melakukannya menurut cara yang Allah ingin kita lakukan. Tentu ada saat-saat kita cenderung bertindak di luar kasih, kesalahan yang disebabkan karena kelalaian kita. Pengalaman menunjukkan pada kita bahwa ketika seekor keledai kelelahan, dia maunya duduk di manapun juga.

Kamis, 28 Juli 2011

SAKRAMENTALI

Gereja mengenal istilah sakramen dan sakramentali. Secara singkat sakramen berarti tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan. Di dalam Gereja ada tujuh sakramen: pembaptisan, penguatan, Ekaristi, pengakuan, pengurapan orang sakit, pentahbisan, dan perkawinan. Seluruh kehidupan liturgi Gereja berkisar di sekeliling kurban Ekaristi dan sakramen-sakramen (SC 6).

Sedangkan sakramentali secara harafiah berarti "seperti sakramen", yaitu tanda kehadiran Allah selain ketujuh sakramen. Perbedaan mencolok antara sakramen dan sakramentali adalah pada hakikatnya. Ketujuh sakramen mengungkapkan hakikat Gereja, dalam ketujuh sakramen inilah Gereja sebagai TUbuh Mistik Kristus secara jelas dan nyata ditampakkan. Maka pemimpin liturgi untuk sakramen juga bukanlah orang sembarangan, haruslah imam tertahbis. Ini berbeda dengan sakramentali dimana bahkan seorang awam boleh memimpin liturgi sakramentali, walaupun ada pengecualian untuk beberapa sakramentali yang memerlukan berkat dari uskup seperti pentahbisan pemimpin biara.

Selasa, 26 Juli 2011

Kelompok Katekumen Lansia: "St. Anna dan St. Yoakim"


Di hari perayaan St. Anna dan St. Yoakim (orang tua St. Perawan Maria Bunda Yesus) yang jatuh pada hari ini saya ingin sejenak mengenang dan bersharing tentang perjalanan berdirinya Kelompok Katekumen Lansia St. Anna dan St. Yoakim di Paroki St. Petrus dan Paulus Mangga Besar, Jakarta Barat. Sebuah kelompok katekumenat lansia (yang mungkin satu-satunya) di Keuskupan ini, dalam artian sebagai sebuah kelompok lansia yang yang didampingi secara khusus di Gereja dalam rangka persiapan baptisan, dengan materi, pendamping dan proses katekumenat yang memang khusus disiapkan untuk lansia.

Mengapa concern terhadap katekese lansia?

Berdasarkan statistik dan berdasarkan keyakinan dan pengalaman saya sendiri, jumlah lansia dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring dengan semakin membaiknya tingkat kesadaran masyarakat di Indonesia. Sejalan dengan itu, karya-karya pelayanan pada lansia semakin diperlukan, entah banyaknya entah ragamnya. Penulis sendiri yang berkecimpung di bidang pelayanan katekese belum pernah menemui sebuah kelompok katekumen khusus yang mendampingi lansia. Padahal kebutuhan pendampingan lansia terutama yang mulai bertobat dan hidup baru dalam jalan Tuhan akan semakin banyak pula. Pendampingan para lansia membutuhkan proses, cara, metode, semangat dan materi yang berbeda dengan pendampingan kelompok-kelompok kategorial lainnya.

Tapi sayangnya pelayanan kepada lansia masih seringkali memandang lansia ‘hanya’ sebagai obyek karitatif (berdasar pandangan bahwa lansia sudah tidak mampu berbuat apa-apa), tidak memandang mereka sebagai subyek yang mandiri dan mampu berkarya. Proses katekese lansia tidak hanya mendampingi para lansia untuk menerima Sakramen Baptis, tapi juga bertujuan membangkitkan semangat hidup dan mensyukurinya dan dalam usia lanjut, berusaha tetap berkarya bagi sesama.

Senin, 25 Juli 2011

MENYIAPKAN LITURGI PERNIKAHAN (IV)

Barang-barang, Lagu dan Bacaan Liturgi Pernikahan

Selain menentukan petugas, anda juga perlu menyiapkan benda apa saja yang dibutuhkan untuk perayaan pernikahan anda. Biasanya dalam setiap pernikahan ada barang-barang ini:

Disiapkan koster :

Wireless
Terkadang masalah sound system berpengaruh terhadap khidmatnya suatu perayaan. Jumlah microphone / wireless yang terbatas bisa mengganggu juga. Untuk itu tanyakan ke koster bisa menyediakan berapa microphone / wireless untuk liturgi pernikahan. Jumlah yang ideal adalah 3 buah: satu untuk romo, satu untuk pengantin pria dan satu lagi untuk pengantin wanita. Namun bisa juga 2 buah saja: satu untuk romo dan satu lagi bergantian pengantin pria dengan wanita.

Tempat air suci dan hisop
Seperti lazimnya perayaan pernikahan ada pemberkatan benda-benda rohani yang diperciki dengan air suci.

Bahan persembahan Piala dan tempat anggur
Sama seperti misa hari minggu. Jika anda ingin melibatkan lebih banyak petugas pengantar persembahan, anda juga dapat meminta sibori untuk dihantar saat persembahan.

Disiapkan pengantin
  • Cincin
  • Kitab Suci, Salib, Rosario
  • Buku Panduan
  • Lilin dan bunga untuk doa kepada Bunda Maria
Buku panduan walaupun tidak harus ada, namun bisa sangat membantu pengantin maupun umat yang hadir. Sebaiknya isi buku panduan ini diambil dari teks resmi dan disetujui oleh romo yang akan memimpin perayaan.

Minggu, 24 Juli 2011

MENYIAPKAN LITURGI PERNIKAHAN (III)

Petugas Liturgi Pernikahan

Setelah anda memilih alternatif mana yang anda pilih dan disetujui oleh romo, saatnya anda memilih dan menentukan petugas-petugas untuk membantu kelancaran, kekhidmatan dan keagungan pernikahan anda. Inilah petugas yang anda butuhkan:

1. Romo.
Tentu saja setiap perayaan sakramen memerlukan romo. Anda bisa pilih romo paroki anda, romo yang dekat dengan anda, atau romo yang kebetulan masih keluarga anda, atau bahkan romo paroki tetangga yang tidak anda kenal. Manapun yang anda pilih tetap utamakan komunikasi.

2. Saksi
Untuk sahnya pernikahan katolik diperlukan dua orang saksi untuk menyaksikan pernikahan. Identitas saksi ini biasanya harus sudah jelas saat penyelidikan kanonik. Kehadiran saksi sesuai dokumen kanonik mutlak perlu, karena mereka nanti juga akan menandatangani dokumen tersebut. Saksi harus beragama katolik dan sebaiknya memiliki hidup berkeluarga yang baik dan patut dicontoh.

3. Kelompok koor
Manapun kelompok yang anda pilih, sebaiknya pertimbangkan faktor kedekatan anda/pasangan atau keluarga anda/pasangan dengan kelompok tersebut. Mereka yang punya faktor ini tentu akan bernyanyi dengan lebih berperasaan, bukan karena diberi sesuatu tapi karena ingin memberikan yang terbaik.

Sabtu, 23 Juli 2011

MENYIAPKAN LITURGI PERNIKAHAN (II)

Jenis Perayaan Pernikahan

Jika semua persyaratan administrasi sudah anda penuhi, saatnya memikirkan liturgi pernikahan. Perayaan liturgi yang baik adalah perayaan yang bisa menghasilkan buah yang baik. Menghasilkan buah berarti dalam perayaan itu siapa saja yang hadir dapat memetik manfaat dan dari situ membuat hidup rohaninya menjadi lebih baik.

Dalam perayaan liturgi pernikahan, buah yang baik ini diharapkan pertama-tama dipetik oleh pasangan yang menikah, kemudian baru seluruh umat yang hadir. Untuk menghasilkan buah yang baik, sebuah perayaan liturgi tentu harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya pula.

Ada alternatif apa saja untuk melangsungkan perayaan pernikahan?

  1. Penerimaan Sakramen Pernikahan dengan misa yang tidak memenuhi kewajiban hari Minggu
  2. Penerimaan Sakramen Pernikahan dengan misa yang memenuhi kewajiban hari Minggu
  3. Penerimaan Sakramen Pernikahan di tengah misa umat hari Minggu
  4. Penerimaan Sakramen Pernikahan tanpa misa


Jumat, 22 Juli 2011

MENYIAPKAN LITURGI PERNIKAHAN (I)

Banyak orang yang bingung menyiapkan saat pernikahan mereka, karena banyak yang harus mereka urus baik menyangkut unsur-unsur pokok sebuah pernikahan, maupun unsur-unsur pendukungnya. Unsur-unsur pokok dalam sebuah pernikahan katolik adalah penerimaan Sakramen Pernikahan di hadapan pejabat Gereja, yang untuk menuju kesana pun ternyata harus melalui jalan yang sama sekali tidak mudah, dan seringkali membingungkan.

Terkadang banyak pasangan yang tidak terlalu memperdulikan unsur pokok ini, dan cenderung lebih memperhatikan unsur tambahan seperti resepsi dan bulan madu. Padahal tanpa yang pokok ini, yang tambahan tidak akan berarti apa-apa. Lewat yang pokok inilah cinta mereka disatukan oleh Tuhan sendiri.

Lewat tulisan ini saya ingin membagikan pengalaman saya kepada anda semua yang akan menikah atau diminta menjadi panitia pernikahan teman atau saudara anda. Pengalaman yang saya bagikan terbatas pada unsur-unsur pokok saja. Semoga tidak membuat anda tambah bingung.

Kamis, 21 Juli 2011

KOMUNI DUA RUPA

Dalam hari-hari biasa, Komuni Dua Rupa biasanya hanya diberikan dalam misa jika umat yang hadir hanya sedikit. Ada paroki yang tiap 6 bulan sekali mengadakan misa lansia yang pada saat misa itu juga diberikan sakramen minyak suci (maklum umurnya udah banyak), pada misa seperti itu juga diberikan komuni dua rupa.

Ada juga paroki yang rutin memberikan komuni dua rupa saat penerimaan komuni pertama, atau perkawinan, atau krisma. namun untuk Komuni Dua Rupa ada aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar atau dimodifikasi. Aturan ini terperinci ada di Pedoman Umum Misale Romawi dan Redemptionis Sacramentum.

PUMR 281-287

281. Sebagai tanda, komuni kudus mempunyai bentuk yang lebih penuh kalau disambut dalam rupa roti dan anggur, sebab komuni-dua-rupa itu melambangkan dengan lebih sempurna perjamuan ekaristi. Juga dinyatakan dengan lebih jelas bahwa perjanjian yang baru dan kekal diikat dalam Darah Tuhan. Kecuali itu, lewat komuni-dua-rupa tampak jelas juga hubungan antara perjamuan ekaristi di dunia dan perjamuan eskatologis dalam kerajaan Bapa.

Komuni dua rupa melambangkan dengan lebih sempurna perjamuan ekaristi. jadi dari segi perlambangan lebih nampak.

Senin, 18 Juli 2011

PRODIAKON

Tinjauan singkat berdasarkan Redemptionis Sacramentum dan Pedoman Umum Misale Romawi.

Kebanyakan orang memandang prodiakon adalah bentuk nyata dari partisipasi aktif umat beriman dalam kegiatan liturgi. Umumnya mereka yang berpendapat demikian mendasarkan pendapatnya pada dokumen-dokumen Konsili Vatikan II yang membuka keran luas bagi peningkatan peran awam dalam kehidupan menggereja.

Namun pendapat ini ternyata bertentangan langsung dengan instruksi Redemptionis Sacramentum (RS) yang dikeluarkan oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 2004, dimana pada artikel 151 disebutkan "Hanya kalau sungguh perlu, boleh diminta bantuan pelayan-pelayan tak lazim dalam perayaan Liturgi. Permohonan akan bantuan yang demikian bukannya dimaksudkan demi menunjang partisipasi umat, melainkan, karena kodratnya, bersifat pelengkap dan darurat."

Tugas utama seorang prodiakon adalah membantu imam membagikan komuni dalam perayaan Ekaristi di gereja. Uskup dapat menambah tugas bagi mereka tergantung situasi umat setempat, seperti untuk membawa komuni bagi orang sakit dan memimpin ibadat sabda.

Jumat, 15 Juli 2011

LEKTOR : Persiapan, Pelaksanaan dan Evaluasi Tugas Lektor

TUGAS LEKTOR 

Sebelum membahas persiapan dan pelaksanaan tugas, baik terlebih dahulu ditegaskan kembali tugas dan peranan Lektor dalam tata liturgi Gereja Katolik. 
  • Lektor dilantik untuk mewartakan bagi jemaat bacaan-bacaan dari Alkitab, kecuali Injil (PUMR 99), yakni Bacaan I atau II, atau bahkan - bila tidak ada petugas lain, juga kedua bacaan yang ada.
  • Lektor, bila tak ada pemazmur, boleh membawakan mazmur tanggapan (PUMR 99) setelah saat hening yang menyusul Bacaan I (PUMR 196).
  • Lektor, jika tidak ada diakon, boleh juga membawakan doa-doa umat setelah lebih dahulu dibuka imam (PUMR 197).
  • Lektor, jika tak ada lagu pembuka dan nyanyian komuni, boleh membawakan antifon pembuka dan antifon komuni yang terdapat dalam Misale kecuali kalau antifon-antifon itu didaraskan oleh jemaat atau imam (PUMR 48,87, 198).
  • Tugas lektor istimewa, sebab meskipun pada saat bertugas ada pelayan tertahbis, tugas itu harus dijalankannya sendiri (PUMR 99) sesuai kebiasaan tradisi (PUMR 59). Meski dalam kasus lektor tidak hadir, imam atau bahkan umat comotan, dapat mengambil alih tugas pembacaan sebelum Injil (ibid.), tugas lektor tetap memiliki kehormatan tersendiri untuk selalu dipenuhi sesuai martabatnya.

Kamis, 14 Juli 2011

LEKTOR : Visi Batin dan Semangat Penghayatannya

Hal paling mendasar yang harus disadari oleh seorang lektor adalah bahwa ia seorang beriman. Lektor adalah pengaku iman, seorang confessor. Untuk dapat menjalankan tugas perutusannya, seorang lektor dituntut lebih dulu untuk mengakui Tuhan dan kebenaran Sabda-Nya dalam Kitab Suci. Ia juga harus percaya sepenuhnya bahwa Gereja dan liturginya memang dikehendaki Tuhan sebagai sarana keselamatan.

Dalam konteks peribadatan suci Gereja, khususnya dalam Liturgi Sabda, lektor harus percaya bahwa “bila Alkitab dibacakan dalam Gereja, Allah sendiri bersabda kepada umat-Nya” (PUMR 29; bdk. SC 33). Kepercayaan yang sama hendaklah diberikan pada saat Injil dibacakan diakon atau imam sebagai saat Kristus sendiri hadir dan menyampaikan sabda-Nya (PUMR 55). Lektor hendaklah percaya bahwa dalam Liturgi Sabda Allah sungguh hadir melalui Sabda yang dibacakannya. Bahkan, ia diundang untuk percaya akan kehadiran Allah sepanjang Perayaan Misa Kudus. Dari kesadaran ini diharapkan lektor mampu melaksanakan tugas pembacaan Sabda Allah sebagai sarana mengekspresikan imannya. Karena itu lektor diharapkan mampu menjadi pribadi yang selalu haus akan Sabda Tuhan dan siap menghidupi kebenaran Kitab Suci. Ia diundang untuk terbuka dan mau dijiwai oleh Sabda Tuhan agar dirinya selalu gembira dan berani menampilkan kesaksian hidup. Dari lektor diharapkan muncul sikap-sikap pokok seperti disiplin, hormat dan taat pada Sabda Tuhan.

ANAKKU, PASTORKU

(Surat Hati Papa-Mama buat Anaknya yang seorang Imam)

Anakku tercinta….,
kau tetap menjadi anakku, namun bukan milikku.
Kau tetap darah dagingku, namun bukan kepunyaanku.
Kau tetap buah cinta perkawinan kami yang terindah,
namun bukan untuk kami semata.

Mulai sekarang,
Dalam iman aku memandangmu, "Utusan Tuhan-ku".
Dengan penuh harap, aku pasrahkan hidupku padamu, "Gembala-ku".
Dan sepenuh kasih, aku menyapamu, "Pastor-ku".

Tak ada yang aku minta, selain berkat;
tak ada yang ingin aku dapatkan selain berkat.

Saat aku sakit nanti, aku tahu, kau tak selalu akan hadir,
walau aku ingin kau hadir.
Saat aku dalam kesendirian di uzur usiaku,
aku sadar bahwa kau tiada waktu temani aku,
biar aku amat rindu dan berharap.
Sungguh, pada saatnya tiba, akan terasa begitu indah, damai dan bahagianya,
bila aku menutup mata diiring berkat dan olesan minyak kudus,
dari tangan kudus putera kesayanganku.

Rabu, 13 Juli 2011

LEKTOR : Panggilan dan Perannya

Bidang peran lektor ada dalam area pelayanan liturgi kudus. Tiga hal pokok perlu disadari oleh setiap lektor. Pertama, keberadaan lektor terkait dengan identitasnya sebagai orang beriman - berkat pembaptisannya, dan tempatnya dalam tata komunitas Gereja - berkat peran pelayanannya. Kedua, panggilan lektor ada di bidang liturgi, yakni peribadatan kudus di mana Allah hadir dan menyelenggarakan karya keselamatan-Nya. Ketiga, peran lektor terletak pada partisipasinya dalam pelayanan liturgis.

Pokok pertama bermanfaat untuk mengingatkan kontribusi dan tanggungjawab partisipatif (participatio actuosa) sebagai anggota jemaat. “Perayaan Ekaristi adalah tindakan Kristus sendiri bersama umat Allah yang tersusun secara hirarkis” (PUMR 16). Sebagai demikian, Perayaan Ekaristi merupakan perayaan umat (SC 41; ME 3d; PUMR 19, 34) di mana jemaat beriman dan para pelayan liturgi berperan menurut tugas dan fungsi partisipatif masing-masing (PUMR 17).

Jumat, 08 Juli 2011

LEKTOR : Sekilas Jejak Historisnya

Keberadaan seorang pembaca Sabda Allah (lector, Latin) dalam peribadatan suci sudah ditemukan dalam tradisi agama Yahudi. Jejaknya dapat dijumpai terutama dalam sumber Perjanjian Lama. Bahkan, dalam sumber Perjanjian Baru, jejak itu masih tampak saat Yesus datang ke Nazaret (Luk 4:16-30), masuk ke rumah ibadat, lalu membaca dan mengajar dari teks Yesaya 61:1-2 : "Roh Tuhan ada pada-Ku / oleh sebab la telah mengurapi Aku / untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin / dan la telah mengutus Aku / untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan / dan penglihatan bagi orang-orang buta / untuk membebaskan orang-orang yang tertindas / untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.”

Dari tradisi peribadatan Yahudi di sinagoga itu, biasanya seorang tampil dari tengah jemaat. Kepadanya diberikan kitab yang diambil dari Kitab Taurat dan Para Nabi. Dan setelah dibuka, dibacalah salah satu teks. Selesai pembacaan, kitab tersebut ditutup dan kemudian diberikan kembali kepada pejabat. Pengajaran menyusul kemudian. Meneruskan tradisi Yahudi, kebiasaan membaca Kitab Suci juga ditemukan dalam era Gereja Perdana (bdk Kis 2:41-47).

Dalam tradisi Gereja, keberadaan lektor ditemukan jejaknya dalam periode abad-abad pertama sejarah kekristenan. Homili St Yustinus martir (wafat sekitar thn 165) menyebut adanya pembaca liturgis, anaginoskon. Paus Cornelius I (251-253), dalam suratnya kepada Fabius dari Antiokhia, menunjukkan bahwa Gereja Roma pada saat itu, selain mempunyai 42 akolit dan 52 eksorsis, memiliki juga sejumlah lektor. Jejak adanya lektor juga ditemukan di Gereja Cirta, Afrika, pada abad keempat saat dilaporkan bahwa Gereja setempat memiliki 4 imam, 3 diakon, 4 subdiakon dan 7 lektor.

Kamis, 07 Juli 2011

Paduan Suara yang Berkenan pada Tuhan


Malaikat Tuhan diutus ke sebuah gereja yang sangat terkenal dengan paduan suaranya yang sangat menawan, megah dan hampir sempurna. Kepopulerannya sangat membahana ke seluruh wilayah itu sehingga umat berbondong-bondong mendatangi gereja tersebut. Tentu saja gereja yang sangat megah, berhiaskan ukiran-ukiran berseni tinggi, tata lampu suara dan kursi yang bagus.

Pada suatu perayaan di gereja tersebut, sang malaikat datang menghadirinya. Koor mulai bernyanyi dengan megah, tidak ada nada yang salah sedikitpun, suara yang dihasilkan bulat dan menyatu, setiap tanda dinamika dalam partitur tidak terlewatkan. Komposisinya pun sangat rumit namun menghasilkan harmoni yang bagus sekali.

Namun, apa yang terjadi....hingga hampir selesai peryaan tersebut wajah sang malaikat tampak tidak terkesan, bahkan seperti sedih. Maka keluarlah malaikat itu dari gereja tersebut. "inikah kelompok pemuji Tuhan yang sangat terkenal di dunia ini...?" pikirnya dalam hati...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...