Selasa, 23 Agustus 2011

RANGKUMAN KISAH PARA RASUL

Latar Belakang

Penulis : Lukas
Tema : Penyebaran Injil yang Penuh Keberhasilan Melalui Kuasa Roh Kudus
Tanggal Penulisan: Sekitar 63 T.M.

Kitab Kisah Para Rasul, seperti halnya Injil Lukas, dialamatkan kepada seorang yang bernama "Teofilus" (Kis 1:1). Sekalipun nama pengarangnya tidak disebutkan dalam kedua kitab itu, kesaksian kekristenan mula-mula dengan suara bulat, serta bukti intern yang mendukung dari kedua kitab ini menunjuk kepada satu orang penulis yaitu Lukas "tabib ... yang kekasih" (Kol 4:14).

Roh Kudus mendorong Lukas untuk menulis kepada Teofilus supaya mengisi keperluan dalam gereja orang Kristen bukan Yahudi, akan kisah yang lengkap mengenai awal kekristenan

  1. "dalam bukuku yang pertama" ialah Injil tentang kehidupan Yesus, dan 
  2. buku yang kemudian ialah laporannya dalam Kisah Para Rasul tentang pencurahan Roh Kudus di Yerusalem serta perkembangan gereja yang berikutnya.

Jelas Lukas adalah seorang penulis yang unggul, sejarawan yang cermat dan seorang teolog yang diilhami.

Kitab Kisah Para Rasul secara selektif meliput tiga puluh tahun pertama dalam sejarah gereja. Sebagai sejarawan gereja, Lukas menelusuri penyebaran Injil dari Yerusalem hingga ke Roma sambil menyebutkan sekitar 32 negara, 54 kota dan 9 pulau di Laut Tengah, 95 orang yang berbeda dengan nama serta beberapa pejabat dan administrator pemerintah dengan gelar jabatan yang tepat. Ilmu purbakala makin menguatkan ketepatan Lukas dalam semua detail. Selaku seorang teolog, Lukas dengan cerdas melukiskan makna beberapa pengalaman dan peristiwa dalam tahun-tahun mula-mula gereja.

Selasa, 09 Agustus 2011

Berakar dan dibangun dalam Yesus Kristus, berteguh dalam iman (Kol 2:7)

PESAN BAPA SUCI BENEDICTUS XVI
UNTUK HARI ORANG MUDA SEDUNIA KE-26 TAHUN 2011 DI MADRID, SPANYOL.


Sahabat muda terkasih,

Saya sering mengingat kembali Hari Orang Muda Sedunia di Sidney pada tahun 2008 silam. Di sana, kita merayakan pesta iman, saat Roh Allah secara giat bekerja di tengah-tengah kita semua, dan membangun komunitas rohani yang secara sungguh-sungguh dapat saling berbagi dalam satu iman, di antara para peserta yang datang dari berbagai belahan dunia. Pertemuan tersebut, seperti perjumpaan-perjumpaan sebelumnya, berbuah lebat dalam hidup banyak orang muda dan hidup Gereja. Sekarang kita menuju Hari Orang Muda Sedunia berikutnya, yang akan terselenggara di Madrid pada bulan Agustus 2011. Mengingat kembali masa pada tahun 1989, beberapa bulan sebelum hari bersejarah keruntuhan tembok Berlin, peziarahan orang muda seperti ini pernah dilakukan di Spanyol pula, waktu itu di Santiago de Compostela. Sekarang, saat masyarakat Eropa sedang dalam kebutuhan besar untuk menemukan kembali akar Kekristenan mereka, pertemuan kita akan mengambil tempat di Madrid, dengan tema : “Berakar dan dibangun dalam Yesus Kristus, berteguh dalam iman” (bdk. Kol 2: 7). Saya menyemangati Anda untuk mengambil bagian dalam peristiwa ini, yang merupakan peristiwa penting bagi Gereja di Eropa dan bagi Gereja sedunia. Saya mengajak kalian semua orang muda, baik yang saling berbagi iman dalam Yesus Kristus, maupun kalian yang ragu dalam ketidakpastian, atau kalian yang tidak percaya akan Dia, untuk berbagi pengalaman ini, yang akan membuktikan kepastian hidup kalian. Inilah pengalaman akan Tuhan Yesus yang bangkit dan hidup, dan pengalaman akan kasihNya bagi kita masing-masing.

1. Pada sumber Keinginanmu yang terdalam

Dalam setiap periode sejarah kehidupan, termasuk periode kita, banyak orang muda memiliki kerinduan yang mendalam akan relasi pribadi, yang ditandai oleh kebenaran dan solidaritas. Banyak dari mereka membangun hubungan persahabatan yang tulus, untuk mengenal cinta sejati, untuk memulai hidup berkeluarga yang diharapkan manunggal bersatu, untuk mencapai kepenuhan pribadi dan kemapanan hidup yang nyata, serta semua hal yang menjamin masa depan yang bahagia dan tenang. Ketika mengenangkan masa muda saya sendiri, saya tersadar bahwa kemapanan dan perasaan aman nyaman bukanlah pertanyaan yang memenuhi pemikiran generasi muda. Memang cukup benar, bahwa pentinglah memiliki pekerjaan agar dengan itu memiliki pijakan yang kokoh. Namun selain itu, tahun-tahun masa muda merupakan juga waktu, saat kita mencari yang terbaik dari hidup kita. Ketika saya membayangkan kembali masa muda itu, saya ingat semua bahwa kita tidak ingin hidup nyaman demi kehidupan dalam kelas menengah yang mapan. Kita menginginkan sesuatu yang besar, sesuatu yang baru. Kita ingin menjelajahi kehidupan itu sendiri, dalam semua keagungan dan keindahannya. Secara alamiah, tahap itu merupakan bagian dari kehidupan yang kita alami. Selama kediktatoran Nazi dan peperangan, dapat dikatakan pada masa itu, semua orang terkungkung oleh segala peraturan dan batasan yang diciptakan oleh struktur yang sedang berkuasa. Maka, semua orang saat itu ingin mendobrak segala batasan: menginginkan adanya kebebasan, keterbukaan yang memungkinkan kita meraih peluang sebagai manusia. Saya berpikir, bahwa dorongan untuk mendobrak segala batasan yang ada, pada jangkauan tertentu, selalu menandai jiwa orang muda dari masa ke masa. Bagian dari menjadi muda, ialah hasrat akan sesuatu di balik hidup harian dan pekerjaan yang mapan, suatu kerinduan untuk sesuatu yang sungguh-sungguh lebih besar.

Senin, 08 Agustus 2011

"The Exorcism of Emily Rose" Bukan Sekedar Film Pengusiran Setan

Pengantar : beberapa waktu yang lalu kami mengadakan acara nonton bareng film "The Exorcism of Emily Rose". Film ini sengaja saya putarkan untuk para katekumen setelah kami membahas materi katekese tentang Hidup kekal. Dalam pembahasan tentang hidup kekal pada pertemuan sebelumnya ada banyak macam pertanyaan sehubungan dengan sorga, neraka, api penyucian, arwah dan cara mendoakannya, roh, setan, kerasukan dan pengusiran setan. Film tersebut dipergunakan sebagai dasar/awal dan bahan untuk melanjutkan diskusi kami dalam katekese tentang Hidup Kekal.

Film "The Exorcism of Emily Rose" adalah sebuah film tentang pengusiran setan, saat ini sedang menjadi bahan tontonan dan perbincangan, tak terkecuali bagi orang Katolik. Film berjudul The Exorcism of Emily Rose (TEER) berkisah tentang exorsisme (pengusiran setan) terhadap gadis berusia 20 tahun, bernama Emily Rose. Seorang pastor bernama Richard Moore yang berniat baik menolong Emily dan melakukan praktik eksorsisme justru dianggap lalai hingga diajukan ke pengadilan. Kematian Emily Rose yang misterius menimbulkan pertanyaan, antara ia meninggal karena penyakit psikis akut atau memang karena kerasukan setan.

TEER diliris pada bulan September 2005 lalu. Sutradaranya bernama Scott Derrickson seorang penganut Kristen. Film ini dibuat berdasarkan kisah nyata Anneliese Michel, seorang gadis Katolik Jerman yang mati pada tahun 1976. Ia meninggal beberapa minggu setelah gagalnya upaya pengusiran setan oleh pastor Richard Moore. Gereja Katolik sebenarnya menghendaki eksorsisme tergantung dari kondisi orang yang kerasukan setan dan sesuai permintaan si penderita. Namun telanjur sudah, pengadilan memutuskan bahwa kematiannya disebabkan oleh penghentian mengkonsumsi obat, sebagaimana saran Pastor Richard terhadap Emily. Padahal penghentian itu dimaksudkan untuk memuluskan eksorsisme. Kisah film ini menampilkan perjuangan pelepasan dari kekuatan supranatural sehingga tampak sebagai film horor. Film ini skenarionya ditulis Scott Derickson dan Paul Harris Boardman.

Kamis, 04 Agustus 2011

S A H A B A T


"A friend in need is a friend indeed," yang berarti teman dalam kesusahan adalah teman sejati, pantas untuk kita renungkan. Teman yang membantu, mendampingi di saat "jatuh" serta benar-benar memberikan pertolongan adalah teman yang tulus hati. Mereka akan tetap setia dalam suka maupun duka. Marcus Tullius Cicero (106 - 43 SM), pernah berkata, "Amicus certus in re incerta cernitur" yang berarti sahabat sejati ditentukan ketika ada hal yang tidak pasti. Ini berarti pula bahwa sahabat sejati ditentukan ketika seseorang sedang menghadapi permasalahan. Seorang sahabat tidak akan meninggalkan sendiri dalam kemelut permasalahannya, namun dia akan mendampingi.

Dongeng klasik tulisan H.C. Andersen (1805 - 1875) yang berjudul, "The Travelling Companion" menceriterakan kisah John - yang walaupun - sebatang kara dan miskin, ia memberikan semua uangnya untuk menolong orang yang sudah meninggal dunia. Setelah itu, ia menjalani hidup tanpa uang saku atau bekal yang berarti. Namun di tengah perjalanan ia menemukan teman, yaitu Tom. Teman itu sangat baik dan banyak membantu John ketika menghadapi kesulitan. Akhirnya John bisa hidup bahagia berkat pertolongannya. Itulah cerita dari "The Traveling Companion." Kalau ditilik dari asal katanya (etimologi), kata "companion" berasal dari kata "cum" (bersama) dan "panis" (roti). Arti harfiahnya adalah makan roti bersama, makan dari roti yang sama, sharing bersama, berjalan bersama-sama. Kebersamaan - idealnya - selalu disertai dengan makan bersama. Suasana hati yang sedang makan, tentu disertai dengan rasa gembira. Jika dalam makan bersama itu ada ganjalan hati, tentu saja makanan - bagaimana pun nikmatnya - tidak akan tertelan.

Rabu, 03 Agustus 2011

C E M B U R U

Bahasa Ibraninya Cemburu adalah qin’a. Kata itu aslinya ialah menyala, kemudian berarti warna merah yang kelihatan pada wajah seseorang yang diliputi perasaan membara, lalu perasaan tidak senang terhadap seseorang yang memiliki sesuatu, yang tidak dimiliki sendiri. Kata itulah yang dikenakan pada sikap Rahel terhadap kakaknya. Ketika dilihat Rahel bahwa ia tidak melahirkan anak bagi Yakub, ceburulah ia kepada kakaknya itu, lalu berkata kepada Yakub, "Berikanlah kepadaku anak; kalau tidak, aku akan mati." (Kej. 30: 1). Rahel cemburu terhadap Lea yang dikaruniai banyak anak, sedangkan dirinya belum mendapatkan seorangpun. Kecemburuan ini disebabkan karena dirinya tidak memiliki apa yang dimiliki oleh orang lain. Tetapi ketika anak-anak Rahel yakni Yusuf dan Benyamin disayangi Yakub, maka pada gilirannya anak-anak Lea cemburu kepada Yusuf si tukang mimpi itu, sehingga sampai hati menjual kepada orang asing (Kej. 37: 12 – 36). Kecemburuan sungguh mempunyai efek yang luar biasa.

Ada sebuah kisah rekaan tentang rasa cemburu yang mungkin bisa untuk kita renungkan. Diceriterakan dua orang ibu pedagang sembako (Sembilan bahan pokok) yang warungnya berhadapan. Tetapi amat disayangkan bahwa mereka berdua memiliki rasa saling cemburu satu dengan lainnya. Pada suatu hari, datanglah seorang malaikat untuk memberikan sesuatu kepada salah satu ibu. Katanya, pada suatu kali kepada seorang ibu, “Ibu, saya akan memberikan kepada ibu sesuatu. Jika saya memberi ibu satu rumah baru, maka ibu di seberang jalan itu akan saya beri dua rumah baru. Jika Saya membuat warung ibu laris dua kali lipat, maka ibu di seberang ibu akan mendapatkan laba empat kali lipat. Sekarang ibu minta apa dari padaku?” Ibu itu berpikir sejenak, kemudian berkata, “Malaikat yang baik, saya minta butakan mataku sebelah kiri saja, supaya ibu di seberang jalan tersebut matanya buta dua-duanya.” Orang mau menderita – asal – orang yang dicemburui itu lebih menderita. Cerita rekaan tadi merupakan kecemburuan karena kepemilikan yang kurang. Orang menjadi puas, jika dirinya sudah berkelebihan dan orang lain yang adalah “saingannya” berada di bawahnya. Orang yang memiliki rasa cemburu kepemilikan, senantiasa berusaha menjadi “orang yang lebih”. Perasaan ini yang membuat dirinya tidak tenang dan tidak merasa berdamai dan dia terus-menerus berusaha hidup dalam situasi yang tidak nyata.

Silsilah Yusuf dan Maria (Mungkinkah Matan adalah Kakek dari Yusuf dan Maria?)

Masih berkaitan dengan peringatan St. Anna dan Yoakim pada tanggal 26 Juli yang baru lalu; dan berkaitan dengan Kelompok Katekumen Lansia St. Anna dan Yoakim yang kami layani, semalam kemi berkumpul dengan beberapa orang katekis lintas Paroki dan berdiskusi tentang beberapa hal tentang katekese, termasuk diantaranya tentang Silsilah Yusuf dan Maria.

Ada pertanyaan mengganjal: mengapa Joakim tidak disebut dalam silsilah Yesus menurut Penginjil Mateus 1:1dst dan Lukas: 3: 23 dst?

Mungkin ada orang yang dengan cepat akan mengatakan: Tentu saja Joakim tidak disebut, karena silsilah Yesus itu untuk melacak garis keturunan Yesus sampai Raja Daud melalui Yusuf, bukan melalui Maria. Sedangkan Yoakim adalah ayah Maria. Orang yang mejawab demikian tidak paham tentang adanya perbedaan pendapat antara para ahli dalam soal itu. Karena ada ahli juga yang berpendapat bahwa silsilah Lukas adalah garis keturunan Yesus secara natural melalui Maria, sedangkan silsilah Mateus adalah garis keturunan Yesus secara legal (dan regal) melalui Yusuf.

Senin, 01 Agustus 2011

Merayakan Ekaristi dengan Baik dan Benar

Dalam beberapa kali kesempatan ada katekumen atau umat Katolik baru mempertanyakan tentang adanya beberapa perbedaan dalam merayakan Ekaristi di beberapa Paroki. Saya pribadi biasanya kemudian mempersilahkan mereka untuk melihat sendiri bagaimana tatacara merayakan Ekaristi sesuai TPE (untuk Katekumen akan diberi pengarahan khusus ketika membahas Tema Sakramen Ekaristi). Tetapi sehubungan akhir-akhri ini sudah menjadi "salah kaprah" di beberapa kalangan umat akan tatacara merayakan Ekaristi yang baik dan benar, ada baiknay saya posting penjelasan tentang bagaimana merayakan Ekaristi dengan baik dan benar serta tidak menyalahi tata aturan sesuai TPE kita, sebagai berikut :


  1. Masuk ke Gereja membuat tanda salib. Jgn buru-buru, tetapi hayatilah dan syukurilah bahwa karena rahmat Baptis anda bisa bergabung ke dalam persekutuan Gereja. Jangan membiasakan memberi air suci pada orang lain dengan mengulurkan jari anda. Ketika anda dibaptis anda dipanggil dengan nama pribadi anda, berarti sangat personal, maka tanda salib jangan dibuat dengan asal-asalan
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...