Rabu, 12 Mei 2010

KATEKESE DAN TANTANGAN MULTITASK (V)

3. Metode bahasa gambar

Media gambar mempunyai daya pikat tersendiri ketika dijadikan sarana katekese. Sebab, melalui gambar, baik dalam bentuk poster, cergam, karikatur, ataupun lukisan, ada sentuhan yang dapat mengajak peserta semakin memperdalam maksud gambar yang disajikan, baik maksud untuk memperkuat isi-memberi peneguhan, merefleksikan, ataupun sampai memperbandingkan.

Misalnya, gambar karikatur, kata karikatur berasal dari bahasa Latin dan Italia caricare yang berarti “memuat beban atau bobot (makna)”. Kata tersebut memberi makna lebih kepada kata caricatura, yang berarti gambar yang membawa parodi mengenai kehidupan, sehingga gambar itu dapat ditertawakan. Gambar karikatur jika diperdalam dapat bersifat mengguggah, lucu, menyindir dan cerdas (lateral thingking). Sifatnya yang menyindir dan cerdas itu dapat digunakan sebagai media katekese.

Media gambar ini dalam proses katekese dapat dilakukan dengan:

1). Divisualisasikan, artinya gambar (poster, lukisan, karikatur, dll), digunakan untuk memvisualkan tema atau gagasan yang ingin didalami atau dipelajari, sarana atau media bantu penjelasan bagi fasilitator/pendamping atau media yang digunakan untuk diskusi, diamati, dan didalami-direfleksi bersama (apresiasiatif).
2). Dinarasikan, artinya gambar (poster, lukisan, karikatur dll) sebagai media untuk bercerita (storytelling). Gambar yang disajikan, membantu memberikan “suasana” dan pusat perhatian bagi peserta .
3) Mempergunakan bahasa gambar melalui papan tulis. Fasilitator / pendamping membuat gambar-gambar sederhana untuk memperkuat suasana cerita. Bahasa gambar dengan papan tulis ini memang membutuhkan ketrampilan tersendiri, karena fasilitator/pendamping harus mampu membuat bahasa gambar itu dengan disajikan kepada peserta dengan cepat namun menarik.
4). Media gambar ini dapat juga direfleksikan dan didiskusikan dengan metode SOTARAE atau ORID.

D. Catatan Akhir

Berbagai metode diatas merupakan pelengkap atau pendukung bagi proses katekese. Jangan sampai, metode-metode dengan media komunikasi populer tersebut menjadi dominan daripada gagasan serta materi pemahaman iman dalam proses katekese. Jangan sampai karena berbagai pengembangan kreatifitas melalui media komunikasi populer tersebut, peserta katekese kurang menemukan makna imannya. Seharusnya peserta semakin dikembangkan pemahaman imannya dengan dukungan atau bantuan media-media komunikasi tersebut.

Untuk itu, fasilitator/pendamping harus senatiasa mengelola proses katekese tersebut dengan sungguh-sungguh. Artinya, fasilitator/pendamping mampu menempatkan segi alokasi waktu, porsi, dan kesesuaian antara metode-pendekatan dan media komunikasi populer yang digunakan bagi proses katekese.

Jika media komunikasi populer ini dipergunakan untuk proses katekese, fasilitator/pendamping hendaknya mempersiapkannya dengan sebaiknya. Film, foto, gambar dan lain sebagainya membutuhkan alat pendukung seperti TV, VCD-DVD player, dan tempat yang memadai. Begitu juga, media komunikasi populer ini perlu dipilih dan diseleksi sehingga mampu mendukung isi pemahaman iman yang akan diproses, baik ditujukkan untuk peneguhan atau diperdalam atau sebagai pengantar-ilustrasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar