Minggu, 10 Oktober 2010

MUJIZAT PERTOBATAN CLAUDE NEWMAN

Dari email yang saya dalam inbox, saya dapatkan kesaksian yang menyentuh ini. Membacanya, saya teringat salah satu ayat dalam Surat St. Paulus dalam Fil 1: "aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus -itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu." atau dalam Doa Tessera Legio Maria dan dalam Salve Regina: "Salam ya Ratu, Bunda yang rahim, kehidupan, penghibur dan pengharapan kami... Kami orang buangan, anak Hawa berseru kepadamu. Kepadamu kami mohon dalam lembah kedukaan ini, maka tunjukkanlah kepada kami, hai Pembicara kami wajahmu yang manis. Dan sesudah pembuangan ini, tunjukkanlah kami Yesus buah tubuhmu yang terpuji." Tuhan sungguh bekerja dengan cara-cara ajaib yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Semoga bermanfaat. Tuhan memberkati.
 
Kisah nyata mengenai Claude Newman [1923-1944] ini terjadi di Mississippi sebagaimana dikisahkan oleh Pater Robert O'Leary, SVD [1911-1984], seorang imam dari Mississippi, yang terlibat langsung dalam peristiwa ini.

Claude Newman [dilahirkan pada tanggal 1 Desember 1923] adalah seorang negro yang bekerja di ladang untuk seorang tuan tanah. Ia telah menikah di usianya yang ke-17 dengan seorang perempuan sebaya. Suatu hari, dua tahun kemudian, ia sedang bekerja di ladang. Seorang pekerja lain datang berlari untuk memberitahu Claude bahwa isterinya berteriak-teriak di rumah. Segera Claude berlari ke rumah dan mendapati seorang laki-laki menyerang istrinya. Claude mengambil kampak dan memacung kepala orang itu. Ketika mereka membalik tubuh tak bernyawa itu, mereka mendapati bahwa ia adalah pekerja kesayangan tuan tanah kepada siapa Claude bekerja. Claude ditangkap dengan dakwaan pembunuhan dan dijatuhi hukuman mati di kursi listrik.*

Sementara di penjara menanti eksekusi, Claude berada satu sel dengan empat tahanan lain. Suatu malam, kelima tahanan duduk melingkar dan bercakap-cakap. Claude memperhatikan sebuah medali yang dikenakan pada leher seorang tahanan. Ia bertanya apa itu, dan tahanan Katolik itu menjawab bahwa itu adalah sebuah medali. “Apa itu medali?” tanya Claude. Pemuda Katolik tak dapat menjelaskan apa itu medali dan apa gunanya. Karenanya, sebab murka, sang pemuda Katolik merenggut medali dari lehernya lalu mencampakkannya ke lantai di depan kaki Claude disertai kutukan dan sumpah serapah, menyuruhnya mengambil barang itu. Claude memungut medali, dan seijin sipir penjara, mengenakannya pada lehernya. Baginya, medali itu sekedar sebuah perhiasan, tetapi ia ingin dan suka mengenakannya.



Tengah malam, sementara tidur di atas pembaringannya, Claude terjaga oleh suatu sentuhan pada pergelangan tangannya. Dan di sana, seperti di kemudian hari diceritakan Claude kepada Pater O'Leary, berdiri seorang perempuan yang paling cantik yang pernah diciptakan Tuhan. Pada mulanya, Claude amat ketakutan. Bunda Maria menenangkannya dan lalu berkata kepadanya, “Jika engkau mau aku menjadi bundamu, dan engkau mau menjadi anakku, panggillah seorang imam Gereja Katolik.” Dengan perkataan itu ia pun lenyap. Claude tercekam ketakutan dan berteriak, “hantu, hantu!” Kemudian ia mulai berteriak-teriak meminta seorang imam Katolik.

Pater O'Leary dipanggil keesokan paginya. Ia datang dan menemui Claude yang menceritakan kepadanya apa yang telah terjadi semalam. Claude, bersama empat tahanan lain dalam selnya, meminta pelajaran agama.

Pada awalnya, Pater O'Leary sulit mempercayai kebenaran cerita Claude. Para tahanan yang lain mengatakan kepada imam bahwa semua yang diceritakan Claude adalah benar adanya, tetapi tentu saja, mereka tidak melihat ataupun mendengar apa-apa dari Bunda Maria.

Pater O'Leary berjanji untuk mengajar mereka katekese. Ia kembali ke paroki, melaporkan apa yang terjadi kepada Rektor, dan kembali ke penjara keesokan harinya untuk memberikan pengajaran. Pada waktu itulah Pater O'Leary mengetahui bahwa Claude Newman tidak dapat membaca ataupun menulis sama sekali. Satu-satunya cara ia dapat mengatakan apakah suatu buku terbalik atau tidak adalah jika buku itu bergambar. Claude tidak pernah bersekolah. Ia juga tidak tahu sama sekali mengenai agama. Ia tidak tahu siapa itu Yesus. Ia tidak mengerti apa-apa selain dari bahwa ada Tuhan.

Claude mulai menerima pengajaran agama, dan tahanan-tahanan lain membantunya dalam belajar. Setelah beberapa hari, dua orang biarawati dari sekolah paroki Pater O'Leary mendapatkan ijin dari kepala penjara untuk mengunjungi penjara. Mereka ingin menemui Claude, dan juga ingin menjenguk para tahanan perempuan di penjara. Di lantai lain dari penjara, para biarawati mulai mengajarkan katekese kepada sebagian tahanan perempuan.

Beberapa minggu telah berlalu, dan tibalah saatnya Pater O'Leary hendak menyampaikan pengajaran mengenai Sakramen Tobat. Para biarawati juga ikut duduk dalam kelas. Imam mengatakan kepada para tahanan, “Baik, anak-anak, pada hari ini saya akan mengajar kalian mengenai Sakrament Tobat.”

Claude mengatakan, “Oh, saya tahu mengenai itu! Bunda mengatakan apabila kita pergi mengaku dosa, kita berlutut bukan di hadapan seorang imam, tetapi kita berlutut di bawah Salib Putranya. Dan apabila kita sungguh menyesali dosa-dosa kita, dan mengakukan dosa-dosa kita, Darah yang Ia curahkan akan mengalir ke atas kita dan membasuh bersih kita dari segala dosa.”

Pater O'Leary dan para biarawati tercengang dengan mulut ternganga. Claude menyangka mereka marah, sebab itu ia berkata, “Ah, jangan marah, jangan marah; saya tidak bermaksud melantur.”

Kata imam, “Kami tidak marah, kami hanya heran. Apakah engkau melihatnya lagi?”

Claude berkata, “Mari menjauh dari yang lain.”

Ketika telah berdua saja, Claude berkata kepada imam, “Bunda mengatakan bahwa jika Pater ragu atau sangsi terhadap saya, hendaknya saya mengingatkan Pater bahwa saat tergeletak dalam sebuah selokan di Belanda pada tahun 1940, Pater mengucapkan ikrar kepada Bunda Maria yang hingga kini masih dinantikan kegenapannya oleh Bunda Maria.” [Bukti yang diberikan Claude kepada imam guna membuktikan bahwa Bunda Maria sungguh menampakkan diri kepadanya: Pater O'Leary berjanji, apabila mampu, ia akan mendirikan sebuah gereja demi menghormati Santa Perawan Maria Yang Dikandung Tanpa Dosa. Janji ini akhirnya digenapi pada tahun 1945.]

Dan, Pater O'Leary mengenangkan, “Claude mengatakan dengan tepat ikrar apa itu.” Hal ini meyakinkan sang imam bahwa Claude mengatakan kebenaran tentang penglihatannya mengenai Santa Perawan Maria.

Mereka berdua lalu kempali ke kelas katekese. Claude terus mengatakan kepada para tahanan lain, “Janganlah takut mengakukan dosa. Kalian sungguh mengakukan dosa-dosa kalian kepada Tuhan, bukan kepada imam ini, atau imam mana pun. Kita mengakukan dosa-dosa kita kepada Tuhan. Kalian tahu, Bunda mengatakan (Sakramen Tobat) adalah serupa telepon. Kita berbicara kepada Tuhan melalui imam dan Tuhan menjawab kita melalui imam.”

Sekitar seminggu sesudahnya, Pater O'Leary sedang mempersiapkan pengajaran mengenai Sakramen Mahakudus. Para biarawati hadir juga. Claude mengatakan bahwa Bunda juga mengajarinya mengenai Komuni Kudus, dan ia bertanya apakah boleh ia mengatakan kepada imam apa yang dikatakan Bunda Maria. Imam segera mengangguk setuju. Claude berkata,

“Bunda mengatakan bahwa dalam Komuni, saya hanya melihat apa yang tampak sebagai sekeping roti. Tetapi Bunda mengatakan bahwa ITU adalah sungguh dan nyata Putranya. Dan bahwa Ia akan bersama saya hanya untuk beberapa saat lamanya sebagaimana Ia bersama Bunda sebelum Ia dilahirkan di Betlehem. Dan bahwa saya hendaknya melewatkan waktu saya sebagaimana yang dilakukan Bunda, sepanjang waktu bersama-Nya, dalam mengasihi-Nya, bersembah sujud kepada-Nya, bersyukur kepada-Nya, memuliakan-Nya dan memohon berkat dari-Nya. Hendaknyalah saya tidak terusik oleh siapapun atau apapun. Tetapi seharusnyalah saya memanfaatkan sebaik-baiknya beberapa menit bersama-Nya itu.”

Pada akhirnya mereka selesai dengan pengajaran, dan [pada tanggal 16 Januari 1944] Claude diterima masuk dalam pelukan Gereja Katolik. Waktunya tiba juga bagi Claude untuk menjalani eksekusi. [Tanggal 20 Januari 1944 ditetapkan sebagai tanggal eksekusi] Claude akan dieksekusi lima menit lewat tengah malam.

Kepala polisi bertanya kepadanya, “Claude, engkau boleh mengajukan satu permintaan terakhir. Apakah yang engkau ingini?”

“Baiklah, kalian semua kacau. Para sipir penjara semuanya kacau. Tetapi kalian tidak mengerti. Saya tidak akan mati. Melainkan hanya tubuh ini. Saya akan bersama Bunda Maria. Jadi, bolehkah saya mengadakan pesta?”

“Apa maksudmu?” tanya sheriff.

“Sebuah pesta! Apakah anda mengijinkan Pater membawa kue-kue dan ice cream dan apakah anda mengijinkan para tahanan di lantai dua dilepaskan di ruang utama agar kami semua dapat berkumpul bersama dan mengadakan pesta?”

“Mungkin akan ada yang menyerang Pater.”

Claude berbalik ke arah mereka yang berdiri dekat sana dan berkata, “Ah, tidak, mereka tidak akan berbuat demikian. Bukankah begitu teman-teman?”

Demikianlah, imam mendatangi seorang warga paroki yang kaya, dan perempuan itu menyediakan ice cream dan kue-kue. Mereka pun kemudian berpesta. Sesudah pesta, sebab Claude telah memintanya, mereka mengadakan Jam Suci. Imam telah membawa buku-buku doa dari gereja dan mereka semua mendaraskan Jalan Salib dan mengadakan Jam Suci tanpa Sakramen Mahakudus. Kemudian, para tahanan dimasukkan kembali ke dalam sel-sel mereka. Imam pergi ke kapel untuk mengambil Sakramen Mahakudus agar Claude dapat menyambut Komuni Kudus.

Pater O'Leary kembali ke sel penjara Claude. Tahanan itu berlulut di balik sisi jeruji yang satu, sementara imam berlutut di sisi yang lain. Mereka berdoa bersama menanti jam berdetak menunjukkan waktu eksekusi.

Limabelas menit sebelum eksekusi, sheriff datang berlari mendaki tangga seraya berseru, “Tangguhkan, tangguhkan, Gubernur memberikan dua minggu masa penangguhan!” Claude tidak tahu bahwa sheriff dan pengacara daerah berupaya menangguhkan eksekusi Claude guna menyelamatkan nyawanya. Ketika Claude mengetahui hal itu, ia mulai menangis.

Imam dan sheriff menyangka bahwa itu adalah reaksi sukacita sebab ia tidak jadi dieksekusi. Tetapi Claude mengatakan, “Ah, kalian tidak tahu. Dan Pater tidak tahu. Andai kalian pernah memandang wajah Bunda Maria, dan memandang ke dalam mata Bunda Maria, kalian tak akan ingin hidup lebih lama lagi. Keselahan apakah yang telah aku lakukan minggu-minggu belakangan ini hingga Tuhan menolakku pulang ke rumah?”

Dan imam melihat Claude menangis tersedu-sedu bagai seorang yang patah hati. Sheriff meninggalkan ruangan. Imam tinggal dan memberi Komuni Kudus kepada Claude. Akhirnya Claude tenang.

“Mengapa? Mengapakah aku harus tinggal di sini dua minggu lagi?”

Sekonyong-konyong timbul suatu gagasan dalam benak imam. Ia mengingatkan Claude akan seorang tahanan di penjara yang amat membenci Claude. Tahanan ini melewatkan hidup amoral yang ngeri, dan dia juga akan segera dieksekusi.

Imam mengatakan, “Mungkin Bunda Maria menghendakimu mempersembahkan penyangkalan diri dijauhkan dari Bunda demi pertobatannya. Mengapakah engkau tidak mempersembahkan kepada Tuhan setiap saat yang engkau lewatkan terpisah dari Bunda Maria demi tahanan ini agar ia pun tidak akan dijauhkan dari Tuhan sepanjang kekekalan masa?”

Claude setuju dan meminta imam untuk mengajarkan kepadanya kata-kata persembahan diri. Pada waktu itu, hanya dua orang saja yang tahu mengenai persembahan ini, yakni Claude dan Pater O'Leary.

Keesokan harinya, Claude berkata kepada imam, “Tahanan itu telah membenciku sebelumnya, tetapi, ah! Pater, betapa ia terlebih lagi membenciku sekarang!”

Imam menjawab, “Yah, itu suatu pertanda baik.”

Dua minggu kemudian [pada tanggal 4 February 1944] Claude menjalani eksekusi mati.

Pater O'Leary memberi kesaksian, “Saya tidak pernah melihat seorang pun pergi menyongsong kematiannya dengan begitu gembira dan penuh sukacita. Bahkan para pejabat yang menjadi saksi dan para wartawan koran amat takjub. Mereka mengatakan tak dapat mengerti bagaimana seorang yang pergi dan duduk di kursi listrik wajahnya tampak berseri-seri bahagia.”

Kata-kata terakhir Claude kepada Pater O'Leary adalah, “Pater, saya akan mengingat Pater. Dan bilamana Pater mempunyai suatu permohonan, mintalah padaku, dan aku akan memintanya pada Bunda Maria.”

Dua bulan kemudian, tahanan kulit putih yang amat membenci Claude itu pun hendak dieksekusi. Mengenai orang ini Pater O'Leary mengatakan, “Orang ini adalah yang paling bejat, yang paling tak bermoral yang pernah saya temui. Kebenciannya terhadap Tuhan, terhadap hal-hal rohani, sungguh tak dapat dilukiskan dengan kata-kata.”

Menjelang eksekusi, dokter daerah yang seorang Katolik memohon kepada sang terhukum untuk setidaknya berlutut dan mendaraskan Bapa Kami sebelum sheriff datang. Tahanan ini meludahi wajah sang dokter. Ketika diikatkan pada kursi listrik, sheriff berkata kepadanya, “Jika ada sesuatu yang hendak kau sampaikan, katakanlah sekarang.” Maka, si terhukum ini pun mulai menghojat.

Sekonyong-konyong, ia berhenti menghujat dengan matanya terpaku pada pojok ruangan; wajahnya berubah mencerminkan ketakutan yang amat sangat. Ia berteriak-teriak. Berpaling kepada kepala penjara, ia berseru, “Sheriff, panggilkan seorang imam!”

Pater O'Leary sebenarnya ada dalam ruangan sebab hukum menuntut seorang rohaniwan hadir pada saat eksekusi. Tetapi, sang imam menyembunyikan diri di balik para wartawan sebab si terhukum telah mengancam akan mengutuki Tuhan jika ia melihat seorang rohaniwan di sana.

Segera Pater O'Leary menghampiri si tahanan. Ruang dikosongkan dari mereka yang hadir, dan imam mendengarkan pengakuan dosanya. Tahanan ini mengatakan bahwa ia adalah seorang Katolik, tetapi meninggalkan agama ketika berumur 18 tahun karena hidupnya yang amoral.

Ketika semua telah kembali ke ruangan, sheriff bertanya kepada imam, “Apakah yang membuatnya berubah pikiran?”

“Saya tidak tahu. Saya tidak menanyakannya.”

“Baiklah, aku tidak akan pernah bisa tidur jika tidak mengetahuinya.”

Sheriff berpaling kepada si terhukum dan bertanya, “Nak, apakah yang membuatmu berubah pikiran?”

“Ingatkah Anda akan Claude si kulit hitam itu, yang aku benci setengah mati? Ia berdiri di sana [ia menunjuk dengan jarinya], di pojok itu. Dan di belakangnya Bunda Maria dengan satu tangan di atas masing-masing bahu Claude. Dan Claude berkata kepadaku, `Aku mempersembahkan kematianku dalam persatuan dengan Kristus di salib demi keselamatanmu. Bunda Maria mendapatkan anugerah ini untukmu: agar engkau melihat tempatmu di neraka jika engkau tidak bertobat.' Dan kepadaku diperlihatkan tempatku di neraka, dan itulah saat ketika aku berteriak-teriak.”

Demikianlah dahsyatnya kuasa Bunda Maria.

Kita melihat banyak kesamaan antara fakta-fakta dalam kisah Claude Newman dengan Pesan Santa Perawan Maria di Fatima pada tahun 1917, yang menekankan pada:

  • Sakramen Tobat,
  • Komuni Kudus,
  • Silih bagi para pendosa,
  • Penglihatan akan neraka.

“Banyak jiwa-jiwa menuju neraka sebab tak seorang pun mendoakan dan melakukan silih bagi mereka.”


* Pada tanggal 19 Desember 1942, karena hasutan seorang teman, Claude Newman membunuh Sid Cook dan membawa lari uangnya. Sid Cook adalah kakek tirinya yang melakukan tindak kekerasan seksual terhadap Ellen Newman, nenek yang membesarkan Claude. Pater Robert O'Leary, SVD tampaknya menyederhanakan dan sedikit mengubah peristiwa yang menjebloskan Claude ke dalam penjara. Kemungkinan Pater O'Leary tidak benar-benar paham akan apa yang sesungguhnya terjadi, atau karena 20 tahun telah berlalu sebelum akhirnya Pater O'Leary mengisahkan peristiwa mukjizat ini. Yang menjadi perhatian utama Pater O'Leary adalah mukjizat pertobatan Claude yang diketahuinya secara langsung. ~ Catatan Br. Claude Lane OSB, yang di kemudian hari mempelajari dan meneliti riwayat hidup Claude Newman.

1 komentar:

  1. Salam Maria Tuhan Sertamu....
    Bunda Suci Doakanlah kami....anak-anakmu

    BalasHapus