Jumat, 29 April 2011

IMAN AKAN KEBANGKITAN

Pengantar

Ada seorang yang takut membunuh nyamuk, padahal nyamuk itu beberapa kali menghisap darahnya tanpa ijin. Ia takut kalau nyamuk itu adalah reinkarnasi manusia yang hidup sebelumnya. Ia hanya mengipas-ngipas tangannya menyuruh nyamuk itu menjauh. Reinkarnasi adalah kepercayaan yang mengatakan bahwa setelah manusia mati, dia bisa menjelma lagi dalam bentuk manusia atau makhluk lain. Kalau selama hidupnya baik, dia akan menjelma menjadi makhluk yang lebih tinggi (misalnya dewa atau dewi), tetapi kalau hidupnya jahat, dia dapat menjelma menjadi makhluk yang lebih rendah seperti menjadi binatang.


Iman Kristiani tidak memiliki ajaran ini. Kitab Suci dan ajaran Gereja tidak pernah mengajarkan hal ini. Gereja mempunyai ajaran kebangkitan: bahwa semua orang yang mati akan dibangkitkan. Ada yang dibangkitkan untuk hidup bersama Allah dalam kemuliaan surgawi, ada pula yang dibangkitkan untuk dihukum.


Ajaran Tentang Kebangkitan Badan

Pengakuan iman Kristen (Doa Aku Percaya/Syahadat Iman) mengatakan: “Aku percaya akan kebangkitan badan”. “Kepercayaan ini bahkan menjadi puncak dari syahadat. Bahwa orang-orang mati akan bangkit pada akhir zaman dan bahwa ada kehidupan abadi” (Katekismus Gereja Katolik, 988). Bagi sebagian orang yang melihat manusia hanyalah onggokan materi belaka nampaknya hal ini sulit diterima akal. Bagaimana mungkin badan manusia yang dapat mati ini dapat hidup kembali?” Begitulah, manusia selalu memaksa sesuatu untuk diterima oleh akal, yang sebetulnya akal manusia begitu terbatas dan sempit. Padahal iman seringkali melampaui akal yang terbatas itu.


Ajaran kebangkitan ini berasal dari Yesus Kristus yang kemudian direfleksikan oleh Gereja. Menolak ajaran ini berarti membuat kepercayaan kepada Kristus terasa aneh dan pincang. Meyakinkan orang akan hal ini tidak gampang. Paulus pun gagal meyakinkan orang-orang Yunani di Athena ketika ia berbicara kepada mereka tentang kebangkitan orang mati [Kisah Para Rasul 17:32]. “Ketika mereka mendengar tentang kebangkitan orang mati, maka ada yang mengejek dan yang lain berkata: “lain kali saja kami mendengar engkau berbicara tentang hal itu”.


Ajaran resmi Gereja yang tertuang dalam Katekismus menulis sebagai berikut: “Kita percaya dengan pasti dan berharap dengan penuh kepercayaan seperti Kristus telah bangkit dengan sesungguhnya dari antara orang mati dan hidup selama-lamanya, demikianlah orang-orang benar setelah kematiannya akan hidup untuk selama-lamanya bersama Kristus yang telah bangkit kembali dan IA membangkitkan mereka pada akhir zaman” (KGK, 989). Ajaran kebangkitan orang mati sebenarnya adalah warisan iman Perjanjian Lama, walaupun kelompok Saduki tidak mengakui hal ini. Ajaran ini diteguhkan kembali oleh ajaran Yesus dalam Kitab Suci.


Dalam suatu kesempatan, ada suatu diskusi antara Yesus dan beberapa orang Saduki. Orang-orang Saduki mengajukan kasus seorang perempuan yang menikah dengan 7 orang laki-laki (ketujuhnya bersaudara) secara berurutan. Setelah menikah, laki-laki yang menikahinya mati tanpa meninggalkan keturunan. Begitu seterusnya sampai yang ketujuh. “Pada hari kebangkitan, saat mereka bangkit “kata orang-orang Saduki, “siapakah yang menjadi suami perempuan ini. “Apakah akan ada perebutan di antara ketujuh laki-laki itu terhadap perempuan itu? “Kamu sesat”, kata Yesus, “kamu tidak mengerti Kitab Suci dan kuasa Allah” [Markus 12:24]. Dalam Surga, ketika orang-orang dibangkitkan tidak ada lagi kehidupan suami isteri seperti di dunia ini, karena manusia akan hidup seperti malaikat [Markus 12:25]. Kita tidak akan mengenakan tubuh kita seperti yang kita miliki sekarang ini. Tubuh kebangkitan berlainan dengan tubuh jasmani yang kita miliki. Iman akan kebangkitan orang mati didasarkan pada iman, bahwa “Allah bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup” [Markus 12:27].


Paulus dalam suratnya kepada orang-orang di Roma berbicara juga tentang kebangkitan orang mati. Paulus mengatakan: “Dan jika Roh Dia yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati diam di dalam kamu, maka IA, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya yang diam di dalam kamu” [Roma 8:11]. Berdasarkan apa yang dikatakan Paulus ini, kebangkitan badan dengan demikian berarti “Sesudah kematian, tidak hanya jiwa kita yang hidup terus, tetapi bahwa “tubuh kita yang fana” akan hidup kembali (KGK,990). Tubuh atau badan yang dimaksud tentu saja berbeda dengan badan atau tubuh yang kita miliki sekarang ini sebab setelah mati, tubuh yang kita miliki sekarang akan hancur. Tubuh yang dimaksud itu adalah tubuh kebangkitan, tubuh mulia. Allah akan menganugerahkan tubuh kebangkitan itu kepada orang yang dianggap-Nya layak.


Tubuh kebangkitan menurut Paulus adalah tubuh rohaniah bukan tubuh alamiah seperti yang kita miliki sekarang ini [1 Korintus 15:44]. “ Ada tubuh surgawi lain dari pada kemuliaan tubuh duniawi [1 Korintus 15:40]. Tubuh mulia atau tubuh rohaniah itu tidak akan binasa. Sementara tubuh jasmani atau alamiah itu binasa setelah kematian kita. Tubuh jasmani itu hina, tetapi tubuh kebangkitan itu mulia. Dalam kerajaan Allah, darah dan daging tidak mendapat bagian, bahwa yang binasa (tubuh jasmani) tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa [1 Korintus 15:50]. Setelah kematian, tubuh jasmani manusia memang hancur, tetapi hidupnya sendiri diubah bukan ditiadakan atau dilenyapkan. Inilah keyakinan iman Gereja dan keyakinan ini tertuang dalam prefasi arwah.


1. Kristus Buah Sulung Kebangkitan.

Berbicara tentang kebangkitan badan tidak pernah boleh terpisah dari kebangkitan Yesus Kristus. Madah tentang Yesus Kristus dari Paulus kepada Jemaat di Kolose mengatakan: “IAlah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga IA lebih utama dari segala sesuatu” [Kolose 1:18]. Apa yang dikatakan Paulus ini menunjukkan “kepertamaan” Kristus dalam kebangkitan. Kalau Yesus yang pertama (sulung) bangkit maka kita yang percaya kepada-Nya akan dibangkitkan juga.

Kita tidak bisa berbicara dan percaya kepada warta kebangkitan badan kita kalau kita tidak beriman kepada kepertamaan kebangkitan Yesus. Kebangkitan Kristus bukanlah omong kosong, atau kebangkitan itu hanyalah peristiwa iman yang sebenarnya tidak nyata, melainkan kebangkitan adalah suatu kenyataan. Memang dalam keempat Injil, kesaksian tentang hidup dan pewartaan Yesus seringkali berbeda (bukan berlawanan) satu sama lain, tetapi dalam hal kebangkitan, keempatnya sama walaupun ungkapannya yang berbeda. Semuanya mewartakan tentang kebangkitan Yesus. Malaikat itu berkata kepada Maria Magdalena: “IA tidak ada di sini, IA telah bangkit” [Matius 28:6]. Kepada beberapa perempuan yang hendak menjenguk kubur Yesus, malaikat berkata: “Jangan takut! Kamu mencari Yesus, orang Nazareth yang disalibkan itu. IA telah bangkit, IA tidak ada di sini” [Markus 16:6]. “Mengapa kamu mencari yang hidup di antara orang mati? IA tidak ada di sini, IA telah bangkit” [Lukas 24:5-6]. Murid yang dikasihi Yesus melihat semua yang terjadi di kubur Yesus itu dan percaya. Sebab sebelum itu, mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan bahwa IA harus bangkit dari antara orang mati [Yohanes 20:8-9]. Itulah yang dikatakan keempat Injil tentang Yesus yang bangkit. Maka kalau kita tidak percaya akan kebangkitan Yesus, maka sia-sialah pewartaan Injil dan sia-sialah iman kita” [bdk. 1 Korintus 15:14].


Karena Yesus adalah buah sulung kebangkitan, maka kita diikutsertakan dalam kebangkitan-Nya. Yesus menghubungkan iman akan kebangkitan itu dengan pribadi-Nya. “Akulah kebangkitan dan hidup”, kata Yesus dalam Injil Yohanes [Yoh 11:25]. Pada hari kiamat Yesus sendiri akan membangkitkan mereka yang percaya kepada-Nya… Dalam kehidupan-Nya di dunia ini, Yesus telah memberikan tanda dan jaminan untuk itu waktu IA membangkitkan beberapa orang mati, dengan demikian IA mengumumkan kebangkitan-Nya sendiri, tetapi yang termasuk dalam tatanan lain (KGK, 994). Selanjutnya Katekismus mengajarkan, “Harapan akan kebangkitan Kristus diwarnai seluruhnya oleh pertemuan-pertemuan dengan Kristus yang bangkit. Kita akan bangkit seperti Dia, bersama Dia dan oleh Dia” (KGK, 995).


2. Ikut Bangkit Bersama Kristus

Kebangkitan merupakan suatu anugerah besar Allah kepada manusia. Anugerah ini bukan karena jasa atau kehebatan manusia. Peran rahmat Allah sangat penting. Kebangkitan itu pertama-tama adalah rahmat Allah sendiri yang dianugerahkan Allah kepada siapa yang layak menerima.


Manusia ikut dibangkitkan bersama Kristus, Tuhan yang hidup. Maka kebangkitan adalah suatu partisipasi penuh di mana manusia ikut ambil bagian dalam kebangkitan Kristus. Kebangkitan yang akan dialami oleh umat beriman yang percaya kepada Kristus tidak pernah berada di luar kebangkitan Kristus. Umat beriman tidak mungkin dapat bangkit dengan sendirinya, melainkan dibangkitkan bersama Kristus. Dengan kata lain, kebangkitan Kristus menjadi titik tolak kebangkitan yang akan dialami oleh umat beriman.


Kepada umat di Kolose, Paulus menyatakan hal ini dengan mengatakan: “Karena dengan Dia, kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah yang telah membangkitkan Dia dari orang mati” [Kolose 2:12]. Karena Kristus dibangkitkan, maka kita yang beriman kepada-Nya akan ikut dibangkitkan pula. Inilah keistimewaan iman Kristiani. Kita mengikuti Kristus, bukan saja Kristus yang mati di salib melainkan juga Kristus yang bangkit dari antara orang mati.


Suatu saat, bagaimana pun suci dan berimannya seseorang kepada Tuhan, ia akan mati. Ini fakta yang harus diterima oleh siapa pun. Namun ada hal yang sangat istimewa yang akan dianugerahkan kepada para pengikut Kristus, bahwa dia akan dibangkitkan. Kebangkitan harus menjadi puncak iman seseorang. Tanpa percaya akan fakta kebangkitan, sia-sialah percaya kepada Tuhan. Ini bukan sebuah imajinasi iman, bukan pula sebuah dongeng atau hiburan ringan, tetapi suatu kenyataan. Hidup beriman tidak berakhir pada kematian. Kematian itu hanyalah suatu tahap dari hidup manusia untuk menuju hidup; hidup bersama Allah dalam kerajaan-Nya. Hal ini merupakan inti pewartaan Yesus. Yesus datang untuk mewartakan Kerajaan Allah. “Bertobatlah, Kerajaan Allah sudah dekat” [Markus 1:15]. Unsur penting Kerajaan Allah yang diwartakan adalah kebangkitan. Dengan ini Yesus mau bahwa kedatangan-Nya tidak membuat kematian itu berkuasa selamanya. Kematian akan dikalahkan dan akan tunduh di bawah kuasa Yesus. Kematian akan dikalahkan oleh kebangkitan, dan dengan itu manusia akan hidup selama-lamanya, bukan di dunia ini tetapi di dunia yang akan datang dalam kerajaan-Nya. Inilah inti kabar gembira yang dibawakan oleh Yesus Kristus.


Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, berbicara panjang lebar dan jelas tentang kebangkitan kaum beriman. Pewartaan Paulus tentang kebangkitan kaum beriman ini tidak berdiri sendiri sebagai suatu fakta yang dialami kaum beriman di luar kebangkitan Kristus. Paulus mengatakan: “Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kamu” [1 Korintus 15:13-14]. Arti dari ayat ini adalah bahwa karena Kristus telah bangkit, maka bersama Dia, kita akan ikut dibangkitkan. Logika Paulus terbalik namun tidak mengurangi makna kebangkitan Kristus sebagai Sang Sulung Kebangkitan, bahwa fakta kebangkitan orang mati adalah suatu tanda atau bukti kebangkitan Kristus. “Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan” [Roma 15:16].


Begitu bernilainya kebangkitan umat beriman dan kebangkitan Kristus. Karena itu kalau selama hidup di dunia ini kita tidak menaruh pengharapan akan kebangkitan kita, maka seperti yang dikatakan Paulus: “kita menjadi orang malang dari segala manusia” [1 Korintus 15:19]. Menjadi Kristen tidak bernilai apa-apa kalau tidak ada pengharapan akan kebangkitan. Maka menjadi pengikut Kristus berarti: hidup di dunia ini, namun memandang terus pada kebangkitan Kristus sambil menaruh pengharpaan besar bahwa kita sendiri akan mengalami kebangkitan karena Yesus Kristus. Yesus adalah pusat, awal sekaligus tujuan dari kebangkitan badan kita.


Penutup

Inilah inti iman Kristiani. Inilah konsekuensi dari kepercayaan kita akan Tritungaal Mahakudus sebagaimana tertuang dalam awal syahadat. Percaya akan Allah Tritunggal berarti percaya akan karya-Nya dalam hidup kita yaitu kebangkitan badan. Percaya dengan teguh akan kebangkitan badan menjadi pusat seruan Paulus ketika dia mengatakan: “Hai maut di manakah kemenanganmu, hai maut di manakah sengatmu?” [1 Korintus 15:15]. Sekarang kita boleh berseru bersama Paulus karena kita memiliki Tuhan Yesus yang telah bangkit dan akan membangkitkan kita.

Tuhan memberkati!

(Dikutip dari tulisan: Rm. Elisa Maria, CSE / Hidup Dalam Roh edisi Maret-April 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar