Sabtu, 16 April 2011

PEKAN SUCI, DIAWALI DENGAN MINGGU PALMA

Gereja segera akan memasuki Pekan Suci, dimana kita merayakan karya penyelamatan Tuhan. Dalam Pekan ini dirayakan Upacara paling agung dan paling penting dalam kehidupan kristen.

Mengapa disebut demikian dan kapan munculnya dalam liturgi Gereja? Pekan yang mendahului Hari Raya Paska. Pekan terakhir bagi umat beriman mempersiapkan diri untuk merayakan misteri iman kristiani, yakni sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus sebagai Tuhan. Pekan Suci diawali dengan perayaan Minggu Palma dan berakhir dengan perayaan Paska. Hal ini berarti Pekan Suci meliputi Minggu Palma, Kamis Putih, Jumat Agung dan Malam Paska atau Vigili Paska. Trihari Suci tersebut merupakan “Triduum Suci” secara massal menjelang Paska.

Selama Pekan Suci, seluruh umat Allah dalam Gereja, mengarahkan seluruh perhatiannya kepada misteri sengsara, wafat dan kebangkitan Tuhan melalui rangkaian upacara liturgis gerejani. Dalam pekan suci, terdapat “Tri Hari Suci”, yakni Kamis Putih, Jumat Agung dan Malam Paska. Dimaksudkan agar umat kristiani semakin memahami dan mendalami penghayatan imannya akan Kristus, sekaligus pula memberi daya dorong dan semangat juang untuk tetap mengikuti Kristus dengan setia dalam hidup sehari-hari.



Upacara tradisional Pekan Suci berasal dari parktek ziarah dan devosi umat beriman sejak abad ke 4 di Tanah Suci yang berpusat di Yerusalem. Para peziarah dari berbagai tempat mendatangi kota Yerusalem untuk merenungkan kembali kisah Yesus memasuki kota Yerusalem, Perjamuan Malam Terakhir dan drama Penyaliban-Nya. Peristiwa-peristiwa tersebut biasanya didramatisir dalam suasana upacara liturgis.

Dokumen lengkap tentang praktek ziarah dan devosi tersebut, ditulis oleh Egerius. Dokumen yang berisi laporan lengkap tentang “Pekan Suci”, disebut “Peziarahan Etheria” pada abad ke 4 sampai abad ke 6. Upacara liturgi PekanSuci berlangsung dari abad ke abad mengalami pelbagai perubahan dan variasi, sesuai dengan keadaan jaman dan latar belakang budaya di mana Gereja hidup dan berkembang, khususnya Gereja Barat (Romawi) dan Gereja Timur (Yunani). Keadaan tersebut sampai abad ke 20 Paus Pius XII (1939-1958 jadi Paus) mengadakan pembaruan dan penataan seluruh upacara liturgis “Pekan Suci”, melalui Dekritnya “Maxima Redemptionis Nostrae Mysteria”, yang dikeluarkan pada tanggal 16-November-1955.

Selanjutnya, Gereja menyadari betapa pentingnya kedudukan liturgi dalam Gereja. Oleh sebab itu, dokumen pertama yang dihasilkan Konsili Vatikan II (1962-1965), adalah “Konstitusi tentang Liturgi” (4-Desember-1963). Refleksi theologis-liturgis tentang hakekat liturgi bagi seluruh Umat Allah, terutama di dalamnya, termasuk pula “kedudukan pekan suci” yang harus dihayati oleh seluruh Gereja.

Pada tahun 1970, Vatikan mengeluarkan “Instruksi tentang liturgis” secara lengkap dan terpadu menurut “Missale Romanum”, antara lain tentang Perayaan Pekan Suci dan Trihari Suci yang berlaku dalam Gereja hingga kini.


MINGGU PALMA

Membuka pekan suci dengan Merayakan Sengsara Tuhan yang disambut sebagai Raja yang memberikan nyawa-Nya bagi tebusan umat manusia. Gereja pada hari Minggu ke enam dalam masa prapaska merayakan Upacara Minggu Palma ini. Kiranya kita perlu memahami misteri yang dirayakan pada Hari Minggu Palma ini. Melalui perayaan Minggu Palma Gereja merayakan sengsara Tuhan. Secara liturgis maksud ini digambarkan secara jelas dengan warna merah busana liturgi imam dan pembacaan passio atau kisah sengsara Tuhan.

Perayaan Minggu Palma memiliki dua wajah, di luar Gereja, bernuansa gembira, meriah. Bagian Upacara di luar Gereja ini, menunjukkan sisi Yesus sebagai Raja penyelamat yang hendak memberikan nyawa-Nya bagi segenap umat yang dipercayakan kepada-Nya. Ia rela menderita dan mati bagi keselamatan umat yang dicintai-Nya. Sosok Yesus sebagai raja yang bersedia memberikan nyawanya, digambarkan secara liturgis dengan imam yang disambut lambaian daun palma oleh umat yang hadir. Yesus sebagai raja yang bersedia memberikan nyawa-Nya juga digambarkan dengan imam yang berjalan di depan umat, bukan di belakang prosesi. Inilah yang membedakan prosesi Minggu Palma dengan prosesi lainnya. Sebab, pada prosesi yang lain, imam selalu berjalan di belakang, ia digambarkan sebagai pembimbing.

Sedangkan, upacara yang di laksanakan di dalam Gereja lebih menggambarkan suasana sedih, sebab, memang pada hari ini Gereja merayakan sengsara Tuhan. Saat Yesus memasuki Yerusalem menjelang akhir hidupnya, Ia bermaksud menyerahkan nyawa-Nya bagi penebusan umat manusia. Melalui perayaan Minggu Palma juga dimaksudkan sebagai cara Gereja membuka pekan suci. Disebut pekan suci, karena dalam pekan ini Gereja merayakan perayaan-perayaan paling agung dan paling istimewa diantara perayaan yang dirayakan Gereja sepanjang tahun.

Dalam pekan suci, Gereja merayakan Trihari Paska, dimana Tuhan Yesus sebagai penyelamat melaksanakan tugas mulianya. Minggu Palma sebagai perayaan yang membuka pekan suci digambarkan secara liturgis dengan Imam yang membuka pintu gereja saat mengakhiri prosesi dalam bagian pembukaan upacara ini. Jika, imam mengetuk pintu sebelum membuka pintu Gereja yang masih tertutup, tindakan liturgis imam itu dimaksudkan sebagai lambang Yesus yang mengetuk pintu hati umat, supaya dalam pekan suci ini, para murid Yesus mengarahkan hati dan jiwa-Nya kepada-Nya. Pintu hati kita diketuk agar kita membuka bagi rahmat penebusan yang ditawarkan secara berlimpah dalam pekan ini.

Adapun tata urutan prosesi Minggu Palma berbeda dengan prosesi liturgis lainnya. Pada prosesi Minggu imam bersama misdinar altar berada di depan, sedang pada prosesi yang lain imam di bagian belakang. Dalam prosesi semestinya umat tetap memperhatikan ketertiban, ketenangan dan kekhusukkan dalam menghayati upacara ini. Untuk itu, mohon diindahkan urut-urutan prosesi, yang diatur sebagai berikut :
  1. Misdinar pembawa dupa sebagai pucuk prosesi disusul misdinar pembawa salib dan pembawa lilin. 
  2. Imam dan para misdinar atau akolit lainnya. 
  3. Lektor, pemazmur dan para asisten imam. 
  4. anggota paduan suara atau petugas koor dan petugas liturgi lainnya.
  5. segenap umat beriman. 
Melalui tata urutan seperti itu, maka prosesi ini selain mengungkapkan secara simbolis makna Liturgi Minggu Palma, juga tetap dengan jelas menampakkan makna simbolis Gereja yang tersusun secara herarkhis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar