Jumat, 29 Juli 2011

I S T I R A H A T

Beristirahat juga termasuk satu tugas yang harus kita lakukan karena dengan ini kita akan bisa melayani dengan baik.

Cobalah belajar bagaimana beristirahat yang benar. Bila kita bisa menghindar dari keadaan menjadi sangat kelelahan tentunya kita akan bisa beristirahat dengan baik. Allah ingin kita menjaga kesehatan kita, Dia juga ingin kita mengenal bagaimana kita memulihkan kekuatan kita. Ini merupakan bagian dari perintah Allah kelima. Kita perlu beristirahat agar tubuh kita kembali fit, untuk mengembalikan energi kita yang terbuang sehingga kita dapat kembali bekerja secara lebih efektif. Yang terpenting adalah kita butuh beristirahat agar kita dapat melayani Allah dan orang lain dengan lebih baik.

Ingatlah bahwa Allah ingin semua ciptaanNya bisa mengalihkan sejenak pikiran dan konsentrasinya. Bagaimana seekor keledai bisa menjalankan tugasnya bila dia tidak diberi makan atau diberi cukup istirahat, atau bila semangatnya turun karena terlalu banyak lecutan yang diterimanya? Nah, begitu pula dengan tubuhmu, persis seperti tubuh keledai ini, dan memang keledai kecil ini yang dipilih Allah di Yerusalem. Tubuhmu yang bisa diidentikkan dengan keledai ini membawamu melewati perjalanan hidupmu di bumi. Tubuhmu harus dikendalikan agar tidak menyimpang dari rencana yang sudah Allah tentukan bagimu. Kalian juga harus menyemangatinya agar dia bisa melangkah cepat dengan riang gembira sekalipun kalian sedang berbeban berat. Saat kita lelah kita akan lebih sulit mengerjakan segala hal, yaitu melakukannya menurut cara yang Allah ingin kita lakukan. Tentu ada saat-saat kita cenderung bertindak di luar kasih, kesalahan yang disebabkan karena kelalaian kita. Pengalaman menunjukkan pada kita bahwa ketika seekor keledai kelelahan, dia maunya duduk di manapun juga.



Sudah dikatakan bahwa beristirahat bukanlah berarti kita tidak mengerjakan sesuatu apapun. Sebaiknya beristirahat kita pahami sebagai mengerjakan kegiatan-kegiatan yang lebih ringan dan tidak memerlukan banyak tenaga. Waktu luang memberi kita kesempatan untuk kita mengembangkan kehidupan jiwa kita. Biasanya kita lakukan lewat kesempatan melakukan lebih banyak kegiatan rohani dan kerasulan, membina persahabatan dan lain sebagainya. Jangan sampai kita mencampuradukkan antara pengertian istirahat dengan bermalas-malasan.

Bunda Gereja selalu menaruh perhatian pada kesejahteraan fisik dari anak-anakNya. Beato Paus Yohanes Paulus II berkomentar tentang Yesus yang tinggal dan beristirahat di kediaman Martha dan Maria. Dia menyampaikan pesan bahwa beristirahat artinya meninggalkan pekerjaan sehari-hari kita, melepaskan diri dari kerja rutin kita setiap hari, setiap minggu ataupun setiap tahun.

Sangat penting bahwa kita tidak berpergian atau bertualang ke mana-mana tanpa tujuan; waktu kita beristirahat ini janganlah sampai menjadi kesempatan yang tidak ada aktivitas sama sekali. Sering, Bapa Suci mengatakan: Akan lebih baik bila kita pergi dan menikmati pemandangan alam - pegunungan, laut, hutan. Dan tentu saja, ini semua mesti akan menjadi keinginan seseorang agar waktu luangnya ini bisa diisi dengan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang baru namun tetap membawa kita pada perjumpaan dengan Allah. Kita mesti membuka jiwa kita akan kehadiran Allah di dunia dengan mengarahkan mata hati kita pada Sabda kebenaranNya.

Kita sepenuhnya menyadari banyak orang saat ini memberikan waktu luang mereka pada berbagai hiburan dan aktivitas yang tidak mengarah, bahkan berkesempatan menghalangi, perjumpaan dengan Allah tersebut. Daripada kita membiarkan diri terpengaruh oleh hal-hal moderen, sebaiknya kita mulai perhatian kepada pada hal ini: norma kesalehan yang sama yang setiap hari kita hidupi selayaknya juga mengarahkan waktu luang kita seperti kita mengarahkan pekerjaan kita sehari-hari.

Melalui waktu luang ini harusnya kita juga bisa menunjukkan kasih kita kepada Allah dan sesama. Kita akan tahu bagaimana memilih tempat yang cocok untuk liburan kita, bagaimana cara terbaik membuat sebuah rencana perjalanan, bagaimana cara paling menguntungkan untuk merancang kegiatan akhir pekan kita yang terlepas dari kegiatan kita sehari-hari di kantor. Mari kita hindarkan pemikiran 'tidak peduli orang lain, yang penting kita' tapi tetaplah kita mencari persekutuan dengan Tuhan kita. Setiap waktu yang ada adalah baik buat kita memikirkan orang lain, memperhatikan mereka, menolong mereka dan menunjukkan minat kita pada hobi yang mereka sukai. Setiap waktu itu baik bagi kita untuk memperlihatkan kasih kita. Kasih itu tidak memberikan kesempatan untuk hadirnya kesenjangan.

Yesus beristirahat untuk menunjukkan ketaatannya kepada hukum Musa. Dia melakukan hal itu karena permintaan anggota keluarga dan kawan-kawanNya, atau juga karena kelelahan..., sama seperti kita lainnya. Dia tidak beristirahat karena lelah melayani orang lain. Dia tidak pernah mementingkan diri sendiri, tidak membuat diriNya tidak bisa ditemui orang lain, seolah-olah mau mengatakan: Sekarang adalah waktuku!

Janganlah kita punya sikap mementingkan diri sendiri, bahkan sekalipun di saat kita menarik napas kita sendiri. Di saat-saat itu, pula, kita mesti meyakinkan diri kita bahwa kita tetap dekat kepada Allah. Waktu luang kita bukanlah saat mana kita bisa lupa akan kehadiranNya, menjadi berbeda atau terpisah dari kehidupan rohani kita.

Perhatian tanda kasihNya ini: Kita mesti memperhatikan kelelahan dan kesehatan orang-orang yang hidup bersama atau yang ada di sekitar kita. Kita melihat bagaimana, saat Yesus duduk kelelahan di samping sumur Sikar, Tuhan kita memberi kita teladan yang penuh kuasa: Dia tidak melewatkan kesempatan untuk melakukan pelayananNya, yaitu mengubah hidup wanita Samaria itu. Dia tetap melakukan semua ini sekalipun Dia tahu bahwa orang-orang Yahudi seharusnya tidak berhubungan dengan orang Samaria. Di mana ada kasih, kelelahan dan keletihan pun janganlah menjadi sebab kita tidak melakukan kerasulan dan pelayanan.


Sumber asli: Salah satu artikel dalam buku meditasi ‘In Conversation with God’
Didapat dari Email.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar