Suatu yang menunjukkan bahwa karyanya telah menjadi ‘batu penjuru’ dalam dunia modern dan betapa sikapnya yang teguh terhadap nilai-nilai kebenaran dan moralitas telah begitu meng-inspirasi dunia dan, dapat dilihat dari daftar peserta resmi pemakaman beliau. Belum pernah ada dalam sejarah ada pemakaman tokoh sebesar beliau yang menggambarkannya sungguh-sungguh sebagai Rasul Perdamaian bagi Segala Bangsa.
Daftar ini adalah daftar para pemuka dunia pada pemakaman Paus Yohanes Paulus II yang mengikuti acara ini secara resmi. Pemakaman Paus Yohanes Paulus II dimulai setelah wafatnya pada 2 April 2005 di Vatikan. Sebelum undangan resmi dikirimkan oleh Kolese Para Kardinal, kurang lebih 200 negara sudah mengungkapkan rasa simpati untuk mengirimkan wakil pada pemakaman Paus Yohanes Paulus II, yang berlangsung pada 8 April 2005.
Pada upacara pemakaman ini, para pemuka ini duduk secara alfabetis menurut ejaan negara mereka dalam bahasa Perancis. Berikut daftar mereka yang hadir dalam pemakaman Paus Yohanes Paulus II, Sang Rasul Perdamaian bagi Segala Bangsa.
Sabtu, 30 April 2011
Karol Józef Wojtyla, Sang Maestro Kemanusiaan, Sang Putera Konsili
Pada tanggal 24 Desember 1959, Wojtyla mendapat tugas khusus dari Komisi Persiapan Konsili merancang sebuah bahan yang menyoroti soal seputar krisis humanisme (=krisis kemanusiaan) yang dialami dunia pada masa itu. Hal yang tentu saja menarik bahwa persoalan ini dilimpahkan kepada seorang dosen muda di wilayah berbasis komunisme. Amat ditekankan dalam tulisan itu persoalan persona manusia: makhluk yang unik, hidup di dunia ini dengan nutrisi spiritual, suatu misteri baik bagi dirinya sendiri maupun untuk yang lain, suatu ciptaan yang martabatnya tersingkap dari kedalaman hidupnya sebagai citra Allah. Krisis humanisme mendesak Gereja untuk tidak hidup hanya bagi dirinya sendiri. Gereja ada dan hadir di dalam dunia mesti memainkan peran humanisasi dalam gayanya agar dapat mengimbangi segala janji humanisasi yang mengandalkan sarana-sarana duniawi yang justru menciptakan dehumanisasi dan degradasi dalam banyak aspek kehidupan manusia. Inilah salah satu simpul perjuangan Uskup Wojtyla selama kehadirannya dalam ruangan konsili.
Seperti diketahui Konsili Vatikan II dibuka secara resmi pada tanggal 11 Oktober 1962. Dalam kurun waktu kurang lebih 3 tahun hingga penutupannya tanggal 7 Desember 1965, Uskup Wojtyla melakukan beberapa intervensi (=masukan/pertimbangan dalam suatu session sidang). Pada tanggal 7 November 1962 ia berbicara dalam suatu intervensi tentang ‘Pembaharuan Liturgi Gereja’ dan menyusul tanggal 21 November 1962 tentang ‘Wahyu Ilahi’. Pada tanggal 3 Juni 1963 Paus Yohanes XXIII yang membuka pintu konsili meninggal dunia. Gereja yang sedang berupaya membuka diri tidak ingin terlalu lama berada dalam kevakuman (sede vacante). Tanggal 21 Juni 1963 Paus Paulus VI memegang kendali Gereja sekaligus melanjutkan cita-cita pendahulunya. Pada musim gugur 1963, kembali Uskup Wojtyla berbicara di hadapan konsili yang sedang membahas topik ‘Umat Allah’, sebuah tema yang memberi visi baru yang kaya mengenai Gereja. Selanjutnya tanggal 25 September 1964, ia melakukan sebuah intervensi mengenai ‘Kebebasan Beragama’. Intervensi yang terakhir ia berikan ketika para bapa konsili berbicara tentang kiprah ‘Gereja di tengan dunia kontemporer’ pada tanggal 21 Oktober 1964, tema yang cukup mendapat sentuhan filsafat personalistis Wojtyla dan menempatkan Wojtyla sebagai salah seorang anggota tim perumus draft final konstitusi Gaudium et Spes, sebuah dokumen konsili yang membahas bagaimana Gereja yang sedang ber-aggiornamento ini mestinya berperan di tengah dunia kontemporer.
Seperti diketahui Konsili Vatikan II dibuka secara resmi pada tanggal 11 Oktober 1962. Dalam kurun waktu kurang lebih 3 tahun hingga penutupannya tanggal 7 Desember 1965, Uskup Wojtyla melakukan beberapa intervensi (=masukan/pertimbangan dalam suatu session sidang). Pada tanggal 7 November 1962 ia berbicara dalam suatu intervensi tentang ‘Pembaharuan Liturgi Gereja’ dan menyusul tanggal 21 November 1962 tentang ‘Wahyu Ilahi’. Pada tanggal 3 Juni 1963 Paus Yohanes XXIII yang membuka pintu konsili meninggal dunia. Gereja yang sedang berupaya membuka diri tidak ingin terlalu lama berada dalam kevakuman (sede vacante). Tanggal 21 Juni 1963 Paus Paulus VI memegang kendali Gereja sekaligus melanjutkan cita-cita pendahulunya. Pada musim gugur 1963, kembali Uskup Wojtyla berbicara di hadapan konsili yang sedang membahas topik ‘Umat Allah’, sebuah tema yang memberi visi baru yang kaya mengenai Gereja. Selanjutnya tanggal 25 September 1964, ia melakukan sebuah intervensi mengenai ‘Kebebasan Beragama’. Intervensi yang terakhir ia berikan ketika para bapa konsili berbicara tentang kiprah ‘Gereja di tengan dunia kontemporer’ pada tanggal 21 Oktober 1964, tema yang cukup mendapat sentuhan filsafat personalistis Wojtyla dan menempatkan Wojtyla sebagai salah seorang anggota tim perumus draft final konstitusi Gaudium et Spes, sebuah dokumen konsili yang membahas bagaimana Gereja yang sedang ber-aggiornamento ini mestinya berperan di tengah dunia kontemporer.
Label:
Artikel
Menyambut Beatifikasi Paus Yohanes Paulus II (Karol Józef Wojtyla)
SEJARAH SINGKAT HIDUPNYA
Karol Józef Wojtyla, yang dikenal sebagai Yohanes Paulus II sejak terpilih menjadi Paus, dilahirkan di Wadowice, sebuah kota kecil 50 kilometer jauhnya dari Cracow, pada tanggal 18 Mei 1920. Ia adalah yang bungsu dari dua putera pasangan Karol Wojtyla dan Emilia Kaczorowka. Ibunya meninggal dunia ketika melahirkan anaknya yang ketiga - bayinya lahir mati - pada tahun 1929. Kakaknya bernama Edmund, seorang dokter, meninggal pada tahun 1932 dan ayahnya seorang bintara angkatan bersenjata, meninggal pada tahun 1941.
Karol menerima Komuni Pertama pada usia 9 tahun dan Sakramen Penguatan pada usia 18 tahun. Setelah lulus dari SMA Marcin Wadowita di Wadowice, ia masuk Universits Jagiellonian, Cracow pada tahun 1938 dan juga belajar di sebuah sekolah drama.
Karol mengalami pergolakan perang di bawah pendudukan Nazi. Nazi menutup universitasnya pada tahun 1939 dan Karol yang masih belia harus bekerja sebagai buruh kasar di sebuah pertambangan (1940-1944), dan kemudian di pabrik kimia Solvay guna menyambung hidup dan menghindarkan diri dari deportasi, sebab sama seperti kebanyakan orang sebangsanya, Karol senantiasa berada dalam ancaman dideportasi ke Jerman.
Pada tahun 1942, di tengah kekacauan perang, ia merasakan panggilan untuk menjadi seorang imam. Karenanya ia belajar di Seminari Cracow yang dikelola secara sembunyi-sembunyi oleh Kardinal Adam Stefan Sapieha, Uskup Agung Cracow. Pada saat yang sama, ia dan teman-temannya merintis “Teater Rhapsodic”, juga secara sembunyi-sembunyi.
Sesudah Perang Dunia II berakhir, ia melanjutkan kuliahnya di Seminari Utama Cracow, setelah seminari dibuka kembali, dan di Fakultas Theologi, Universitas Jagiellonian, hingga ditahbiskan sebagai imam di Cracow pada tanggal 1 November 1946. Masa-masa ini Pastor Wojtyla banyak dipengaruhi oleh ajaran dan pemikiran St. Louis Marie de Montfort dan St. Yohanes dari Salib.
Karol Józef Wojtyla, yang dikenal sebagai Yohanes Paulus II sejak terpilih menjadi Paus, dilahirkan di Wadowice, sebuah kota kecil 50 kilometer jauhnya dari Cracow, pada tanggal 18 Mei 1920. Ia adalah yang bungsu dari dua putera pasangan Karol Wojtyla dan Emilia Kaczorowka. Ibunya meninggal dunia ketika melahirkan anaknya yang ketiga - bayinya lahir mati - pada tahun 1929. Kakaknya bernama Edmund, seorang dokter, meninggal pada tahun 1932 dan ayahnya seorang bintara angkatan bersenjata, meninggal pada tahun 1941.
Karol menerima Komuni Pertama pada usia 9 tahun dan Sakramen Penguatan pada usia 18 tahun. Setelah lulus dari SMA Marcin Wadowita di Wadowice, ia masuk Universits Jagiellonian, Cracow pada tahun 1938 dan juga belajar di sebuah sekolah drama.
Karol mengalami pergolakan perang di bawah pendudukan Nazi. Nazi menutup universitasnya pada tahun 1939 dan Karol yang masih belia harus bekerja sebagai buruh kasar di sebuah pertambangan (1940-1944), dan kemudian di pabrik kimia Solvay guna menyambung hidup dan menghindarkan diri dari deportasi, sebab sama seperti kebanyakan orang sebangsanya, Karol senantiasa berada dalam ancaman dideportasi ke Jerman.
Pada tahun 1942, di tengah kekacauan perang, ia merasakan panggilan untuk menjadi seorang imam. Karenanya ia belajar di Seminari Cracow yang dikelola secara sembunyi-sembunyi oleh Kardinal Adam Stefan Sapieha, Uskup Agung Cracow. Pada saat yang sama, ia dan teman-temannya merintis “Teater Rhapsodic”, juga secara sembunyi-sembunyi.
Sesudah Perang Dunia II berakhir, ia melanjutkan kuliahnya di Seminari Utama Cracow, setelah seminari dibuka kembali, dan di Fakultas Theologi, Universitas Jagiellonian, hingga ditahbiskan sebagai imam di Cracow pada tanggal 1 November 1946. Masa-masa ini Pastor Wojtyla banyak dipengaruhi oleh ajaran dan pemikiran St. Louis Marie de Montfort dan St. Yohanes dari Salib.
Label:
Artikel
Jumat, 29 April 2011
IMAN AKAN KEBANGKITAN
Pengantar
Ada seorang yang takut membunuh nyamuk, padahal nyamuk itu beberapa kali menghisap darahnya tanpa ijin. Ia takut kalau nyamuk itu adalah reinkarnasi manusia yang hidup sebelumnya. Ia hanya mengipas-ngipas tangannya menyuruh nyamuk itu menjauh. Reinkarnasi adalah kepercayaan yang mengatakan bahwa setelah manusia mati, dia bisa menjelma lagi dalam bentuk manusia atau makhluk lain. Kalau selama hidupnya baik, dia akan menjelma menjadi makhluk yang lebih tinggi (misalnya dewa atau dewi), tetapi kalau hidupnya jahat, dia dapat menjelma menjadi makhluk yang lebih rendah seperti menjadi binatang.
Iman Kristiani tidak memiliki ajaran ini. Kitab Suci dan ajaran Gereja tidak pernah mengajarkan hal ini. Gereja mempunyai ajaran kebangkitan: bahwa semua orang yang mati akan dibangkitkan. Ada yang dibangkitkan untuk hidup bersama Allah dalam kemuliaan surgawi, ada pula yang dibangkitkan untuk dihukum.
Ajaran Tentang Kebangkitan Badan
Pengakuan iman Kristen (Doa Aku Percaya/Syahadat Iman) mengatakan: “Aku percaya akan kebangkitan badan”. “Kepercayaan ini bahkan menjadi puncak dari syahadat. Bahwa orang-orang mati akan bangkit pada akhir zaman dan bahwa ada kehidupan abadi” (Katekismus Gereja Katolik, 988). Bagi sebagian orang yang melihat manusia hanyalah onggokan materi belaka nampaknya hal ini sulit diterima akal. Bagaimana mungkin badan manusia yang dapat mati ini dapat hidup kembali?” Begitulah, manusia selalu memaksa sesuatu untuk diterima oleh akal, yang sebetulnya akal manusia begitu terbatas dan sempit. Padahal iman seringkali melampaui akal yang terbatas itu.
Ada seorang yang takut membunuh nyamuk, padahal nyamuk itu beberapa kali menghisap darahnya tanpa ijin. Ia takut kalau nyamuk itu adalah reinkarnasi manusia yang hidup sebelumnya. Ia hanya mengipas-ngipas tangannya menyuruh nyamuk itu menjauh. Reinkarnasi adalah kepercayaan yang mengatakan bahwa setelah manusia mati, dia bisa menjelma lagi dalam bentuk manusia atau makhluk lain. Kalau selama hidupnya baik, dia akan menjelma menjadi makhluk yang lebih tinggi (misalnya dewa atau dewi), tetapi kalau hidupnya jahat, dia dapat menjelma menjadi makhluk yang lebih rendah seperti menjadi binatang.
Iman Kristiani tidak memiliki ajaran ini. Kitab Suci dan ajaran Gereja tidak pernah mengajarkan hal ini. Gereja mempunyai ajaran kebangkitan: bahwa semua orang yang mati akan dibangkitkan. Ada yang dibangkitkan untuk hidup bersama Allah dalam kemuliaan surgawi, ada pula yang dibangkitkan untuk dihukum.
Ajaran Tentang Kebangkitan Badan
Pengakuan iman Kristen (Doa Aku Percaya/Syahadat Iman) mengatakan: “Aku percaya akan kebangkitan badan”. “Kepercayaan ini bahkan menjadi puncak dari syahadat. Bahwa orang-orang mati akan bangkit pada akhir zaman dan bahwa ada kehidupan abadi” (Katekismus Gereja Katolik, 988). Bagi sebagian orang yang melihat manusia hanyalah onggokan materi belaka nampaknya hal ini sulit diterima akal. Bagaimana mungkin badan manusia yang dapat mati ini dapat hidup kembali?” Begitulah, manusia selalu memaksa sesuatu untuk diterima oleh akal, yang sebetulnya akal manusia begitu terbatas dan sempit. Padahal iman seringkali melampaui akal yang terbatas itu.
Label:
Artikel,
Katekese Dewasa
Rabu, 27 April 2011
Mempersiapkan Misa Lingkungan/Stasi/Komunitas (2)
Melanjutkan posting sebelumnya, artikel ini ditujukan bagi Pengurus Lingkungan/Wilayah dan/atau Stasi atau dapat juga dijadikan pedoman dasar bagi para pemimpin umat dan/atau Penggiat Liturgi dan/atau Koordinator Komunitas agar dapat lebih baik dalam mempersiapkan Perayaan Ekaristi di komunitasnya masing-masing.
Poin-poin yang telah dibahas sebelumnya adalah :
4. RUMUS MISA DAN DOA-DOA
Rumus misa terkait dengan bagian-bagian yang tetap, yang selalu ada pada setiap misa.
Ada bagian-bagian yang harus mengikuti ketentuan dan tidak boleh membuat baru: seruan tobat memilih dari beberapa cara yang ada, kemuliaan dinyanyikan pada hari minggu dan hari raya, syahadat pada hari minggu dan hari raya, prefasi dan doa syukur agung memilih dari yang sudah ada.
Ada pula bagian yang dapat dibuat baru oleh imam namun seturut hakekatnya adalah doa pemimpin, sehingga hanya imam yang mengucapkannya sedangkan umat menghayatinya dan menyetujuinya lewat seruan “Amin”, yaitu : doa pembukaan, doa persiapan persembahan, doa damai, dan doa sesudah komuni. Pengurus lingkungan bisa meminta imam memasukkan dalam doa-doa ini ujud khusus menyangkut lingkungan tersebut, supaya lewat doa-doa ini umat merasa tersapa secara lebih khusus.
Doa umat sebaiknya disiapkan oleh pengurus lingkungan dan tidak spontanitas umat. Perlu dimasukkan ujud bagi kepentingan Gereja (Bapa Suci, Uskup dan para imam), kepentingan negara, dan kepentingan umat setempat. Ujud bagi kepentingan umat setempat dapat dimanfaatkan untuk mendoakan orang-orang tertentu di lingkungan tersebut, seperti mohon kesembuhan, syukur atas ulang tahun, lulus kuliah, dll. Namun hendaknya ujud-ujud khusus itu dibuat ringkas sehingga tidak makan terlalu banyak waktu.
Poin-poin yang telah dibahas sebelumnya adalah :
- Para Pelayan
- Tempat Pelaksanaan dan Peralatan Misa
- Bacaan dan Homili
4. RUMUS MISA DAN DOA-DOA
Rumus misa terkait dengan bagian-bagian yang tetap, yang selalu ada pada setiap misa.
Ada bagian-bagian yang harus mengikuti ketentuan dan tidak boleh membuat baru: seruan tobat memilih dari beberapa cara yang ada, kemuliaan dinyanyikan pada hari minggu dan hari raya, syahadat pada hari minggu dan hari raya, prefasi dan doa syukur agung memilih dari yang sudah ada.
Ada pula bagian yang dapat dibuat baru oleh imam namun seturut hakekatnya adalah doa pemimpin, sehingga hanya imam yang mengucapkannya sedangkan umat menghayatinya dan menyetujuinya lewat seruan “Amin”, yaitu : doa pembukaan, doa persiapan persembahan, doa damai, dan doa sesudah komuni. Pengurus lingkungan bisa meminta imam memasukkan dalam doa-doa ini ujud khusus menyangkut lingkungan tersebut, supaya lewat doa-doa ini umat merasa tersapa secara lebih khusus.
Doa umat sebaiknya disiapkan oleh pengurus lingkungan dan tidak spontanitas umat. Perlu dimasukkan ujud bagi kepentingan Gereja (Bapa Suci, Uskup dan para imam), kepentingan negara, dan kepentingan umat setempat. Ujud bagi kepentingan umat setempat dapat dimanfaatkan untuk mendoakan orang-orang tertentu di lingkungan tersebut, seperti mohon kesembuhan, syukur atas ulang tahun, lulus kuliah, dll. Namun hendaknya ujud-ujud khusus itu dibuat ringkas sehingga tidak makan terlalu banyak waktu.
Label:
Liturgi
Mempersiapkan Misa Lingkungan/Stasi/Komunitas (1)
Artikel ini ditujukan bagi Pengurus Lingkungan/Wilayah dan/atau Stasi atau dapat juga dijadikan pedoman dasar bagi para pemimpin umat dan/atau Penggiat Liturgi dan/atau Koordinator Komunitas agar dapat lebih baik dalam mempersiapkan Perayaan Ekaristi di komunitasnya masing-masing. Terlebih-lebih pada Masa Paskah atau dalam masa-masa khusus yang lain (misalnya: Masa Natal), biasanya setiap lingkungan/stasi biasanya mengadakan Misa Paskah di setiap Lingkungan/komunitas basisnya. Ada beberapa hal yang mestinya menjadi perhatian dan persiapan.
Perayaan Ekaristi seringkali dipandang sebagai sebuah kegiatan wajib belaka, sehingga kerap kali tidak disiapkan dengan baik. Padahal misa Lingkungan bila disiapkan dengan baik dapat bermanfaat untuk memupuk iman lebih dalam lagi bagi umat basis.Dalam mempersiapkan Misa, umat dapat belajar untuk saling bekerja sama, saling menghargai, dan terutama belajar untuk lebih mencintai Ekaristi. Dengan umat yang lebih sedikit, imam yang memimpin perayaan dapat menyapa umat lebih dekat lagi dalam doa dan homili sehingga lebih mengena bagi mereka yang hadir.
Apa saja yang perlu disiapkan ?
Dalam misa apapun dan dimanapun, sebuah misa pasti memiliki faktor-faktor penunjang perayaan:
Berikut ini adalah penjabarannya sehubungan dengan Misa Lingkungan :
1. PARA PELAYAN
Pelayan utama dalam sebuah misa adalah pemimpin perayaan yaitu imam. Misa tidak dapat berlangsung tanpa kehadiran seorang imam. Misa lingkungan kadang diadakan bersamaan kunjungan romo paroki ke lingkungan, sehingga umat lingkungan tidak bisa memilih romo sendiri. Dalam kesempatan lain seperti misa pemberkatan rumah, misa arwah, atau misa dalam ujud tertentu, umat lingkungan dapat meminta romo manapun. Namun demikian hendaknya diprioritaskan romo paroki karena merekalah yang diserahi tugas oleh Uskup untuk menjadi gembala di paroki. Sangat penting untuk meminta persetujuan romo paroki jika ingin meminta romo selain romo paroki.
Perayaan Ekaristi seringkali dipandang sebagai sebuah kegiatan wajib belaka, sehingga kerap kali tidak disiapkan dengan baik. Padahal misa Lingkungan bila disiapkan dengan baik dapat bermanfaat untuk memupuk iman lebih dalam lagi bagi umat basis.Dalam mempersiapkan Misa, umat dapat belajar untuk saling bekerja sama, saling menghargai, dan terutama belajar untuk lebih mencintai Ekaristi. Dengan umat yang lebih sedikit, imam yang memimpin perayaan dapat menyapa umat lebih dekat lagi dalam doa dan homili sehingga lebih mengena bagi mereka yang hadir.
Apa saja yang perlu disiapkan ?
Dalam misa apapun dan dimanapun, sebuah misa pasti memiliki faktor-faktor penunjang perayaan:
- Para pelayan
- Tempat pelaksanaan dan peralatan misa
- Bacaan dan homili
- Rumus Misa dan Doa-doa
- Nyanyian-nyanyian
- Faktor lain.
Berikut ini adalah penjabarannya sehubungan dengan Misa Lingkungan :
1. PARA PELAYAN
Pelayan utama dalam sebuah misa adalah pemimpin perayaan yaitu imam. Misa tidak dapat berlangsung tanpa kehadiran seorang imam. Misa lingkungan kadang diadakan bersamaan kunjungan romo paroki ke lingkungan, sehingga umat lingkungan tidak bisa memilih romo sendiri. Dalam kesempatan lain seperti misa pemberkatan rumah, misa arwah, atau misa dalam ujud tertentu, umat lingkungan dapat meminta romo manapun. Namun demikian hendaknya diprioritaskan romo paroki karena merekalah yang diserahi tugas oleh Uskup untuk menjadi gembala di paroki. Sangat penting untuk meminta persetujuan romo paroki jika ingin meminta romo selain romo paroki.
Label:
Liturgi
Selasa, 26 April 2011
POKOK-POKOK PIKIRAN TENTANG KEBANGKITAN YESUS
Bahan Katekese Katolik Dewasa
KESAKSIAN TENTANG KRISTUS YANG BANGKIT
Seluruh agama kristiani tergantung pada kebangkitan Yesus. Tanpa kebangkitan Kristus, maka sia-sialah iman kita.
A. Kerygma Paskah
Berbeda dengan kisah sengsara Tuhan, yang secara garis besar sama dalam semua Injil, maka berita-berita tentang Paskah memiliki keanekaragaman dan terbagi dalam dua jalur besar yaitu kerygma Paskah dan cerita Paskah. Kerygma Paskah termaktub dalam rumus-rumus iman yang padat, singkatdan yang bersifat kerygmatis, kateketis dan liturgis. Pernyataan-pernyataan ini sering terlihat sebagai rumusan-rumusan yang aslinya berdiri sendiri, dan berumur jauh lebih tua dari kisah-kisah yang membungkusnya. Jadi rumusan-rumusan tersebut sudah baku dipakai sebagai rumusan resmi yang mengungkapkan iman gereja purba pada waktu itu. (contoh rumus kerygmatis ada dalam Kis 10:40-41; rumusan yang berasal dari ibadat gereja purba pada 1 Tim 3:16; madah-madah ada di Rm 1:3-4 & Fil 2:6-11; rumusan kateketis di Rm 10:9) Rumusan terpenting terdapat dalam 1 Kor 15 yang mengungkapkan iman Gereja pada jaman para Rasul.
Penyebutan orang-orang yang mengalami penampakan Tuhan, bahkan sebagian besar diantara mereka masih hidup, adalah untuk mengemukakan bukti historis yang meyakinkan, sebab semua orang yang masih hidup itu dapat memberikan kesaksian tentang Yesus yang bangkit. Selain itu juga untuk membantah tuduhan bahwa berita kebangkitan Yesus adalah hanya karangan / khayalan para murid belaka.
B. Cerita-Cerita Paskah
Cerita-cerita paskah adalah cerita-cerita dalam Kitab Suci (khususnya Injil) tentang berbagai hal pasca penyaliban Yesus. Cerita-cerita paskah diceritakan secara berlainan oleh keempat Penginjil Suci. Tentang perbedaan-perbedaan itu, ada 3 hal yang perlu dicatat :
KESAKSIAN TENTANG KRISTUS YANG BANGKIT
Seluruh agama kristiani tergantung pada kebangkitan Yesus. Tanpa kebangkitan Kristus, maka sia-sialah iman kita.
A. Kerygma Paskah
Berbeda dengan kisah sengsara Tuhan, yang secara garis besar sama dalam semua Injil, maka berita-berita tentang Paskah memiliki keanekaragaman dan terbagi dalam dua jalur besar yaitu kerygma Paskah dan cerita Paskah. Kerygma Paskah termaktub dalam rumus-rumus iman yang padat, singkatdan yang bersifat kerygmatis, kateketis dan liturgis. Pernyataan-pernyataan ini sering terlihat sebagai rumusan-rumusan yang aslinya berdiri sendiri, dan berumur jauh lebih tua dari kisah-kisah yang membungkusnya. Jadi rumusan-rumusan tersebut sudah baku dipakai sebagai rumusan resmi yang mengungkapkan iman gereja purba pada waktu itu. (contoh rumus kerygmatis ada dalam Kis 10:40-41; rumusan yang berasal dari ibadat gereja purba pada 1 Tim 3:16; madah-madah ada di Rm 1:3-4 & Fil 2:6-11; rumusan kateketis di Rm 10:9) Rumusan terpenting terdapat dalam 1 Kor 15 yang mengungkapkan iman Gereja pada jaman para Rasul.
Penyebutan orang-orang yang mengalami penampakan Tuhan, bahkan sebagian besar diantara mereka masih hidup, adalah untuk mengemukakan bukti historis yang meyakinkan, sebab semua orang yang masih hidup itu dapat memberikan kesaksian tentang Yesus yang bangkit. Selain itu juga untuk membantah tuduhan bahwa berita kebangkitan Yesus adalah hanya karangan / khayalan para murid belaka.
B. Cerita-Cerita Paskah
Cerita-cerita paskah adalah cerita-cerita dalam Kitab Suci (khususnya Injil) tentang berbagai hal pasca penyaliban Yesus. Cerita-cerita paskah diceritakan secara berlainan oleh keempat Penginjil Suci. Tentang perbedaan-perbedaan itu, ada 3 hal yang perlu dicatat :
- Mencerminkan perasaan "bingung-campur-gembira" yang dialami para murid Yesus.
- Menunjukkan secara pasti tentang kejujuran Gereja perdana.
- Adanya kesatuan amanat Paskah yaitu bahwa Yesus hidup.
- makam yang kosong
- penampakan malaikat
- warta Paskah bahwa Yesus hidup.
Label:
Katekese Dewasa
Sabtu, 23 April 2011
Lambang-lambang Penuh Makna dalam Perayaan Malam Paskah
Melanjutkan tulisan tentang Lambang-lambang Penuh Makna Dalam Tri Hari Suci dalam posting sebelumnya, kini tibalah hari yang paling agung yaitu saat Gereja merayakan Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus yang telah mengalahkan kuasa dosa dan maut.
Pada Malam Paskah, Gereja berjaga dalam doa (Latin:vigili, Jawa: tirakat) dengan merayakan suatu liturgi agung untuk mengenangkan saat-saat Tuhan bangkit dari kematian. Inilah suatu malam pembebasan, seperti ketika bangsa Israel berjaga di malam saat Tuhan yang akan lewat dan menghukum bangsa Mesir atau berjaga-jaga di pinggir laut merah untuk menantikan Tuhan membelah Laut Merah agar mereka dapat melewati dasar laut dan memperoleh kebebasan dari perbudakan Mesir. Malam Tuhan lewat (pesach) yang dikenangkan bangsa Israel setiap Tahun itu melambangkan saat kebangkitan Kristus (Paskah), malam pembebasan sejati, saat Kristus bangkit sebagai pemenang atas dosa dan kematian. Pada Malam Paskah, kita menantikan dan menyongsong Yesus Kristus yang akan beralih dari kematian menuju kepada hidup. KematianNya telah menghancurkan dosa dan maut, dan kebangkitanNya memperbaharui kehidupan.
Malam Paska secara rohani, merupakan malam paling indah dari segala malam selama sepanjang tahun. Pada malam ini seluruh aspek kekristenan kita mendapat makna dan sumbernya. Tidak ada perayaan dalam Gereja yang lebih agung dari perayaan malam Paska. Inilah malam paling terberkati dan karenanya Gereja menetapkan malam ini adalah malam yang paling penuh rahmat bila hendak mengadakan penerimaan Sakramen Pembaptisan suci.
Perayaan malam paskah dipenuhi dengan simbol-simbol/lambang-lambang yang menggambarkan karya keselamatan Allah atas hidup manusia. Perayaan Agung Malam Paska, terdiri dari 4 bagian yang cukup panjang, yang secara keseluruhan hendak menggambarkan “perjalanan” karya keselamatan Allah atas diri manusia, yaitu :
Pada Malam Paskah, Gereja berjaga dalam doa (Latin:vigili, Jawa: tirakat) dengan merayakan suatu liturgi agung untuk mengenangkan saat-saat Tuhan bangkit dari kematian. Inilah suatu malam pembebasan, seperti ketika bangsa Israel berjaga di malam saat Tuhan yang akan lewat dan menghukum bangsa Mesir atau berjaga-jaga di pinggir laut merah untuk menantikan Tuhan membelah Laut Merah agar mereka dapat melewati dasar laut dan memperoleh kebebasan dari perbudakan Mesir. Malam Tuhan lewat (pesach) yang dikenangkan bangsa Israel setiap Tahun itu melambangkan saat kebangkitan Kristus (Paskah), malam pembebasan sejati, saat Kristus bangkit sebagai pemenang atas dosa dan kematian. Pada Malam Paskah, kita menantikan dan menyongsong Yesus Kristus yang akan beralih dari kematian menuju kepada hidup. KematianNya telah menghancurkan dosa dan maut, dan kebangkitanNya memperbaharui kehidupan.
Malam Paska secara rohani, merupakan malam paling indah dari segala malam selama sepanjang tahun. Pada malam ini seluruh aspek kekristenan kita mendapat makna dan sumbernya. Tidak ada perayaan dalam Gereja yang lebih agung dari perayaan malam Paska. Inilah malam paling terberkati dan karenanya Gereja menetapkan malam ini adalah malam yang paling penuh rahmat bila hendak mengadakan penerimaan Sakramen Pembaptisan suci.
Perayaan malam paskah dipenuhi dengan simbol-simbol/lambang-lambang yang menggambarkan karya keselamatan Allah atas hidup manusia. Perayaan Agung Malam Paska, terdiri dari 4 bagian yang cukup panjang, yang secara keseluruhan hendak menggambarkan “perjalanan” karya keselamatan Allah atas diri manusia, yaitu :
Label:
Katekese Dewasa,
Liturgi
Kamis, 21 April 2011
Lambang-lambang Penuh Makna dalam Perayaan Tri Hari Suci Paskah
Menjelang Tri Hari Suci Paskah (Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Vigili-Minggu Paskah Kebangkitan Tuhan), ada baiknya kita mengingat sebentar tentang berbagai lambang/simbol/tanda yang dipergunakan dalam perayaan-perayaan Tri Hari Suci untuk menyegarkan iman dan membantu kita untuk lebih menghayati makna Paskah yang sebenarnya.
Dalam perayaan Tri Hari Suci Paskah dipergunakan aneka lambang yang menggambarkan inti iman kristiani yaitu keselamatan manusia melalui karya penebusan Yesus di salib serta pembaharuan hidup manusia melalui kebangkitan mulia Tuhan Yesus Kristus, semua dilandasi hukum cinta kasih yang diajarkan oleh Tuhan kita Yesus Kristus.
Dalam tulisan ini, penulis akan mencoba mengungkapkan makna dari setiap lambang yang dipergunakan dalam perayaan Tri Hari Suci yang tidak ditemukan dalam perayaan-perayaan Ekaristi setiap minggu.
Semoga bermanfaat bagi karya pewartaan/katekese iman kita.
KAMIS PUTIH
Kamis Putih dirayakan untuk memperingati Perjamuan Tuhan di malam terakhir sebelum sengsaraNya serta pendirian/institusi Sakramen Ekaristi, saat dimana Yesus mempersembahkan Tubuh dan Darah-Nya sendiri dalam rupa roti dan anggur yang diberikan-Nya kepada para murid-Nya serta pemberian perintah/hukum cinta kasih.
Label:
Katekese Dewasa,
Liturgi
Senin, 18 April 2011
TRI HARI SUCI: PASKAH
MISA MALAM PASKAH
Makna:
Malam ini Gereja berjaga dalam doa (Latin:vigili, Jawa: tuguran, tirakat) dengan merayakan suatu liturgi agung untuk mengenangkan saat-saat Tuhan bangkit dari kematian. Gereja sesungguhnya sedang menantikan kedatangan Tuhan kembali. Inilah “bunda dari segala malam tirakat (vigili)”. Suatu malam pembebasan, seperti ketika bangsa Israel tetap berjaga-jaga menantikan Tuhan yang akan lewat dan membebaskan mereka dari penindasan bangsa Mesir. Malam Tuhan lewat (pesach) yang dikenangkan bangsa Israel setiap Tahun itu melambangkan saat kebangkitan Kristus (Paskah), malam pembebasan sejati, saat Kristus bangkit sebagai pemenang atas maut. Gereja juga memperingatinya setiap tahun.
Ketentuan liturgis :
Makna:
Malam ini Gereja berjaga dalam doa (Latin:vigili, Jawa: tuguran, tirakat) dengan merayakan suatu liturgi agung untuk mengenangkan saat-saat Tuhan bangkit dari kematian. Gereja sesungguhnya sedang menantikan kedatangan Tuhan kembali. Inilah “bunda dari segala malam tirakat (vigili)”. Suatu malam pembebasan, seperti ketika bangsa Israel tetap berjaga-jaga menantikan Tuhan yang akan lewat dan membebaskan mereka dari penindasan bangsa Mesir. Malam Tuhan lewat (pesach) yang dikenangkan bangsa Israel setiap Tahun itu melambangkan saat kebangkitan Kristus (Paskah), malam pembebasan sejati, saat Kristus bangkit sebagai pemenang atas maut. Gereja juga memperingatinya setiap tahun.
Ketentuan liturgis :
- Perayaan berlangsung pada malam hari. Tidak boleh sebelum matahari terbenam dan harus selesai sebelum fajar Hari Minggu.
- Warna liturgi: putih atau kuning emas.
- Tata cara perayaan liturgis Malam Paskah tidak boleh diubah oleh siapa pun atas inisiatif sendiri (lihat Susunan liturgi).
- Nyanyian-nyanyian Mazmur Tanggapan jangan diganti dengan lagu-lagu lain, apalagi lagu yang tidak berkaitan dengan Bacaan sebelumnya.
Label:
Katekese Dewasa,
Liturgi
TRI HARI SUCI : JUMAT AGUNG
PERAYAAN MENGENANG SENGSARA DAN WAFAT TUHAN
Makna :
Makna :
- Hari Jumat Agung: Hari ini ditetapkan sebagai hari laku tapa dan tobat dengan kewajiban berpantang dan berpuasa bagi seluruh anggota Gereja. Hari ini disebut sebagai hari puasa Paskah karena sudah termasuk dalam rangkaian Trihari Paskah; dibedakan dengan hari-hari puasa Prapaskah (40 hari). Sudah dimulai sejak Kamis malam, hingga menjelang Sabtu Malam Paskah. saat itu Sang Pengantin Pria sudah meninggalkan Gereja, maka kita pun berpuasa.
- Perayaaan atau Ibadat Pengenangan Sengsara Tuhan: Gereja merenungkan kesengsaraan Kristus, menghormati salib, merenungkan asal-usulnya, yakni dari lambung Kristus yang tergantung di kayu salib, serta mendoakan keselamatan seluruh dunia.
Label:
Katekese Dewasa,
Liturgi
TRI HARI SUCI : KAMIS PUTIH
Makna :
- Hari Kamis Putih: Hari ini adalah hari terakhir masa Prapaskah. Suasana pertobatan masih berlaku di sini. Maka, Kamis Putih pagi hari masih boleh diadakan Sakramen Rekonsiliasi/Tobat/Pengakuan dosa, namun sebaiknya sakramen ini sudah tidak diadakan lagi selama Trihari Paskah, meskipun tidak dilarang. Misa Krisma sebaiknya diadakan pada Kamis Putih pagi, namun karena alasan pastoral dapat dipindah pada hari-hari sebelumnya.
- Misa Perjamuan Tuhan: Gereja memulai Trihari Paskah dan memperingati perjamuan malam terakhir Tuhan (pendirian/institusi Sakramen Ekaristi). Saat itu Yesus mempersembahkan Tubuh dan Darah-Nya sendiri dalam rupa roti dan anggur yang diberikan-Nya kepada para murid-Nya (perintah cinta persaudaraan). Yesus juga memerintahkan mereka dan para penggantinya dalam imamat untuk melestarikan kurban itu (tugas sakramen imamat).
Label:
Katekese Dewasa,
Liturgi
Tentang MISA KRISMA (Sebelum Tri Hari Suci)
Makna:
Gereja partikular (keuskupan) berkumpul bersama untuk memberkati minyak yang akan digunakan di gereja-gereja paroki pada waktu pembaptisan di misa Malam Paskah. Misa ini merupakan tanda kesatuan Gereja keuskupan, di mana Uskup dan seluruh perangkat keuskupannya, tak ketinggalan umat beriman, berkumpul untuk menyiapkan minyak kudus yang akan diberikan kepada para baptisan-baru.
Ketentuan liturgis:
Gereja partikular (keuskupan) berkumpul bersama untuk memberkati minyak yang akan digunakan di gereja-gereja paroki pada waktu pembaptisan di misa Malam Paskah. Misa ini merupakan tanda kesatuan Gereja keuskupan, di mana Uskup dan seluruh perangkat keuskupannya, tak ketinggalan umat beriman, berkumpul untuk menyiapkan minyak kudus yang akan diberikan kepada para baptisan-baru.
Ketentuan liturgis:
- Dirayakan sebelum Misa Perjamuan Tuhan sore atau hari lain dalam Pekan Suci, sebelum Trihari Paskah.
- Warna liturgi: putih, meskipun misa ini masih terhitung berlangsung pada Masa Prapaskah (ungu).
- Tempatnya di gereja Katedral atau karena alasan pastoral boleh juga di tempat lain yang punya keistimewaan bagi keuskupan.
Label:
Katekese Dewasa,
Liturgi
Tentang MINGGU PALMA: Mengenangkan Sengsara Tuhan
Makna :
- Pekan Suci dimulai pada hari Minggu Prapaskah VI atau biasa disebut dengan Minggu Palma atau Minggu Sengsara, karena untuk mengenangkan sengsara Tuhan. Minggu Palma adalah pintu masuk Pekan Suci. Pada hari-hari selama Pekan Suci kita diajak mengenangkan satu peristiwa penebusan lewat sengsara, wafat, dan kebangkitan sekaligus. Setiap perayaan liturgis tetap mengandung unsur-unsur penebusan itu.
- Perayaan Ekaristi diadakan sebagai pengenangan akan sengsara Tuhan, namun pewartaan sengsara Tuhan itu dikaitkan dengan perayaan kejayaan-Nya sebagai seorang Raja. Misa Pengenangan Sengsara Tuhan itu diawali dengan pengenangan akan peristiwa Kristus memasuki kota Yerusalem sebagai Almasih.
- Bagi orang kristiani Masa Prapaskah harus menuju suatu perjalanan menuju Yerusalem, yakni menghadapi kematian dan kebangkitan Kristus. Masa Prapaskah ibarat suatu eksodus baru, meninggalkan tanah pembuangan menuju Yerusalem, menyongsong Paskah Kristus.
Label:
Katekese Dewasa,
Liturgi
Sabtu, 16 April 2011
MALAM PASKAH DAN MINGGU PASKAH
MALAM PASKA
Gereja merayakan kebangkitan Tuhan, menyambut kehadiran putera-puterinya yang baru dilahikan dan memperbaharuhi komitmennya sebagai murid-murid Yesus serta menimba kekuatan iman dari peristiwa Paska Tuhan yang dirayakan.
Gereja merayakan kebangkitan Tuhan, menyambut kehadiran putera-puterinya yang baru dilahikan dan memperbaharuhi komitmennya sebagai murid-murid Yesus serta menimba kekuatan iman dari peristiwa Paska Tuhan yang dirayakan.
Malam Paska secara rohani, merupakan malam paling indah dari segala malam selama sepanjang tahun. Pada malam ini seluruh aspek kekristenan kita mendapat makna dan sumbernya. Tidak ada perayaan dalam Gereja yang lebih agung dari perayaan malam Paska. Misteri Kristus yang dirayakan secara intensif selama sepanjang tahun, memuncak pada Kamis putih dan Jumat agung, dan akhirnya bermuara menuju Malam Paska, saat Gereja merayakan kebangkitan Tuhan.
Perayaan Agung Malam Paska, terdiri dari 4 bagian :
• Pertama, Upacara Cahaya.
• Kedua, Upacara Sabda.
• Ketiga, Upacara Pembaptisan.
• Keempat, Upacara Ekaristi.
Gereja merayakan kebangkitan Tuhan, menyambut kehadiran putera-puterinya yang baru dilahikan dan memperbaharuhi komitmennya sebagai murid-murid Yesus serta menimba kekuatan iman dari peristiwa Paska Tuhan yang dirayakan.
Gereja merayakan kebangkitan Tuhan, menyambut kehadiran putera-puterinya yang baru dilahikan dan memperbaharuhi komitmennya sebagai murid-murid Yesus serta menimba kekuatan iman dari peristiwa Paska Tuhan yang dirayakan.
Malam Paska secara rohani, merupakan malam paling indah dari segala malam selama sepanjang tahun. Pada malam ini seluruh aspek kekristenan kita mendapat makna dan sumbernya. Tidak ada perayaan dalam Gereja yang lebih agung dari perayaan malam Paska. Misteri Kristus yang dirayakan secara intensif selama sepanjang tahun, memuncak pada Kamis putih dan Jumat agung, dan akhirnya bermuara menuju Malam Paska, saat Gereja merayakan kebangkitan Tuhan.
Perayaan Agung Malam Paska, terdiri dari 4 bagian :
• Pertama, Upacara Cahaya.
• Kedua, Upacara Sabda.
• Ketiga, Upacara Pembaptisan.
• Keempat, Upacara Ekaristi.
Label:
Katekese Dewasa,
Liturgi
JUMAT AGUNG
Dalam Upacara Jumat Agung, Gereja merayakan sengsara dan wafat Tuhan dan berdoa bagi keselamatan dunia.
Upacara Jumat Agung terdiri dari tiga bagian, yakni :
• Pertama, Upacara Sabda yang memuncak pada pembacaan passio dan doa umat meriah.
• Kedua, Upacara penghormatan salib yang diawali dengan pembukaan selubung salib.
• Ketiga, Upacara Komuni yang dilanjutkan berkat penutup.
Melalui tiga bagian upacara tersebut, Gereja hendak menyatakan inti misteri yang hendak dirayakan pada hari ini, antara lain :
Pertama, Gereja merayakan sengsara dan wafat Tuhan. Hari ini Gereja berkabung karena mempelai-Nya menderita dan wafat demi penebusan umat manusia. Secara simbolis maksud ini diperlihatkan melalui keheningan seluruh perayaan; tindakan imam yang menelungkup pada pembukaan upacara, doa-doa dan pembacaan passio.
Upacara Jumat Agung terdiri dari tiga bagian, yakni :
• Pertama, Upacara Sabda yang memuncak pada pembacaan passio dan doa umat meriah.
• Kedua, Upacara penghormatan salib yang diawali dengan pembukaan selubung salib.
• Ketiga, Upacara Komuni yang dilanjutkan berkat penutup.
Melalui tiga bagian upacara tersebut, Gereja hendak menyatakan inti misteri yang hendak dirayakan pada hari ini, antara lain :
Pertama, Gereja merayakan sengsara dan wafat Tuhan. Hari ini Gereja berkabung karena mempelai-Nya menderita dan wafat demi penebusan umat manusia. Secara simbolis maksud ini diperlihatkan melalui keheningan seluruh perayaan; tindakan imam yang menelungkup pada pembukaan upacara, doa-doa dan pembacaan passio.
Label:
Katekese Lansia,
Liturgi
KAMIS PUTIH
Kamis Putih membuka Trihari Suci Paskah dengan perayaan perjamuan Tuhan dan mengenang pendirian sakramen ekaristi.
Melalui Perayaan Kamis Putih, Gereja membuka Trihari paska, saat Gereja merayakan Kebangkitan Tuhan bersama sengsara dan wafat-Nya. Trihari paska merupakan puncak, pusat dan sumber segala perayaan liturgi, doa-doa dan segala macam peribadatan yang dilakukan Gereja sepanjang tahun. Trihari paska juga merupakan sumber seluruh kehidupan Kristen kita.
Melalui perayaan Kamis Putih Gereja mengenang perjamuan Tuhan pada malam terakhir sebelum Tuhan Yesus ditangkap, disesah dan disalibkan. Pada malam perjamuan terakhir itu, Ia mencurahkan cinta sehabis-habis-Nya kepada para murid-Nya. Dengan tindakan mencuci kaki para rasul, Tuhan hendak memperagakan dan meneladankan bagaimana para murid harus meletakkan dasar kehidupan bersama kita, yakni kehidupan yang didasarkan dan dikembangkan atas dasar kasih dan pelayanan. Warna liturgi perayaan ini yang didominasi putih hendak mengungkapkan betapa kita harus memurnikan hati dan kehidupan kita. Dan, mewarnainya dengan kasih.
Melalui Perayaan Kamis Putih, Gereja membuka Trihari paska, saat Gereja merayakan Kebangkitan Tuhan bersama sengsara dan wafat-Nya. Trihari paska merupakan puncak, pusat dan sumber segala perayaan liturgi, doa-doa dan segala macam peribadatan yang dilakukan Gereja sepanjang tahun. Trihari paska juga merupakan sumber seluruh kehidupan Kristen kita.
Melalui perayaan Kamis Putih Gereja mengenang perjamuan Tuhan pada malam terakhir sebelum Tuhan Yesus ditangkap, disesah dan disalibkan. Pada malam perjamuan terakhir itu, Ia mencurahkan cinta sehabis-habis-Nya kepada para murid-Nya. Dengan tindakan mencuci kaki para rasul, Tuhan hendak memperagakan dan meneladankan bagaimana para murid harus meletakkan dasar kehidupan bersama kita, yakni kehidupan yang didasarkan dan dikembangkan atas dasar kasih dan pelayanan. Warna liturgi perayaan ini yang didominasi putih hendak mengungkapkan betapa kita harus memurnikan hati dan kehidupan kita. Dan, mewarnainya dengan kasih.
Label:
Katekese Dewasa,
Liturgi
PEKAN SUCI, DIAWALI DENGAN MINGGU PALMA
Gereja segera akan memasuki Pekan Suci, dimana kita merayakan karya penyelamatan Tuhan. Dalam Pekan ini dirayakan Upacara paling agung dan paling penting dalam kehidupan kristen.
Mengapa disebut demikian dan kapan munculnya dalam liturgi Gereja? Pekan yang mendahului Hari Raya Paska. Pekan terakhir bagi umat beriman mempersiapkan diri untuk merayakan misteri iman kristiani, yakni sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus sebagai Tuhan. Pekan Suci diawali dengan perayaan Minggu Palma dan berakhir dengan perayaan Paska. Hal ini berarti Pekan Suci meliputi Minggu Palma, Kamis Putih, Jumat Agung dan Malam Paska atau Vigili Paska. Trihari Suci tersebut merupakan “Triduum Suci” secara massal menjelang Paska.
Selama Pekan Suci, seluruh umat Allah dalam Gereja, mengarahkan seluruh perhatiannya kepada misteri sengsara, wafat dan kebangkitan Tuhan melalui rangkaian upacara liturgis gerejani. Dalam pekan suci, terdapat “Tri Hari Suci”, yakni Kamis Putih, Jumat Agung dan Malam Paska. Dimaksudkan agar umat kristiani semakin memahami dan mendalami penghayatan imannya akan Kristus, sekaligus pula memberi daya dorong dan semangat juang untuk tetap mengikuti Kristus dengan setia dalam hidup sehari-hari.
Mengapa disebut demikian dan kapan munculnya dalam liturgi Gereja? Pekan yang mendahului Hari Raya Paska. Pekan terakhir bagi umat beriman mempersiapkan diri untuk merayakan misteri iman kristiani, yakni sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus sebagai Tuhan. Pekan Suci diawali dengan perayaan Minggu Palma dan berakhir dengan perayaan Paska. Hal ini berarti Pekan Suci meliputi Minggu Palma, Kamis Putih, Jumat Agung dan Malam Paska atau Vigili Paska. Trihari Suci tersebut merupakan “Triduum Suci” secara massal menjelang Paska.
Selama Pekan Suci, seluruh umat Allah dalam Gereja, mengarahkan seluruh perhatiannya kepada misteri sengsara, wafat dan kebangkitan Tuhan melalui rangkaian upacara liturgis gerejani. Dalam pekan suci, terdapat “Tri Hari Suci”, yakni Kamis Putih, Jumat Agung dan Malam Paska. Dimaksudkan agar umat kristiani semakin memahami dan mendalami penghayatan imannya akan Kristus, sekaligus pula memberi daya dorong dan semangat juang untuk tetap mengikuti Kristus dengan setia dalam hidup sehari-hari.
Label:
Katekese Dewasa,
Liturgi
Rabu, 13 April 2011
TENTANG DOA (II)
Doa berawal dari hati yang gelisah,
Dengarkanlah gejolaknya
Doa adalah suatu kerinduan terhadap rumah kita yang sebenarnya,
Ikutilah bimbingannya
Doa itu seperti kebun,
Peliharalah maka doa akan berbuah
Doa bisa dilakukan dengan berbagai cara,
Lakukanlah sesuai dengan cara Anda
Berdoalah selalu, tapi jadwalkan juga waktu khusus.
Roh, seperti halnya badan, membutuhkan latihan-latihan teratur
Buatlah doa Anda jangan bertele-tele karena
Cinta membutuhkan sedikit kata-kata
Berdoalah di mana saja Anda berada,
Tuhan ada di mana-mana
Jika Anda menginginkan sesuatu, bertanyalah pada diri Anda sendiri,
"Apakah saya menginginkan hal yang dikehendaki Tuhan?"
Tuhan menghendaki kebaikan sejati Anda
Dengarkanlah gejolaknya
Doa adalah suatu kerinduan terhadap rumah kita yang sebenarnya,
Ikutilah bimbingannya
Doa itu seperti kebun,
Peliharalah maka doa akan berbuah
Doa bisa dilakukan dengan berbagai cara,
Lakukanlah sesuai dengan cara Anda
Berdoalah selalu, tapi jadwalkan juga waktu khusus.
Roh, seperti halnya badan, membutuhkan latihan-latihan teratur
Buatlah doa Anda jangan bertele-tele karena
Cinta membutuhkan sedikit kata-kata
Berdoalah di mana saja Anda berada,
Tuhan ada di mana-mana
Jika Anda menginginkan sesuatu, bertanyalah pada diri Anda sendiri,
"Apakah saya menginginkan hal yang dikehendaki Tuhan?"
Tuhan menghendaki kebaikan sejati Anda
Label:
Doa/Renungan/Kesaksian
Senin, 11 April 2011
Oleh Kematian-NYA, YESUS Menghancurkan Kematian Kita (Bagian 3)
Misteri Penebusan
Sengsara Yesus mempunyai efek-efek yang bersifat kekal-abadi. Melalui penderitaan-Nya kita diselamatkan dari dosa dan segala konsekuensinya, dan telah menerima setiap rahmat dan karunia yang membawa kita kepada kehidupan kekal. Yesus Kristus-lah yang menebus dosa kita-manusia.
Pembebasan ini, yang dimenangkan oleh Yesus bagi kita lewat/dalam penderitaan sengsara-Nya mempunyai efek-efek, bahkan pada/dalam dunia ini. Penebusan bukanlah terbatas pada hidup batiniah cintakasih dan rahmat. Mereka yang dibebaskan dari dosa dapat mentransformasikan dunia ini menjadi sebuah kerajaan dengan kemerdekaan yang lebih luas, keadilan yang lebih mendalam dan damai-sejahtera yang lebih besar, dan bahkan suatu awal-mula dari kerajaan Allah yang sesungguhnya.
Kemenangan-kemenangan Allah dalam Kristus.
“Di dalam Kristus, Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya” (2Kor 5:19). Allah sendirilah yang selalu menjadi Sang Penyelamat. Kasih dan kuasa kekal dari Bapa, Putera dan Roh Kudus-lah yang menyebabkan terjadinya penebusan. Allah menang-berjaya dalam Kristus, menang besar atas dosa dan Iblis, atas keterikatan manusia pada hukum lama dan maut.
Dosa sendiri telah berkuasa atas diri kita (lihat Rm 5:21) dan memperbudak kita (lihat Rm 6:7). Akan tetapi melalui penderitaan sengsara Yesus, Bapa surgawi membebaskan kita dan memulihkan kita kepada “kerajaan Anak-Nya yang terkasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan, yaitu pengampunan dosa” (Kol 1:13-14). Iblis juga dikalahkan. Pada waktu Kristus ditinggikan di atas kayu salib, kuasa Iblis pun diakhiri (lihat Yoh 13:31); dan dalam Kristus, Bapa surgawi “melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa” (lihat Kol 2:15).
Kematian Kristus mengakhiri keterikatan pada hukum lama. Walaupun hukum itu sendiri kudus, namun tidak membawa kehidupan; karena hukum itu mengungkapkan tugas-kewajiban untuk menghindari dosa tetapi tidak memberikan kuasa untuk melakukannya (lihat Rm 7:7-25). Dalam karya penebusan Kristus, Allah “meresmikan” hukum kasih dan rahmat yang baru. Perjanjian yang baru ini sungguh mengharuskan kekudusan yang lebih besar dari diri kita, namun karunia Roh Allah memungkinkan kita untuk melayani-Nya dengan sukacita dan kasih (lihat Rm 5:5;7:4).
Sengsara Yesus mempunyai efek-efek yang bersifat kekal-abadi. Melalui penderitaan-Nya kita diselamatkan dari dosa dan segala konsekuensinya, dan telah menerima setiap rahmat dan karunia yang membawa kita kepada kehidupan kekal. Yesus Kristus-lah yang menebus dosa kita-manusia.
Pembebasan ini, yang dimenangkan oleh Yesus bagi kita lewat/dalam penderitaan sengsara-Nya mempunyai efek-efek, bahkan pada/dalam dunia ini. Penebusan bukanlah terbatas pada hidup batiniah cintakasih dan rahmat. Mereka yang dibebaskan dari dosa dapat mentransformasikan dunia ini menjadi sebuah kerajaan dengan kemerdekaan yang lebih luas, keadilan yang lebih mendalam dan damai-sejahtera yang lebih besar, dan bahkan suatu awal-mula dari kerajaan Allah yang sesungguhnya.
Kemenangan-kemenangan Allah dalam Kristus.
“Di dalam Kristus, Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya” (2Kor 5:19). Allah sendirilah yang selalu menjadi Sang Penyelamat. Kasih dan kuasa kekal dari Bapa, Putera dan Roh Kudus-lah yang menyebabkan terjadinya penebusan. Allah menang-berjaya dalam Kristus, menang besar atas dosa dan Iblis, atas keterikatan manusia pada hukum lama dan maut.
Dosa sendiri telah berkuasa atas diri kita (lihat Rm 5:21) dan memperbudak kita (lihat Rm 6:7). Akan tetapi melalui penderitaan sengsara Yesus, Bapa surgawi membebaskan kita dan memulihkan kita kepada “kerajaan Anak-Nya yang terkasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan, yaitu pengampunan dosa” (Kol 1:13-14). Iblis juga dikalahkan. Pada waktu Kristus ditinggikan di atas kayu salib, kuasa Iblis pun diakhiri (lihat Yoh 13:31); dan dalam Kristus, Bapa surgawi “melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa” (lihat Kol 2:15).
Kematian Kristus mengakhiri keterikatan pada hukum lama. Walaupun hukum itu sendiri kudus, namun tidak membawa kehidupan; karena hukum itu mengungkapkan tugas-kewajiban untuk menghindari dosa tetapi tidak memberikan kuasa untuk melakukannya (lihat Rm 7:7-25). Dalam karya penebusan Kristus, Allah “meresmikan” hukum kasih dan rahmat yang baru. Perjanjian yang baru ini sungguh mengharuskan kekudusan yang lebih besar dari diri kita, namun karunia Roh Allah memungkinkan kita untuk melayani-Nya dengan sukacita dan kasih (lihat Rm 5:5;7:4).
Label:
Katekese Dewasa
Jumat, 08 April 2011
Oleh KematianNYA, YESUS Menghancurkan Kematian Kita (Bagian 2)
Sengsara Yesus
Yesus ditolak oleh orang-orang untuk siapa Dia datang. “Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan melalui Dia, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik-Nya, tetapi orang-oirang miliknya itu tidak menerima-Nya” (Yoh 1:10-11). Akan tetapi, sengsara-Nya merupakan suatu tanda dari kasih yang begitu besar, seperti dikatakan-Nya sendiri: “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada ini, yakni seseorang memberikan nyawanya demi sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:13); tanda mana membuat orang selalu akan ditarik kepada diri-Nya. Dia bersabda: “Dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku” (Yoh 12:32). Paulus menulis, “Melalui Dialah Allah berkenan tinggal di dalam Dia, dan melalui Dialah Allah memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di surga, sesudah Ia mengadakan perdamaian dengan darah salib Kristus. Juga kamu yang dahulu hidup jaiuh dari Allah dan menjadi musuh-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya” (Kol 1:20-22).
Pada waktu Gereja perdana mewartakan kabar baik keselamatan, maka dia mewartakan – seperti Gereja masih melakukannya sekarang – kasih tak terbatas yang memancar dari salib Kristus. “Kami memberitakan Kristus yang disalibkan” (1Kor 1:23). Sengsara-Nya adalah kemuliaan mereka yang percaya. “Aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus” (Gal 6:14).
Sengsara yang diderita Yesus Kristus bagi kita sangatlah berat dan mengerikan, karena begitu besar kasih-Nya kepada kita. Kristus tidak hanya ingin memberikan kepada kita hidup yang berkelimpahan; dalam bela rasa-Nya yang tanpa batas Ia ingin ikut ambil bagian dalam setiap jenis penderitaan manusia – baik lahir maupun batin – untuk perdamaian dan penyembuhan semua orang yang menderita.
Pada waktu kitab-kitab Injil ditulis, bagian terpanjang dari masing-masing Injil itu adalah kisah sengsara. Ekaristi, yang adalah tindakan liturgis sentral dari komunitas Kristiani, suatu kenangan akan kematian-Nya (lihat Luk 22:19-20). Sengsara dan kematian-Nya diungkapkan dalam devosi-devosi seperti “Jalan Salib” dan “Peristiwa-peristiwa Sedih” dalam doa rosario. Dalam buku kecilnya yang populer, Mengikuti Jejak Kristus, Thomas a Kempis menulis: “Di dalam salib itulah keselamatan, di dalam salib itulah kehidupan dan di dalam salib itulah perlindungan terhadap musuh-musuh kita!” (Buku II, Pasal XII, “Hal Keluhuran Jalan Salib Suci”, hal. 92 edisi bahasa Indonesia terbitan OBOR).
Yesus ditolak oleh orang-orang untuk siapa Dia datang. “Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan melalui Dia, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik-Nya, tetapi orang-oirang miliknya itu tidak menerima-Nya” (Yoh 1:10-11). Akan tetapi, sengsara-Nya merupakan suatu tanda dari kasih yang begitu besar, seperti dikatakan-Nya sendiri: “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada ini, yakni seseorang memberikan nyawanya demi sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:13); tanda mana membuat orang selalu akan ditarik kepada diri-Nya. Dia bersabda: “Dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku” (Yoh 12:32). Paulus menulis, “Melalui Dialah Allah berkenan tinggal di dalam Dia, dan melalui Dialah Allah memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di surga, sesudah Ia mengadakan perdamaian dengan darah salib Kristus. Juga kamu yang dahulu hidup jaiuh dari Allah dan menjadi musuh-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya” (Kol 1:20-22).
Pada waktu Gereja perdana mewartakan kabar baik keselamatan, maka dia mewartakan – seperti Gereja masih melakukannya sekarang – kasih tak terbatas yang memancar dari salib Kristus. “Kami memberitakan Kristus yang disalibkan” (1Kor 1:23). Sengsara-Nya adalah kemuliaan mereka yang percaya. “Aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus” (Gal 6:14).
Sengsara yang diderita Yesus Kristus bagi kita sangatlah berat dan mengerikan, karena begitu besar kasih-Nya kepada kita. Kristus tidak hanya ingin memberikan kepada kita hidup yang berkelimpahan; dalam bela rasa-Nya yang tanpa batas Ia ingin ikut ambil bagian dalam setiap jenis penderitaan manusia – baik lahir maupun batin – untuk perdamaian dan penyembuhan semua orang yang menderita.
Pada waktu kitab-kitab Injil ditulis, bagian terpanjang dari masing-masing Injil itu adalah kisah sengsara. Ekaristi, yang adalah tindakan liturgis sentral dari komunitas Kristiani, suatu kenangan akan kematian-Nya (lihat Luk 22:19-20). Sengsara dan kematian-Nya diungkapkan dalam devosi-devosi seperti “Jalan Salib” dan “Peristiwa-peristiwa Sedih” dalam doa rosario. Dalam buku kecilnya yang populer, Mengikuti Jejak Kristus, Thomas a Kempis menulis: “Di dalam salib itulah keselamatan, di dalam salib itulah kehidupan dan di dalam salib itulah perlindungan terhadap musuh-musuh kita!” (Buku II, Pasal XII, “Hal Keluhuran Jalan Salib Suci”, hal. 92 edisi bahasa Indonesia terbitan OBOR).
Label:
Katekese Dewasa
Kamis, 07 April 2011
Oleh KematianNYA, YESUS Menghancurkan Kematian Kita (Bagian 1)
Kami percaya akan Tuhan kita Yesus Kristus, yang adalah Putera Allah……. Di bawah pemerintahan Pontius Pilatus Ia menderita, Sang Anak Domba Allah, yang menanggung dosa-dosa dunia, dan Ia wafat bagi kita di kayu salib, menyelamatkan kita oleh darah-Nya yang menebus……. Kami percaya bahwa Tuhan kita Yesus Kristus, oleh pengorbanan-Nya di kayu salib menebus kita dari dosa asal dan segala dosa pribadi yang telah kita lakukan oleh kita masing-masing, sehingga seturut kata-kata sang Rasul, ‘di mana dosa bertambah banyak, di sana anugerah menjadi berlimpah-limpah (lihat Rm 5:20). (Sumber: Paus Paulus VI, Professio Fidei [“Kredo Umat Allah,” 30 Juni 1968; dipetik dari MY GOD AND MY ALL, sebuah buku doa untuk para Fransiskan Sekular - Chicago, Ill.: Franciscan Herald Press).
Dalam tulisan ini kita akan membahas secara populer tentang Yesus Kristus, Sang Penebus, sengsara dan kematian-Nya bagi kita-manusia, juga makna penebusan kita. Seperti Santo Paulus, kita – para murid Kristus – dapat berkata: “Aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus” (Gal 6:14), salib yang “untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan” (lihat 1Kor 1:23), namun bagi kita adalah keselamatan dan kehidupan kekal.
Putera Allah Datang ke Dunia untuk Menyelamatkan Kita.
Motif Bapa surgawi untuk mengutus Yesus ke dunia adalah kasih: “Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16). Hal ini dikatakan Yesus sebagai bagian dari pengajaran-Nya kepada Nikodemus, seorang pemuka agama Yahudi dari kalangan Farisi, anggota Sanhedrin yang terhormat, dan ...... proses belajar-mengajar di dilaksanakan di malam hari.
Dalam Perjanjian Baru – khususnya keempat Injil – Yesus digambarkan sebagai seorang Pribadi yang sepenuhnya sadar bahwa misi-Nya adalah untuk menderita dan mati untuk kita-manusia, sekaligus membawakan kehidupan bagi kita. Di depan para murid-Nya yang terdekat, Dia meramalkan sengsara-Nya, kematian-Nya dan kebangkitan-Nya, sebanyak tiga kali, tentunya agar para murid-Nya itu sampai kepada pemahaman yang benar akan semua hal itu; agar pemahaman mereka tentang Mesias (=Kristus) menjadi lurus. Marilah kita baca apa yang dikatakan-Nya pada saat untuk ketiga kalinya Dia mengumumkannya: “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan segala sesuatu yang ditulis oleh para nabi mengenai Anak Manusia akan digenapi. Sebab Ia akan diserahkan kepada bangsa-bangsa lain, diolok-olokkan, dihina dan diludahi. Mereka akan mencambuk dan membunuh Dia, tetapi pada hari ketiga Ia akan bangkit” (Luk 18:31-33). Apa bunyi ayat setelah itu? Catatan Lukas penulis Injil adalah sebagai berikut: “Akan tetapi, mereka sama sekali tidak mengerti semuanya itu; arti perkataan itu tersembunyi bagi mereka dan mereka tidak tahu apa yang dimaksudkan” (Luk 18:34). Memang misteri penebusan susah untuk dipahami oleh sebagian besar orang Yahudi dan orang yang memiliki mindset seperti mereka, , sampai-sampai Yesus yang sudah bangkit berkata kepada dua orang murid dalam perjalanan mereka dari Yerusalem ke Emaus: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu untuk mempercayai segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?” (Luk 24:25-26).
Akan tetapi, bagi Yesus (Yunani: Ièsous dari bahasa Ibrani: Yésyüa, Yehôsyûa = YHWH yang menyelamatkan), salib selalu berada di depan mata-Nya. “Ketika hampir tiba waktunya Yesus diangkat ke surga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem” (Luk 9:51). Di Yerusalem ini Yesus akan mengalami baptisan salib yang pahit, namun menyelamatkan: “Aku harus dibaptis dengan suatu baptisan, dan betapa susah hati-Ku sebelum hal itu terlaksana!” (Luk 12:50). Yesus memang merindukan baptisan itu, karena hanya dengan baptisan itulah maka api kasih-Nya dapat dinyalakan di atas bumi. Yesus bersabda: "Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapa Aku harapkan, api itu telah menyala!” (Luk 12:49); oleh baptisan salib itulah Ia mati untuk bangsa Yahudi sekaligus akan mengumpulkan menjadi satu anak-anak Allah yang tercerai-berai di luar lingkungan bangsa Yahudi (lihat Yoh 11:52).
Dalam tulisan ini kita akan membahas secara populer tentang Yesus Kristus, Sang Penebus, sengsara dan kematian-Nya bagi kita-manusia, juga makna penebusan kita. Seperti Santo Paulus, kita – para murid Kristus – dapat berkata: “Aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus” (Gal 6:14), salib yang “untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan” (lihat 1Kor 1:23), namun bagi kita adalah keselamatan dan kehidupan kekal.
Putera Allah Datang ke Dunia untuk Menyelamatkan Kita.
Motif Bapa surgawi untuk mengutus Yesus ke dunia adalah kasih: “Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16). Hal ini dikatakan Yesus sebagai bagian dari pengajaran-Nya kepada Nikodemus, seorang pemuka agama Yahudi dari kalangan Farisi, anggota Sanhedrin yang terhormat, dan ...... proses belajar-mengajar di dilaksanakan di malam hari.
Dalam Perjanjian Baru – khususnya keempat Injil – Yesus digambarkan sebagai seorang Pribadi yang sepenuhnya sadar bahwa misi-Nya adalah untuk menderita dan mati untuk kita-manusia, sekaligus membawakan kehidupan bagi kita. Di depan para murid-Nya yang terdekat, Dia meramalkan sengsara-Nya, kematian-Nya dan kebangkitan-Nya, sebanyak tiga kali, tentunya agar para murid-Nya itu sampai kepada pemahaman yang benar akan semua hal itu; agar pemahaman mereka tentang Mesias (=Kristus) menjadi lurus. Marilah kita baca apa yang dikatakan-Nya pada saat untuk ketiga kalinya Dia mengumumkannya: “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan segala sesuatu yang ditulis oleh para nabi mengenai Anak Manusia akan digenapi. Sebab Ia akan diserahkan kepada bangsa-bangsa lain, diolok-olokkan, dihina dan diludahi. Mereka akan mencambuk dan membunuh Dia, tetapi pada hari ketiga Ia akan bangkit” (Luk 18:31-33). Apa bunyi ayat setelah itu? Catatan Lukas penulis Injil adalah sebagai berikut: “Akan tetapi, mereka sama sekali tidak mengerti semuanya itu; arti perkataan itu tersembunyi bagi mereka dan mereka tidak tahu apa yang dimaksudkan” (Luk 18:34). Memang misteri penebusan susah untuk dipahami oleh sebagian besar orang Yahudi dan orang yang memiliki mindset seperti mereka, , sampai-sampai Yesus yang sudah bangkit berkata kepada dua orang murid dalam perjalanan mereka dari Yerusalem ke Emaus: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu untuk mempercayai segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?” (Luk 24:25-26).
Akan tetapi, bagi Yesus (Yunani: Ièsous dari bahasa Ibrani: Yésyüa, Yehôsyûa = YHWH yang menyelamatkan), salib selalu berada di depan mata-Nya. “Ketika hampir tiba waktunya Yesus diangkat ke surga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem” (Luk 9:51). Di Yerusalem ini Yesus akan mengalami baptisan salib yang pahit, namun menyelamatkan: “Aku harus dibaptis dengan suatu baptisan, dan betapa susah hati-Ku sebelum hal itu terlaksana!” (Luk 12:50). Yesus memang merindukan baptisan itu, karena hanya dengan baptisan itulah maka api kasih-Nya dapat dinyalakan di atas bumi. Yesus bersabda: "Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapa Aku harapkan, api itu telah menyala!” (Luk 12:49); oleh baptisan salib itulah Ia mati untuk bangsa Yahudi sekaligus akan mengumpulkan menjadi satu anak-anak Allah yang tercerai-berai di luar lingkungan bangsa Yahudi (lihat Yoh 11:52).
Label:
Katekese Dewasa
Rabu, 06 April 2011
BERKIRIM SMS GRATIS DENGAN GMAIL
Artikel ini di luar materi Katekese yang biasanya saya posting, tetapi berguna juga bagi Anda yang aktif dalam bidang pewartaan, terutama kita-kita yang tidak punya ponsel untuk berkirim SMS, atau ada ponsel tapi pulsa sedang minim, padahal harus berkirim SMS ke beberapa rekan untuk pemberitahuan atau berita penting. Bagi Anda yang memiliki account Gmail, itu bukanlah masalah.
Memang asyik memiliki account di Gmail, selain email-email yang bisa didownload melalui fasilitas POP/IMAP sehingga Email bisa dibaca offline melalui Thunderbird atau Outlook, account di Gmail juga bisa digunakan untuk mengakses dan menjadi pintu masuk bagi semua layanan Google yang lain, terutama yang paling berguna adalah Googledocs (yang menyediakan fasilitas penyimpanan online - sebagai salah satu bentuk Cloud Computing - dan mempergunakan program Office online), Gtalk (untuk Messenger), Picasa (upload dan berbagi foto), Youtube (opload dan berbagi video), Googlemaps, dan tentu saja Blogger serta semua layanan Google lainnya. Salah satu fasilitas yang bisa dinikmati oleh pemilik account Gmail adalah dapat mengirim dan menerima SMS ke ponsel lokal dan internasional. Dahulu fasilitas mengirim SMS juga dapat dilakukan dengan YM, tetapi sekarang sudah tidak dapat diaktifkan lagi. Memang tidak semua operator dapat menerima (dan membalas) SMS melalui Gmail, hanya groupnya Telkomsel dan Indosat saja. Tetapi menengok bahwa kedua operator ini merupakan operator dengan user terbanyak di Indonesia, maka fasilitas bekirim SMS gratis melalui Gmail, tentu bisa menjangkau sebagan besar pengguna ponsel di Indonesia. Sungguh mengasyikkan dan tentu saja lebih irit. Tapi Anda memang harus punya seperangkat PC atau netbook/notebook serta koneksi internet di dalamnya.
Memang asyik memiliki account di Gmail, selain email-email yang bisa didownload melalui fasilitas POP/IMAP sehingga Email bisa dibaca offline melalui Thunderbird atau Outlook, account di Gmail juga bisa digunakan untuk mengakses dan menjadi pintu masuk bagi semua layanan Google yang lain, terutama yang paling berguna adalah Googledocs (yang menyediakan fasilitas penyimpanan online - sebagai salah satu bentuk Cloud Computing - dan mempergunakan program Office online), Gtalk (untuk Messenger), Picasa (upload dan berbagi foto), Youtube (opload dan berbagi video), Googlemaps, dan tentu saja Blogger serta semua layanan Google lainnya. Salah satu fasilitas yang bisa dinikmati oleh pemilik account Gmail adalah dapat mengirim dan menerima SMS ke ponsel lokal dan internasional. Dahulu fasilitas mengirim SMS juga dapat dilakukan dengan YM, tetapi sekarang sudah tidak dapat diaktifkan lagi. Memang tidak semua operator dapat menerima (dan membalas) SMS melalui Gmail, hanya groupnya Telkomsel dan Indosat saja. Tetapi menengok bahwa kedua operator ini merupakan operator dengan user terbanyak di Indonesia, maka fasilitas bekirim SMS gratis melalui Gmail, tentu bisa menjangkau sebagan besar pengguna ponsel di Indonesia. Sungguh mengasyikkan dan tentu saja lebih irit. Tapi Anda memang harus punya seperangkat PC atau netbook/notebook serta koneksi internet di dalamnya.
Label:
Artikel
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN INJIL ?
Sering kita mendengar sebuah pendapat yang berasal dari sebuah keyakinan bahwa para Nabi diutus ke dunia oleh Tuhan Allah dan diperlengkapi dengan sebuah Kitab Suci sebagai sumber pewartaannya. Berpegang pada pendapat ini ada yang berkeyakinan bahwa Injil adalah Kitab Suci yang ditulis oleh Yesus sendiri. Padahal kenyataannya tidaklah demikian. Pengertian Injil yang sebenarnya bukanlah sebuah buku (Kitab) yang ditulis oleh seseorang. Iman kristiani memiliki pengertian yang sama sekali berbeda tentang pengertian Injil. Injil berasal dari bahasa Yunani: “Euvangelion” yang artinya Kabar Gembira atau Kabar Baik (Anda tentu akrab dengan istilan Evangelist yang artinya pewarta kabar gembira). Lalu pertanyaannya adalah “kabar gembira tentang apa itu?”
Pengikut Kristus memahami bahwa Injil (Euvagelion) itu bukanlah sebuah buku yang jatuh dari langit, melainkan Firman Allah yang hidup dalam diri Yesus Kristus. “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh 1:14). Jadi, seluruh pribadi Yesus Kristus dari Nazaret inilah yang disebut dengan Injil, Kabar Gembira dari Allah. Seluruh hidup, sabda, dan karya-Nya adalah warta gembira dari Allah yang mengasihi dan mau menyelamatkan manusia. Bila dulu Tuhan menyampaikan Firman-Nya melalui para nabi, kini Dia menyampaikan Firman-Nya dalam diri Yesus Kristus. “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi, jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah dari pada nama mereka” (Ibr 1:1-4). Sekali lagi, Injil atau Kabar Gembira itu adalah Yesus Kristus sendiri, Firman Allah yang hidup dan yang telah menjadi manusia, dan di dalam Dia, dalam segenap karya penebusannya, melalui salib dan kebangkitannya, semua manusia telah memperoleh jalan keselamatan. Dan ini perlu diwartakan kepada semua orang, ialah kabar gembira tentang datangnya Sang Penyelamat umat manusia.
Pengikut Kristus memahami bahwa Injil (Euvagelion) itu bukanlah sebuah buku yang jatuh dari langit, melainkan Firman Allah yang hidup dalam diri Yesus Kristus. “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh 1:14). Jadi, seluruh pribadi Yesus Kristus dari Nazaret inilah yang disebut dengan Injil, Kabar Gembira dari Allah. Seluruh hidup, sabda, dan karya-Nya adalah warta gembira dari Allah yang mengasihi dan mau menyelamatkan manusia. Bila dulu Tuhan menyampaikan Firman-Nya melalui para nabi, kini Dia menyampaikan Firman-Nya dalam diri Yesus Kristus. “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi, jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah dari pada nama mereka” (Ibr 1:1-4). Sekali lagi, Injil atau Kabar Gembira itu adalah Yesus Kristus sendiri, Firman Allah yang hidup dan yang telah menjadi manusia, dan di dalam Dia, dalam segenap karya penebusannya, melalui salib dan kebangkitannya, semua manusia telah memperoleh jalan keselamatan. Dan ini perlu diwartakan kepada semua orang, ialah kabar gembira tentang datangnya Sang Penyelamat umat manusia.
Label:
Alkitab,
Katekese Dewasa
YESUS-KAH YANG DISALIBKAN? (Bagian 2)
(Materi Katekese Dewasa)
MENYIMAK DATA-DATA SEJARAH TENTANG PENYALIBAN TUHAN
Pada bagian sebelumnya kita telah melihat titik perbedaan dalam menerima fakta penyaliban Yesus. Ada yang menerima fakta demikian, namun berbeda dalam menafsirkan makna kematian Yesus di kayu salib, yakni sebagai batu sandungan bagi orang Yahudi, kebodohan bagi orang Yunani-Romawi, ataupun hikmat kekuatan Allah bagi orang Kristiani.
Tetapi syukurlah berkaitan dengan peristiwa penyaliban Yesus ini, ternyata ada sumber-sumber sejarah tertulis yang berasal dari “pihak ketiga” yang netral, yaitu dari dunia sekuler dan tulisan orang Yahudi yang bukan pemeluk agama Kristen. Pendapat pihak ketiga demikian niscaya akan memberikan pencerahan bagi kita untuk melihat fakta manakah yang sebenarnya terjadi dalam peristiwa penyaliban Yesus yang menimpulkan kontroversi ini.
A. FLAVIUS JOSEPHUS
Nama aslinya adalah Joseph bin Matthias, seorang dari sejarawan Yahudi yang berasal dari keluarga imam, lahir pada tahun 37 M di Yerusalem dan meninggal tahun 100 M di Roma. Di tahun 93 M ia menulis buku Antiquitates Judaicae atau Jewish Antiquities yang terdiri dari 20 buku yang melukiskan sejarah Yahudi dari penciptaan hingga pecahnya pemberontakan tahun 66 - 70 M dan kehancuran kota Yerusalem. Dalam buku ke-18 dari Antt. (18,55-89) dia melukiskan situasi Palestina ketika Pilatus menjadi prefect Romawi di sana. Dalam bagian ini ada yang disebut dengan Testimonium Flavianum yakni kesaksian Flavius Josephus tentang Yesus, yakni pada Antt. 18,63-64. Teks selengkapnya sebagai berikut :
Pada masa inilah muncul Yesus, seorang yang bijaksana, kalau boleh dia disebut manusia. Karena dia adalah seorang yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang menakjubkan dan seorang guru bagi mereka yang menerima kebenaran yang menyenangkan, dan dia telah memikat banyak orang Yahudi dan orang Yunani. Dia ini adalah Kristus. Dan ketika Pilatus, atas desakan orang-orang penting di antara kita, telah menghukumnya di kayu salib, mereka yang sejak semula mengasihinya tidak berhenti [mengasihinya] karena pada hari ketiga dia telah menampakkan diri kepada mereka dalam keadaan hidup kembali. Para nabi Allah telah menubuatkan hal ini dan berbicara tentang aneka hal ajaib tentang dia. Dan klan Kristen, demikian disebut menurut [nama]nya, masih bertahan sampai hari ini.
Sebagian para ahli meragukan apakah tiga kalimat yang tercetak tegak-tebal itu benar-benar dari Josephus sendiri ataukah hasil interpolasi penyalin Kristen. Namun, tidak diragukan bahwa Josephus menyebutkan fakta bahwa Pilatus telah menghukum Yesus di kayu salib (bercetak tebal-miring-merah).
MENYIMAK DATA-DATA SEJARAH TENTANG PENYALIBAN TUHAN
Pada bagian sebelumnya kita telah melihat titik perbedaan dalam menerima fakta penyaliban Yesus. Ada yang menerima fakta demikian, namun berbeda dalam menafsirkan makna kematian Yesus di kayu salib, yakni sebagai batu sandungan bagi orang Yahudi, kebodohan bagi orang Yunani-Romawi, ataupun hikmat kekuatan Allah bagi orang Kristiani.
Tetapi syukurlah berkaitan dengan peristiwa penyaliban Yesus ini, ternyata ada sumber-sumber sejarah tertulis yang berasal dari “pihak ketiga” yang netral, yaitu dari dunia sekuler dan tulisan orang Yahudi yang bukan pemeluk agama Kristen. Pendapat pihak ketiga demikian niscaya akan memberikan pencerahan bagi kita untuk melihat fakta manakah yang sebenarnya terjadi dalam peristiwa penyaliban Yesus yang menimpulkan kontroversi ini.
A. FLAVIUS JOSEPHUS
Nama aslinya adalah Joseph bin Matthias, seorang dari sejarawan Yahudi yang berasal dari keluarga imam, lahir pada tahun 37 M di Yerusalem dan meninggal tahun 100 M di Roma. Di tahun 93 M ia menulis buku Antiquitates Judaicae atau Jewish Antiquities yang terdiri dari 20 buku yang melukiskan sejarah Yahudi dari penciptaan hingga pecahnya pemberontakan tahun 66 - 70 M dan kehancuran kota Yerusalem. Dalam buku ke-18 dari Antt. (18,55-89) dia melukiskan situasi Palestina ketika Pilatus menjadi prefect Romawi di sana. Dalam bagian ini ada yang disebut dengan Testimonium Flavianum yakni kesaksian Flavius Josephus tentang Yesus, yakni pada Antt. 18,63-64. Teks selengkapnya sebagai berikut :
Pada masa inilah muncul Yesus, seorang yang bijaksana, kalau boleh dia disebut manusia. Karena dia adalah seorang yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang menakjubkan dan seorang guru bagi mereka yang menerima kebenaran yang menyenangkan, dan dia telah memikat banyak orang Yahudi dan orang Yunani. Dia ini adalah Kristus. Dan ketika Pilatus, atas desakan orang-orang penting di antara kita, telah menghukumnya di kayu salib, mereka yang sejak semula mengasihinya tidak berhenti [mengasihinya] karena pada hari ketiga dia telah menampakkan diri kepada mereka dalam keadaan hidup kembali. Para nabi Allah telah menubuatkan hal ini dan berbicara tentang aneka hal ajaib tentang dia. Dan klan Kristen, demikian disebut menurut [nama]nya, masih bertahan sampai hari ini.
Sebagian para ahli meragukan apakah tiga kalimat yang tercetak tegak-tebal itu benar-benar dari Josephus sendiri ataukah hasil interpolasi penyalin Kristen. Namun, tidak diragukan bahwa Josephus menyebutkan fakta bahwa Pilatus telah menghukum Yesus di kayu salib (bercetak tebal-miring-merah).
Label:
Katekese Dewasa
Selasa, 05 April 2011
YESUS-KAH YANG DISALIBKAN? (Bagian 1)
ANTARA INJIL DAN DATA SEJARAH
(Materi katekese Dewasa)
Menjelang Pekan Suci merupakan kesempatan berharga untuk merenungkan kasih Tuhan dalam hidup kita melalui rangkaian perayaan liturgi Trihari Paskah. Liturgi Gereja dan bacaan yang kita renungkan akan tetap sama. Namun, aneka konteks dalam hidup dan situasi dunia sekitar kita juga akan membantu kita memahami misteri Paskah Kristus dengan lebih baik dan variatif. Bila pada tahun 2003 pemahaman dan keyakinan iman kita akan Yesus Kristus seakan ditantang oleh Dan Brown yang menghembuskan dongeng The Da Vinci Code, maka pada tahun 2004 Mel Gibson membantu kita memahami sengsara Tuhan Yesus menjadi lebih gamblang melalui film The Passion. Berikut kisah sengsara Tuhan kita Yesus Kristus ditinjau dari data biblis sebagaimana dimuat dalam Kitab Suci (Injil).
TANDA YANG MENIMBULKAN PERBANTAHAN
Sewaktu berumur 40 hari bayi Yesus dipersembahkan di Bait Allah, seorang benar yang sudah lanjut usia bernama Simeon, menyambut dan menatang-Nya. Kepada Bunda Maria, Simeon menyatakan nubuatnya tentang masa depan Anak itu, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan - dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri - supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang” (Luk 2:34-35). Dan nubuat Simeon ini terbukti, bukan hanya sewaktu Yesus masih hidup dan mengajarkan kasih, bukan hanya sewaktu Dia wafat di kayu salib dan bangkit kembali, bukan hanya setelah para pengikut-Nya menyebarkan kabar gembira ini, bukan hanya saat Gereja awali dikejar-kejar dan dianiaya oleh orang Yahudi dan penguasa Romawi, melainkan sampai hari ini! Yesus akan senantiasa menjadi tanda yang menimbulkan perbantahan agar menjadi nyata pikiran hati banyak orang.
Karena itu, bukanlah hal yang mengherankan bila karena nama Yesus, seorang Kristen mungkin saja akan dibenci dan dimusuhi oleh orang sekitarnya. Tetapi jauh-jauh hari Dia sudah mengajarkan, “Berbahagialah kamu, jika karena Aku, kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacitalah dan bergembiralah karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu” (Mat 5:11-12). Bahkan kepada para murid-Nya, Dia juga sudah mengingatkan, “Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku” (Yoh 16:2-3). Ya, Yesus akan senantiasa menjadi tanda yang menimbulkan perbantahan.
Salah satu perbantahan di dunia modern ini adalah mempertanyakan historisitas peristiwa Yesus dari Nazaret. Kita masih ingat bagaimana dongeng yang diciptakan oleh Dan Brown (2003) dalam The Da Vinci Code laris-manis, baik novel maupun filmya, termasuk di Indonesia. Dikisahkan bahwa Yesus yang disalibkan itu ternyata tidak sungguh mati. Dia hanyalah mati suri; argumen Dan Brown karena kaki Yesus tidak ikut dipatahkan sehingga bisa siuman lagi, lalu melarikan diri dengan Maria Magdalena dan keduanya pun menikah, punya keturunan dan mereka harus mengasingkan diri ke Perancis, dsb, dsb. Novel ini sebenarnya mempromosikan ajaran sesat Gnostisme untuk manusia modern ini menjadi novel bestseller dan filmnya masuk box office. Fenomena ini membenarkan apa yang tertulis dalam 2 Timotius 4:3-4, “Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.”
Tulisan ini dimaksudkan sebagai upaya kecil untuk ikut mempertanggungjawabkan iman kita akan Yesus Kristus yang telah kita warisi bersama dari para rasul dan Gereja awali. Maka marilah kita juga mohon penerangan Roh Kudus agar kita juga dibimbing-Nya agar kita pun “mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran, di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala (Gereja)” (Ef 4:13-15).
(Materi katekese Dewasa)
Menjelang Pekan Suci merupakan kesempatan berharga untuk merenungkan kasih Tuhan dalam hidup kita melalui rangkaian perayaan liturgi Trihari Paskah. Liturgi Gereja dan bacaan yang kita renungkan akan tetap sama. Namun, aneka konteks dalam hidup dan situasi dunia sekitar kita juga akan membantu kita memahami misteri Paskah Kristus dengan lebih baik dan variatif. Bila pada tahun 2003 pemahaman dan keyakinan iman kita akan Yesus Kristus seakan ditantang oleh Dan Brown yang menghembuskan dongeng The Da Vinci Code, maka pada tahun 2004 Mel Gibson membantu kita memahami sengsara Tuhan Yesus menjadi lebih gamblang melalui film The Passion. Berikut kisah sengsara Tuhan kita Yesus Kristus ditinjau dari data biblis sebagaimana dimuat dalam Kitab Suci (Injil).
TANDA YANG MENIMBULKAN PERBANTAHAN
Sewaktu berumur 40 hari bayi Yesus dipersembahkan di Bait Allah, seorang benar yang sudah lanjut usia bernama Simeon, menyambut dan menatang-Nya. Kepada Bunda Maria, Simeon menyatakan nubuatnya tentang masa depan Anak itu, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan - dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri - supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang” (Luk 2:34-35). Dan nubuat Simeon ini terbukti, bukan hanya sewaktu Yesus masih hidup dan mengajarkan kasih, bukan hanya sewaktu Dia wafat di kayu salib dan bangkit kembali, bukan hanya setelah para pengikut-Nya menyebarkan kabar gembira ini, bukan hanya saat Gereja awali dikejar-kejar dan dianiaya oleh orang Yahudi dan penguasa Romawi, melainkan sampai hari ini! Yesus akan senantiasa menjadi tanda yang menimbulkan perbantahan agar menjadi nyata pikiran hati banyak orang.
Karena itu, bukanlah hal yang mengherankan bila karena nama Yesus, seorang Kristen mungkin saja akan dibenci dan dimusuhi oleh orang sekitarnya. Tetapi jauh-jauh hari Dia sudah mengajarkan, “Berbahagialah kamu, jika karena Aku, kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacitalah dan bergembiralah karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu” (Mat 5:11-12). Bahkan kepada para murid-Nya, Dia juga sudah mengingatkan, “Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku” (Yoh 16:2-3). Ya, Yesus akan senantiasa menjadi tanda yang menimbulkan perbantahan.
Salah satu perbantahan di dunia modern ini adalah mempertanyakan historisitas peristiwa Yesus dari Nazaret. Kita masih ingat bagaimana dongeng yang diciptakan oleh Dan Brown (2003) dalam The Da Vinci Code laris-manis, baik novel maupun filmya, termasuk di Indonesia. Dikisahkan bahwa Yesus yang disalibkan itu ternyata tidak sungguh mati. Dia hanyalah mati suri; argumen Dan Brown karena kaki Yesus tidak ikut dipatahkan sehingga bisa siuman lagi, lalu melarikan diri dengan Maria Magdalena dan keduanya pun menikah, punya keturunan dan mereka harus mengasingkan diri ke Perancis, dsb, dsb. Novel ini sebenarnya mempromosikan ajaran sesat Gnostisme untuk manusia modern ini menjadi novel bestseller dan filmnya masuk box office. Fenomena ini membenarkan apa yang tertulis dalam 2 Timotius 4:3-4, “Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.”
Tulisan ini dimaksudkan sebagai upaya kecil untuk ikut mempertanggungjawabkan iman kita akan Yesus Kristus yang telah kita warisi bersama dari para rasul dan Gereja awali. Maka marilah kita juga mohon penerangan Roh Kudus agar kita juga dibimbing-Nya agar kita pun “mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran, di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala (Gereja)” (Ef 4:13-15).
Label:
Katekese Dewasa
Jumat, 01 April 2011
GAMBAR 14 PERHENTIAN JALAN SALIB
Umat katolik memiliki kebiasaan melaksanakan ibadat Jalan Salib pada masa Prapaskah sebagai salah satu bentuk pertobatan. Biasanya ibadat jalan salib diadakan di setiap gereja pada hari Jumat (hari pantang) selama masa Prapaskah dan pada pagi hari pada Hari Jumat Agung. Bagi mereka yang sibuk karena panggilan tugas dan pekerjaan demi mencukupi hidup keluarga atau mereka yang bekerja shift sore atau malam, mungkin akan terhalang untuk hadir di gereja mengikuti ibadat jalan salib. Saya pribadi kadangkala tidak dapat mengikuti ibadat Jalan Salib pada hari Jumat. Untuk "menebusnya" sering saya melakukan ibadat jalan salib pribadi/sendirian pada hari Sabtu pagi di Gereja. Selain hari Jumat selama masa Prapaskah, memang Gereja tidak pernah membatasi umat bila mau melaksanakan ibadat Jalan Salib secara pribadi atau dalam keluarga atau dalam lingkungan/komunitas kecil (entah teritorial atau kategorial). Di luar masa Prapaskah pun sebenarnya umat (entah pribadi atau komunitas) sangat dianjurkan untuk melaksanakan ibadat Jalan Salib dalam ziarah-ziarah rohani atau dalam waktu-waktu khusus untuk memperbaharui semangat dan spiritualitas "Jalan Salib" sebagai jalan hidup kita para pengikut Yesus, sehingga dalam saat-saat sulit, kita senantiasa mendapat peneguhan untuk terus bertahan dalam kebaikan.
Bagaimana Membuat Perhentian-perhentiannya.
Dalam beberapa kali kesempatan rekoleksi dan retret bersama para katekumen, biasa saya melaksanakan ibadat Jalan Salib. Syukur bila di rumah retret atau villa (tepat rekoleksi/retret) ada gambar-gambar/ikon-ikon Jalan Salib, Itu bila pemilik villa menyediakannya, tapi seringkali perhentian-perhenian Jalan Salib harus dibuat sendiri. Dalam keadaan demikian, biasanya perhentian-pehentian saya buat sendiri, yaitu dengan cara membuat tulisan-tulisan perhentian pada secarik kertas, misalnya: “PERHENTIAN I: YESUS DIJATUHI HUKUMAN MATI.” Tulisan-tulisan itu saya buat sedikit besar dan mencolok dan ditulis di atas kertas yang sedikit keras/kaku, misalnya karton atau buffalo. Perhentian-perhentian sederhana ini kemudian ditempelkan di dinding atau batang-batang pohon di sekitar villa tempat kami mengadakan rekoleksi/retret; dan jadilah 14 perhentian jalan salib sederhana. Bagi saya pribadi, yang terpenting bukanlah gambar/visualisasi perhentiannya, tapi bagaimana peserta menghayati makna Jalan Salib dan pengorbanan Yesus itu dan memperoleh kekuatan rohani karenanya. Meskipun begitu, tetaplah saya merasa penting juga mem-visualisasi perhentian-perhentian pada jalan salib, terutama bilamana peserta Jalan Salib sebagian adalah anak-anak.
Dalam posting sebelumnya sudah dijelaskan bahwa terdapat 14 perhentian Jalan Salib yang menggambarkan proses penyaliban, dimulai dari penjatuhan hukuman mati yang tidak adil oleh Pilatus sampai dengan Yesus dimakamkan. Perhentian-perhentian itu adalah sebagai berikut :
- Yesus dihukum mati
- Yesus memanggul salib
- Yesus jatuh untuk pertama kalinya
- Yesus berjumpa dengan ibunya
- Yesus ditolong Simon dari Kirene
- Wajah Yesus diusap oleh Veronica
- Yesus jatuh untuk kedua kalinya
- Yesus menghibur wanita-wanita yang menangisinya
- Yesus jatuh untuk ketiga kalinya
- Pakaian Yesus ditanggalkan
- Yesus disalibkan
- Yesus mati di salib
- Yesus diturunkan dari salib
- Yesus dimakamkan
Langganan:
Postingan (Atom)