Saya tergelitik dengan pertanyaan Tim Katolisitas.org (Bpk. Stefanus dan Ibu Inggrid) yang mempertanyakan: APA YANG HARUS DIPERBAIKI DALAM PROSES KATEKESE? Yang mengakibatkan banyak anggota Gereja “menyeberang” atau meninggalkan Gereja. Ada 2 komentar yang menurut saya jawabannya essensial dari Georgius dan Julius Paulo, sebagai berikut:
georgius says:
Syallom…..
Hal ini sudah lama menjadi beban pikiran saya pak stef, apalagi ketika saya mengikuti prosesnya secara langsung ketika saya mau menikah….
Ada beberapa hal yang menjadi ganjalan saya, DAN INI ADALAH MASALAH nya :
1. Umat mengikuti Kursus Perkawinan (selanjutnya akan saya singkat KP) hanya untuk formalitas saja. Ikut dengan ogah-ogahan.
2. Petugas yang memberikan materi tidak mempersiapkan dengan baik, hal ini mungkin karena pekerjaan tersebut merupakan rutinitas atau mungkin mereka juga berpikir seperti pesertanya, hanya untuk formalitas belaka. Parahnya lagi, kadang mereka tidak menguasai dengan baik materinya, jadi ada kesan asal jawab saja. Dan yang makin parah, materi yang harusnya diberikan oleh Pastur, karena Pastur berhalangan, diisi oleh kaum awam yang tidak punya back ground yang sama, jadi “kurang” menguasai materi. Saat ada pertanyaan, jawabannya adalah… nanti saya tanyakan ke Pastur dulu…, trus kapan menjawabnya???? kalau orang jawa bilang, benar2 cilaka dua belas…. hehehehe…
3. Umat yang terpilih menjadi pembantu Pastur(diakon, ketua lingkungan, dewan paroki), umumnya “gila hormat” dan egonya semakin menjadi-jadi, kurang mau menerima saran maupun masukan dari sesama umat apalagi melayani, (mungkin mereka lupa ajaran Tuhan Yesus yang membasuh para kaki murid-muridNya). Mereka tidak peduli dengan KP. Hati ini rasanya kheki dan sedihhh banget….
Apa yang terjadi, kita sedang mengalami stagnasi atau bahkan kemunduran IMAN… (maaf, saya berbicara untuk wilayah Kalimantan, karena saat ini saya tinggal di Kalimantan pak Stef). Sangat mengkuatirkan.
Kalau kita perduli, maka kita harus mulai dari sekarang. Dari mana? ya, betul, DARI proses KATEKESE nya (KP). Karena dari KP ini akan membawa pengaruh kemana-mana… ya ke keluarga, ke lingkungan, ke Gereja, dan ke masyarakat umum.
Jumat, 30 April 2010
Kamis, 29 April 2010
Persiapan Wawancara Katekumen
Sebagai persiapan wawancara yang akan dilaksanakan pada bulan yang akan datang, perlu dibuat resume/rekap data katekumen. Formulir Resume / Rekap Data katekumen Calon penerima Sakramen Baptis, Krisma, Ekaristi dan perkawinan Dapat di download di LINK INI.
Perlu juga dilengkapi data-data sesuai Checklist Data Katekumen (dapat donload di LINK INI) disertai :
- Formulir hijau
- Formulir putih
- Buku Biru Katekumen
- jika katekumen telah menikah, wawancara harus didampingi pasangan yang bersangkutan.
Jaga lupa untuk juga mempersiapkan diri dengan doa-doa pribadi.
Semoga membantu persiapan Anda.
Perlu juga dilengkapi data-data sesuai Checklist Data Katekumen (dapat donload di LINK INI) disertai :
- Formulir hijau
- Formulir putih
- Buku Biru Katekumen
- jika katekumen telah menikah, wawancara harus didampingi pasangan yang bersangkutan.
Jaga lupa untuk juga mempersiapkan diri dengan doa-doa pribadi.
Semoga membantu persiapan Anda.
Label:
Data dan Formulir
Selasa, 27 April 2010
ALLAH MEMANGGIL KITA UNTUK MENYELAMATKAN KITA
Pertemuan 1 : Tema : ALLAH MEMANGGIL KITA UNTUK MENYELAMATKAN KITA
Referensi biblis
I Samuel 3 : 1-18 : Allah memanggil Samuel
Yoh 1 : 35 – 51 / Matius 4 : 18-22 : Yesus memanggil murid-murid yang pertama
Renungan sebagai bahan sharing :
Darimana saya mengenal katolik ?
Apa yang saya tahu tentang gereja, katolik, Allah, Yesus ?
Apa yang saya cari dgn menjadi katolik ?
Bagaimana aku terpanggil menjadi katolik ?
Pokok-pokok iman dan refleksi:
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, diciptakan untuk mengisi dan mengolah dunia agar tercipta kebahagiaan dan sukacita. Sukacita & bahagia tidak hanya ditentukan oleh relasi di dunia, tetapi juga relasi antara manusia dengan Allah. Agama atau kepercayaan adalah sarana untuk menciptakan relasi antar manusia dengan Allah. Agama adalah misteri Allah menghampiri kita dan menawarkan kasih & penyelamatan Ilahi. Beriman berarti bersahabat dengan Allah. Kita yang kemudian memilih dengan bantuan rahmat Roh Kudus untuk menjawab dalam iman atas tawaran Allah itu.
Masing-masing pribadi dipanggil Tuhan dengan cara yang berbeda, sama seperti panggilan para murid pertama Yesus. Andreas dikenalkan kepada Yesus oleh Yohanes Pembaptis, gurunya. Andreas membawa Petrus, saudaranya, untuk mengenal Yesus. Ada juga yang dipanggil langsung oleh Yesus, misalnya Filipus. Filipus tidak ingin menikmati keselamatan untuk dirinya sendiri, ia mengajak Natanael, untuk juga mengenal Yesus.
Semua panggilan Allah mempunyai satu tujuan, yaitu mengikuti Yesus, dekat dengan Yesus, mengenal dan kemudian percaya kepada Yesus. Semua orang yang percaya dan mengikuti Yesus adalah saudara, sudah selayaknya mengenal saudara satu dengan yang lainnya.
Setiap panggilan Allah perlu jawaban dari manusia, artinya perlu kerjasama dari manusia untuk menanggapi panggilan Allah.
Mengikuti panggilan Allah harus konsisten. Panggilan itu perlu dikenali dan diperjuangkan seumur hidup, perlu pengorbanan. Mat 4:18-22 mengajar kita bahwa untuk mengikuti Yesus harus ada yang ditinggalkan : jala, yang berarti pekerjaan, kesibukan dan penghidupan duniawi, dan ayah, yang berarti keluarga, tradisi dan budaya lama serta kebiasaan lama. Mengikuti Yesus berarti hidup secara baru.
Menjadi orang katolik adalah orang yang boleh menerima anugrah kehidupan baru yang diberikan oleh Allah, yaitu menjadi anak Allah. Beriman katolik berarti orang harus percaya, mempunyai sikap penyerahan diri secara utuh dan penuh, baik akal budi maupun kehendak kepada Allah yang menyapanya dalam diri Yesus Kristus, sebab Dialah yang menjadi jalan, kebenaran dan hidup (Yoh 14:6).
Seorang katolik berani bertobat dengan meninggalkan cara hidup lama yang tidak baik dan berani untuk hidup baru menurut teladan Yesus Kristus. Pertobatan adalah rahmat dan karunia Allah. Yesus mengatakan bahwa bukan kita yang memilih Dia melainkan Dia yang memilih kita.
Sebagai pengikut Yesus sudah selayaknya berusaha dekat denganNya, mencoba mengetahui kehendaknya. Cara berkomunikasi dengan Yesus : lewat membaca Kitab Suci, dengan berdoa, dengan menjalankan ajarannya, yaitu : hukum cinta kasih
Contoh :
Samuel dipanggil secara istimewa oleh Allah, tapi Samuel tidak langsung mengenal suara Tuhan. Setelah diberi penjelasan oleh Eli, Samuel baru mengetahui kalau pribadi yang memanggilnya adalah Allah sendiri, dan Samuel “memberi jalan” kepada Allah untuk berkarya melalui dirinya. Proses panggilan kita juga pun melalui proses yang berbeda, ada yang langsung mengenal suara Tuhan dan langsung mengikutiNya. Tetapi ada juga yang melalui proses yang panjang, lewat kejadian peristiwa, baru kemudian mengenal bahwa semuanya adalah kehendak Allah yang menghendaki kita diselamatkan.
Renungan :
Apa yang saya cari dan kejar dalam hidup ini: harta kekayaan / jabatan / nama baik / kesenangan / kemuliaan / kebahagiaan / kedamaian / mengenal Tuhan ?
Referensi biblis
I Samuel 3 : 1-18 : Allah memanggil Samuel
Yoh 1 : 35 – 51 / Matius 4 : 18-22 : Yesus memanggil murid-murid yang pertama
Renungan sebagai bahan sharing :
Darimana saya mengenal katolik ?
Apa yang saya tahu tentang gereja, katolik, Allah, Yesus ?
Apa yang saya cari dgn menjadi katolik ?
Bagaimana aku terpanggil menjadi katolik ?
Pokok-pokok iman dan refleksi:
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, diciptakan untuk mengisi dan mengolah dunia agar tercipta kebahagiaan dan sukacita. Sukacita & bahagia tidak hanya ditentukan oleh relasi di dunia, tetapi juga relasi antara manusia dengan Allah. Agama atau kepercayaan adalah sarana untuk menciptakan relasi antar manusia dengan Allah. Agama adalah misteri Allah menghampiri kita dan menawarkan kasih & penyelamatan Ilahi. Beriman berarti bersahabat dengan Allah. Kita yang kemudian memilih dengan bantuan rahmat Roh Kudus untuk menjawab dalam iman atas tawaran Allah itu.
Masing-masing pribadi dipanggil Tuhan dengan cara yang berbeda, sama seperti panggilan para murid pertama Yesus. Andreas dikenalkan kepada Yesus oleh Yohanes Pembaptis, gurunya. Andreas membawa Petrus, saudaranya, untuk mengenal Yesus. Ada juga yang dipanggil langsung oleh Yesus, misalnya Filipus. Filipus tidak ingin menikmati keselamatan untuk dirinya sendiri, ia mengajak Natanael, untuk juga mengenal Yesus.
Semua panggilan Allah mempunyai satu tujuan, yaitu mengikuti Yesus, dekat dengan Yesus, mengenal dan kemudian percaya kepada Yesus. Semua orang yang percaya dan mengikuti Yesus adalah saudara, sudah selayaknya mengenal saudara satu dengan yang lainnya.
Setiap panggilan Allah perlu jawaban dari manusia, artinya perlu kerjasama dari manusia untuk menanggapi panggilan Allah.
Mengikuti panggilan Allah harus konsisten. Panggilan itu perlu dikenali dan diperjuangkan seumur hidup, perlu pengorbanan. Mat 4:18-22 mengajar kita bahwa untuk mengikuti Yesus harus ada yang ditinggalkan : jala, yang berarti pekerjaan, kesibukan dan penghidupan duniawi, dan ayah, yang berarti keluarga, tradisi dan budaya lama serta kebiasaan lama. Mengikuti Yesus berarti hidup secara baru.
Menjadi orang katolik adalah orang yang boleh menerima anugrah kehidupan baru yang diberikan oleh Allah, yaitu menjadi anak Allah. Beriman katolik berarti orang harus percaya, mempunyai sikap penyerahan diri secara utuh dan penuh, baik akal budi maupun kehendak kepada Allah yang menyapanya dalam diri Yesus Kristus, sebab Dialah yang menjadi jalan, kebenaran dan hidup (Yoh 14:6).
Seorang katolik berani bertobat dengan meninggalkan cara hidup lama yang tidak baik dan berani untuk hidup baru menurut teladan Yesus Kristus. Pertobatan adalah rahmat dan karunia Allah. Yesus mengatakan bahwa bukan kita yang memilih Dia melainkan Dia yang memilih kita.
Sebagai pengikut Yesus sudah selayaknya berusaha dekat denganNya, mencoba mengetahui kehendaknya. Cara berkomunikasi dengan Yesus : lewat membaca Kitab Suci, dengan berdoa, dengan menjalankan ajarannya, yaitu : hukum cinta kasih
Contoh :
Samuel dipanggil secara istimewa oleh Allah, tapi Samuel tidak langsung mengenal suara Tuhan. Setelah diberi penjelasan oleh Eli, Samuel baru mengetahui kalau pribadi yang memanggilnya adalah Allah sendiri, dan Samuel “memberi jalan” kepada Allah untuk berkarya melalui dirinya. Proses panggilan kita juga pun melalui proses yang berbeda, ada yang langsung mengenal suara Tuhan dan langsung mengikutiNya. Tetapi ada juga yang melalui proses yang panjang, lewat kejadian peristiwa, baru kemudian mengenal bahwa semuanya adalah kehendak Allah yang menghendaki kita diselamatkan.
Renungan :
Apa yang saya cari dan kejar dalam hidup ini: harta kekayaan / jabatan / nama baik / kesenangan / kemuliaan / kebahagiaan / kedamaian / mengenal Tuhan ?
Label:
Katekese Lansia
5 Langkah Dasar Dalam Pendidikan Iman Kristen
Langkah I : Menyebutkan Perbuatan Kini
Adalah ajakan kepada peserta untuk menyebutkan perbuatan kini dalam hubungannya dengan tema tertentu yang sedang dibahas. Perbuatan kini adalah segala bentuk pengungkapan diri, baik secara badani, emosional, intelektual atau spiritual, baik dalam hubungan pribadi maupun sosial. Dalam langkap pertama digali pengalaman pribadi diri sendiri, dan bukan pengalaman orang lain atau "apa yang dikatakan orang". Untuk membantu hal tersebut dapat digunakan beberapa pertanyaan yang konkret bagi peserta, yang akan membantunya mengungkapkan diri. Pertanyaan yang diajukan kepada peserta jangan sampai membuat peserta merasa terancam, diselidiki, dievaluasi atau ditantang, tetapi berupa ajakan, untuk itu perlu diciptaan suasana saling percaya agar peserta dapat mengungkapkan pengalamannya dengan bebas. Pembentukan kelompok kecil baik untuk dilakukan bila kelompok terlalu besar, tetapi mesti ditekankan bahwa langkah ini bertujuan agar peserta dapat mengungkapkan dirinya secara bebas.
Langkah II : Pengalaman dan Visi Peserta
Langkah kedua ini adalah awal refleksi kritis tentang : "mengapa kita berbuat itu dan apa yang kita harapkan darinya" dalam kaitannya dengan pokok pembicaraan. Langkah ini memungkinkan peserta untuk secara kritis merefleksikan perbuatan kini mereka, alasan-alasannya dan akibat-akibatnya. Langkah kedua ini pertama-tama meninjau dengan tajam ada apa dibalik perbuatan kini untuk menjadi sadar akan sumber atau asal-usulnya, dan dengan memandang ke depan, apa kira-kira akibat-akibat dari perbuatan kini dan apa yang diharapkan dari perbuatan kini tersebut. Seringkali terdapat ketidakcocokan antara akibat-akibat yang mungkin terjadi dan apa yang diharapkan, tetapi dalam hal ini terdapat kemungkinan untuk perubahan, perkembangan dan pertumbuhan.
Langka III : Pengalaman dan Visi Jemaat Kristen.
Langkah ketiga ini bertujuan untuk memampukan peserta menemukan pengalaman dan visi jemaat yang lebih luas yang berasal dari tradisi iman Kristen, dan menghadirkannya dalam konteks pengalaman hidupnya. Dalam langkah ini, pengalaman peserta dipertemukan dengan pengalaman jemaat Kristen tentang pokok yang sedang diperbincangkan dan dengan visi atau jawaban yang diminta dalam terang kerajaan Allah. Langkah ini bersifat kateketis. Biasanya katekis/pembimbing-lah yang menghidangkan pengalaman dan visi jemaat kristen itu kepada peserta, walaupun tidak harus selalu demikian. Dalam hal ini harus diingat oleh katekis/pembimbing, agar jangan sampai memberi kesan bahwa tafsiran pribadinya tentang pengalaman dan visi itu adalah kebenaran sempurna, terakhir dan satu-satunya, hal mana mebuat internalisasi oleh peserta dalam dialog dengan pengalaman mereka sendiri menjadi tidak mungkin, tetapi harus dibuat sedemikian agar peserta sendiri merefleksikan, menginternalisir, melihat alasan dan tujuan tradisi dan menemukan maknanya untuk diri mereka sendiri.
Langkah IV : Pengolahan Pengalaman dan Pengalaman Peserta
Inti langkah keempat ini adalah menyakan apa artinya pengalaman jemaat (meneguhkan, mempertanyakan, menuntut lebih) bagi pengalaman-pengalaman kita, dan bagaimana pengalaman-pengalaman kita menanggapi (mengakui, menerima batasan, mendorong lebih maju) pengalaman jemaat. Keterbatasan pengertian kita akan pengalaman selalu ada, karena kita tidak akan pernah mengerti dengan lengkap makna dan kebenaran pengalaman itu bagi hidup kita. Dan karena dasar pengalaman itu adalah Allah yang penuh misteri, maka pengertian kita akan perbuatan Allah di tengah umatnya (pengalaman kita) tidak pernah merupakan kata terakhir. Kita perlu mengakui keterbatasan pengertian kita dan sementara itu berusaha pula untuk maju.
Ada dua hal yang perlu dikembangkan oleh pendidik dalam lankah keempat ini, yaitu : pengalaman iman agar diterangi oleh tradisi iman Kristen dan agar penerimaan tradisi itu diterangi oleh dan ada dalam konteks pengalaman iman peserta.
Langkah V : Pengolahan Visi dan Visi-visi Peserta
Tujuan langkah kelima ini adalah mengadakan kritik atas visi-visi yang terkandung dalam perbuatan kini dalam cahaya visi kerajaan Allah dan menentukan tindakan masa depan sebagai jawaban atas visi tersebut. Dengan kata lain, langkah kelima ini merupakan kesempatan bagi peserta dan kelompok untuk memilih jawaban iman. Bagi yang belum biasa dengan proses ini, tidak gampang untuk mengambil keputusan praksis untuk tidnakan masa depan. Kita cenderung untuk membuat pernyataan-pernyataan : "Orang harus menyadari bahwa ......" atau Gereja harus ......." yang hanya teori-teori belaka, keputusan untuk orang lain dan bukan untuk diri kita. Yang diharapkan dalam langkah ini adalah orang berkata : "Saya akan membuat ......" atau "Bagiku hal itu berarti ......". Putusan untuk tindakan masa depan di sini dapat berarti kegiatan yang nampak ataupun suatu pengungkapan kesadaran baru, pengertian, perasaan, harapan dan seterusnya, atau dapat juga keputusan untuk mengadakan refleksi lebih lanjut ataupun usaha untuk mencari kejelasan.
Langkah kelima ini sangat penting bila kita ingin agar katekese kita membuahkan praksis Kristen. Iman kristen adalah suatu cara hidup di dunia ini, suatu penghayatan dan bukan teori, maka katekese seyogyanya mengajak orang untuk mengambil keputusan.
Tanda khas bahwa kita seorang pendidik tulen adalah kemampuan untuk membimbing peserta keluar, bukan hanya ke tempat kita, tapi juga ke tempat-tempat baru yang mungkin kita sendiripun belum menempuhnya. Katekis adalah pelajar dan pembimbing, dan dalam hal perjalanan iman, kita semua adalah saudara dan saudari seperjalanan.
Adalah ajakan kepada peserta untuk menyebutkan perbuatan kini dalam hubungannya dengan tema tertentu yang sedang dibahas. Perbuatan kini adalah segala bentuk pengungkapan diri, baik secara badani, emosional, intelektual atau spiritual, baik dalam hubungan pribadi maupun sosial. Dalam langkap pertama digali pengalaman pribadi diri sendiri, dan bukan pengalaman orang lain atau "apa yang dikatakan orang". Untuk membantu hal tersebut dapat digunakan beberapa pertanyaan yang konkret bagi peserta, yang akan membantunya mengungkapkan diri. Pertanyaan yang diajukan kepada peserta jangan sampai membuat peserta merasa terancam, diselidiki, dievaluasi atau ditantang, tetapi berupa ajakan, untuk itu perlu diciptaan suasana saling percaya agar peserta dapat mengungkapkan pengalamannya dengan bebas. Pembentukan kelompok kecil baik untuk dilakukan bila kelompok terlalu besar, tetapi mesti ditekankan bahwa langkah ini bertujuan agar peserta dapat mengungkapkan dirinya secara bebas.
Langkah II : Pengalaman dan Visi Peserta
Langkah kedua ini adalah awal refleksi kritis tentang : "mengapa kita berbuat itu dan apa yang kita harapkan darinya" dalam kaitannya dengan pokok pembicaraan. Langkah ini memungkinkan peserta untuk secara kritis merefleksikan perbuatan kini mereka, alasan-alasannya dan akibat-akibatnya. Langkah kedua ini pertama-tama meninjau dengan tajam ada apa dibalik perbuatan kini untuk menjadi sadar akan sumber atau asal-usulnya, dan dengan memandang ke depan, apa kira-kira akibat-akibat dari perbuatan kini dan apa yang diharapkan dari perbuatan kini tersebut. Seringkali terdapat ketidakcocokan antara akibat-akibat yang mungkin terjadi dan apa yang diharapkan, tetapi dalam hal ini terdapat kemungkinan untuk perubahan, perkembangan dan pertumbuhan.
Langka III : Pengalaman dan Visi Jemaat Kristen.
Langkah ketiga ini bertujuan untuk memampukan peserta menemukan pengalaman dan visi jemaat yang lebih luas yang berasal dari tradisi iman Kristen, dan menghadirkannya dalam konteks pengalaman hidupnya. Dalam langkah ini, pengalaman peserta dipertemukan dengan pengalaman jemaat Kristen tentang pokok yang sedang diperbincangkan dan dengan visi atau jawaban yang diminta dalam terang kerajaan Allah. Langkah ini bersifat kateketis. Biasanya katekis/pembimbing-lah yang menghidangkan pengalaman dan visi jemaat kristen itu kepada peserta, walaupun tidak harus selalu demikian. Dalam hal ini harus diingat oleh katekis/pembimbing, agar jangan sampai memberi kesan bahwa tafsiran pribadinya tentang pengalaman dan visi itu adalah kebenaran sempurna, terakhir dan satu-satunya, hal mana mebuat internalisasi oleh peserta dalam dialog dengan pengalaman mereka sendiri menjadi tidak mungkin, tetapi harus dibuat sedemikian agar peserta sendiri merefleksikan, menginternalisir, melihat alasan dan tujuan tradisi dan menemukan maknanya untuk diri mereka sendiri.
Langkah IV : Pengolahan Pengalaman dan Pengalaman Peserta
Inti langkah keempat ini adalah menyakan apa artinya pengalaman jemaat (meneguhkan, mempertanyakan, menuntut lebih) bagi pengalaman-pengalaman kita, dan bagaimana pengalaman-pengalaman kita menanggapi (mengakui, menerima batasan, mendorong lebih maju) pengalaman jemaat. Keterbatasan pengertian kita akan pengalaman selalu ada, karena kita tidak akan pernah mengerti dengan lengkap makna dan kebenaran pengalaman itu bagi hidup kita. Dan karena dasar pengalaman itu adalah Allah yang penuh misteri, maka pengertian kita akan perbuatan Allah di tengah umatnya (pengalaman kita) tidak pernah merupakan kata terakhir. Kita perlu mengakui keterbatasan pengertian kita dan sementara itu berusaha pula untuk maju.
Ada dua hal yang perlu dikembangkan oleh pendidik dalam lankah keempat ini, yaitu : pengalaman iman agar diterangi oleh tradisi iman Kristen dan agar penerimaan tradisi itu diterangi oleh dan ada dalam konteks pengalaman iman peserta.
Langkah V : Pengolahan Visi dan Visi-visi Peserta
Tujuan langkah kelima ini adalah mengadakan kritik atas visi-visi yang terkandung dalam perbuatan kini dalam cahaya visi kerajaan Allah dan menentukan tindakan masa depan sebagai jawaban atas visi tersebut. Dengan kata lain, langkah kelima ini merupakan kesempatan bagi peserta dan kelompok untuk memilih jawaban iman. Bagi yang belum biasa dengan proses ini, tidak gampang untuk mengambil keputusan praksis untuk tidnakan masa depan. Kita cenderung untuk membuat pernyataan-pernyataan : "Orang harus menyadari bahwa ......" atau Gereja harus ......." yang hanya teori-teori belaka, keputusan untuk orang lain dan bukan untuk diri kita. Yang diharapkan dalam langkah ini adalah orang berkata : "Saya akan membuat ......" atau "Bagiku hal itu berarti ......". Putusan untuk tindakan masa depan di sini dapat berarti kegiatan yang nampak ataupun suatu pengungkapan kesadaran baru, pengertian, perasaan, harapan dan seterusnya, atau dapat juga keputusan untuk mengadakan refleksi lebih lanjut ataupun usaha untuk mencari kejelasan.
Langkah kelima ini sangat penting bila kita ingin agar katekese kita membuahkan praksis Kristen. Iman kristen adalah suatu cara hidup di dunia ini, suatu penghayatan dan bukan teori, maka katekese seyogyanya mengajak orang untuk mengambil keputusan.
Tanda khas bahwa kita seorang pendidik tulen adalah kemampuan untuk membimbing peserta keluar, bukan hanya ke tempat kita, tapi juga ke tempat-tempat baru yang mungkin kita sendiripun belum menempuhnya. Katekis adalah pelajar dan pembimbing, dan dalam hal perjalanan iman, kita semua adalah saudara dan saudari seperjalanan.
Label:
Teknik Berkatekese
DOA SEORANG WALI BAPTIS
Allah Yang maha kasih
Kami bersyukur telah Kau percaya
untuk mengemban tugas sebagai wali baptis bagi
…..……… NN ……………
Bantulah kami agar dalam perkataan dan perbuatan
senantiasa selaras dengan ajaran PuteraMu
sehingga kami pun bisa menjadi contoh
bagi anak-anak baptis kami.
Berkatilah ………NN………
Agar senantiasa mendapatkan
Suasana yang mendukung
bagi perkembangan imannya.
Semoga iman yang diterimanya dalam pembaptisan
semakin tumbuh subur dan menghasilkan buah.
Anugerahkanlah kepadanya
apa saja yang perlu
bagi keselamatan jiwa raganya
sesuai dengan kehendakMu.
Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami
kini dan sepanjang masa. Amin
Bapa Kami …… Salam Maria …… Kemuliaan ……
Santo/a ……… (Pelindung NN)
Doakanlah …………NN ……..
Kami bersyukur telah Kau percaya
untuk mengemban tugas sebagai wali baptis bagi
…..……… NN ……………
Bantulah kami agar dalam perkataan dan perbuatan
senantiasa selaras dengan ajaran PuteraMu
sehingga kami pun bisa menjadi contoh
bagi anak-anak baptis kami.
Berkatilah ………NN………
Agar senantiasa mendapatkan
Suasana yang mendukung
bagi perkembangan imannya.
Semoga iman yang diterimanya dalam pembaptisan
semakin tumbuh subur dan menghasilkan buah.
Anugerahkanlah kepadanya
apa saja yang perlu
bagi keselamatan jiwa raganya
sesuai dengan kehendakMu.
Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami
kini dan sepanjang masa. Amin
Bapa Kami …… Salam Maria …… Kemuliaan ……
Santo/a ……… (Pelindung NN)
Doakanlah …………NN ……..
Label:
Doa/Renungan/Kesaksian
PERANAN KAUM AWAM DALAM PROSES EVANGELISASI
A. PENDAHULUAN
Yesus Kristus sesudah kebangkitanNya, sebelum terangkat ke surga memberikan perintah untuk mewartakan Injil ke seluruh dunia, dan dengan itu pula mempercayakan tugas perutusan DiriNya di dunia kepada para murid-muridNya. Perintah inilah yang menjadi dasar dari Gereja untuk tidak henti-hentinya mewartakan Injil karya keselamatan. Selain itu, bersama dengan Bapa, Yesus Kristus juga mengutus Roh Kudus, agar dengan itu para murid dengan penuh semangat dengan kharisma-kharisma tertentu yang dimilikinya melanjutkan tugas perutusan ke seluruh dunia.
Jadi nampaklah dengan jelas bahwa karya misioner tidak lain adalah penampakan rencana Allah serta pemenuhannya di dunia dalam sejarahnya. Dalam sejarah itu, Allah menyempurnakan secara nyata sejarah keselamatan melalui tugas-tugss perutusan. Tugas perutusan adalah suatu realitas tunggal yaitu membawa Kristus kepada dunia, namun mungkin rumit dan tugas perutusan itu berkembang melalui cara-cara yang beraneka ragam.
Tugas perutusan ini dilaksanakan oleh para murid yang kini diteruskan oleh Gereja, karena itu dalam sebuah teks dokumen Gereja tertulis dengan jelas dan nyata : seluruh Gereja adalah misioner dan karya evangelisasi merupakan salah satu tugas mendasar dari umat Allah. Jadi yang memiliki kewajiban (tugas) untuk ber-evangelisasi adalah Gereja secara keseluruhan, yaitu mencakup semua anggota-anggotanya, baik para hierarki, yang telah dipilih oleh belas kasih Gembala tertinggi dalam tahbisan imamatnya, untuk mewartakan Injil lebih daripada anggota lain dalam Gereja, maupun kaum awam.
Tugas perutusan itu dilaksanakan dalam berbagai cara, di antara cara-cara ini, ada beberapa yang mempunyai kepentingan khusus dan sangat menyentuh dalam situasi Gereja dalam dunia dewasa ini.
B. SETIAP ORANG DIUTUS MENJADI PEWARTA KABAR GEMBIRA
Secara eksplisit telah dijelaskan tugas Gereja yang utama dan hakiki yaitu memberitakan Injil kepada semua bangsa yang belum mengenal Kristus, Penebus umat manusia. Seluruh umat Allah berkewajiban melaksanakan tugas perutusan kepada para bangsa ini.
Tujuan dari setiap karya pewartaan Injil adalah agar setiap orang dapat mengenal dan menerima Yesus Kristus sebagai penebus pribadinya, itulah iman. Iman adalah menjawab "ya" terhadap panggilan Allah untuk menikmati keselamatan melalui Yesus Kristus. Jawaban "Ya" kepada Yesus Kristus ini, yang adalah kepenuhan wahyu Bapa, memiliki dua unsur yaitu : penyerahan penuh kepasrahan kepada Allah dan persetujuan penuh cinta akan segala sesuatu yang telah diwahyukan kepada kita. Hal ini hanya mungkin karena karya Roh Kudus. Iman mencakup suatu perubahan hidup, suatu metanoia, yakni suatu perubahan budi dan hati yang mendalam. Iman membuat seorang beriman menghayati pertobatan, yaitu perubahan hidup, yang ternyatakan dalam segala bentuk hidup kristiani : dalam hidup batinnya yang penuh pujian dan dalam penerimaan akan kehendak ilahi, dalam tindakannya, partisipasi dalam perutusan Gereja, dalam hidup perkawinan dan keluarga, dalam pekerjaan, dalam memenuhi tanggung jawabnya dalam bidang ekonomi dan sosial, dan aneka bentuk lainnya.
Panggilan kaum awam untuk ikut serta dalam karya perutusan bermula dan muncul dari Sakramen Permandian, yang dikuatkan oleh sakramen krisma. Melalui Sakramen Permandian dan Krisma, mereka dipanggil untuk mengambil bagian dalam pelayanan Kristus, sebagai imam, nabi dan raja. Perlunya kaum awam ikut ambil bagian dalam tugas dan tanggung jawab perutusan ini bukanlah hanya semata soal usaha untuk lebih mengefektifkan karya kerasulan saja, melainkan lebih dari itu, karena ini adalah hak dan kewajiban yang dilandaskan pada martabat Permandian yang telah mereka terima. Karena melalui Permandian, kaum awam beriman berpartisipasi, demi bagian mereka di dalam perutusan sebagai Imam, nabi dan Raja. Karena itu kaum awam terikat kewajiban umum dan mempunyai hak, baik sendiri sendiri maupun dalam kelompok-kelompok untuk berjuang agar kabar sukacita ilahi dikenal dan diterima oleh semua orang di seluruh dunia. Kewajiban itu semakin mendesak dalam hal terdapat keadaan-keadaan dimana injil tidak dapat diperdengarkan dan Kristus tidak dapat dikenal selain lewat para awam ini. Lagipula, karena ciri keduniaan mereka, kaum awam itu dipanggil khususnya untuk mencari kerajaan Allah dengan mengurusi hal-hal yang fana dan mengaturnya seturut kehendak Allah.
Kegiatan kateketik kaum awam juga mempunyai sifat sendiri yang sesuai dengan kedudukan mereka di dalam Gereja, yakni karakter sekular kaum awam yang sesuai dan khas bagi para awam. Kaum awam giat dalam katekese berdasarkan keberadaan mereka dalam dunia dengan mengambil bagian pada segala tuntutan umat manusia dan membawa nuansa dan kepekaan khusus pada pewartaan injil, yakni pemakluman injil kepada dunia melalui kesaksian hidup. Hal ini memperoleh sifat khusus dan keberhasilan yang khas karena dilaksanakan dalam lingkungan dunia yang biasa.
Manusia dewasa ini lebih percaya pada pemberi-pemberi kesaksian daripada pada para pengajar-pengajar; lebih percaya pada pengalaman daripada pada ajaran-ajaran, dan lebih percaya pada kehidupan dan tindakan-tindakan daripada pada teori-teori. Karena itu kesaksian hidup kaum awam kristen merupakan bentuk tugas perutusan yang pertama dan tidak tergantikan. Kristus sendiri sebagai saksi dan model kesaksian kristen. Bentuk esaksian pertama adalah kehidupan dari para pewarta itu sendiri, dari keluarga kristen dan dari persekutuan Gereja, yang menyingkapkan suatu cara hidup yang baru, yang dilandasi oleh cinta kasih, kesederhanaan dan kepedulian. Dalam hal ini kesaksian yang paling menarik bagi dunia adalah perhatian dan cinta kasih terhadap orang-orang miskin, lemah dan menderita.
C. ANEKA BENTUK KARYA PERUTUSAN AWAM
Dalam panggilan kerasulan umum itu, beberapa kaum awam merasa terpanggil oleh Allah untuk menerima tugas pelayanan sebagai katekis. Perasaan terpanggil ini seringkali timbul karena adanya kedekatan hubungan pribadi dengan pribadi Yesus Krisus, yang merupakan daya gerak untuk menjadikannya sebagai pewarta kabar gembira. Dari pengenalan penuh kasih akan Kristus, muncullah kerinduan untuk memaklumkan Dia, mewartakan injil dan menuntun orang lain untuk menjawab "ya" akan iman dalam Yesus Kristus.
Para ketekis menduduki tempat yang istimewa dalam tugas / karya perutusan. Dalam dekrit tentang kegiatan misioner Gereja, para katekis disebut sebagai barisan yang pantas dipuji, yang berjasa begitu besar dalam karya misioner di antara para bangsa, yakni barisan para katekis baik pria maupun wanita, yang dijiwai semangat merasul, dengan banyak jerih payah memberi bantuan yang istimewa dan sungguh-sungguh perlu demi penyebaran iman dan Gereja.
Bahkan dengan perluasan pelayanan-pelayanan yang diberikan oleh orang awam baik di dalam maupun di luar Gereja, kebutuhan dari para katekis tetap selalu ada, karena bentuk pelayanan katekis mempunyai ciri dan corak khas tersendiri. Katekis-katekis adalah kaum spesialis, orang-orang yang memberikan kesaksian langsung dan para penginjil yang tidak tergantikan, yang memperlihatkan kekuatan dasariah dari komunitas-komunitas Kristen. Pola dan tuntutan hidup para katekis yang tidak berbeda dari orang-orang yang mendapat pewartaan, membuat para katekis awam itu mempunyai kepekaan khusus untuk mengejawantahkan Injil dalam kehidupan konkret.
Dalam dunia modern ini perutusan katekis ke tengah-tengah dunia memiliki bermacam jenis dengan aneka ragam orang yang dilayani pula. Diantaranya adalah :
- para katekis di negeri-negeri misi; sebagai pembuka jalan bagi Kristus dan mempersiapkan manusia untuk menyambut sakramen-sakramen inisiasi. Mereka ini bagaikan Yohanes Pembaptis yang berseru-seru di padang gurun untuk menyiapkan kedatangan Tuhan. Tugas mereka sangatlah berat, karena itu Gereja memandang dan menghargai secara khusus para katekis yang bekerja di daerah-daerah misi.
- Para katekis di beberapa Gereja dengan tradisi kristiani yang panjang tetapi kekurangan klerus; sangat dibutuhkan katekis yang dalam beberapa segi tertentu memiliki kesamaan dengan keadaan di negeri-negeri misi. Tuntutannya ialah menghadapi kebutuhan-kebutuhan yang mendesak yaitu penjiwaan komunitas, terutama di daerah-daerah pedesaan kecil yang kurang mengalami kehadiran seorang imam. Hal yang sama dapat terjadi di daerah kota-kota besar, dimana budaya individualisme dan liberalisme telah mengakar dan tertanam sangat dalam.
- Katekis di negara-negara yang memiliki tradisi kristiani, yang menuntut suatu model evangelisasi baru,
- katekis yang melakukan pelayanan khusus bagi kaum muda, dalam hal ini katekis harus menjamin kelanjutan ketekese. Dalam tugas demikian, peranan seorang imam sama fundamentalnya.
- Katekis bagi anak-anak dan kaum remaja tetap tidak boleh diabaikan. Dalam hal ini katekis mempnyai tugas berat untuk memberikan pengertian pertama tentang iman dan persiapan untuk menerima sakramen-sakramen inisiasi. Tanggung jawab ini semakin mendesak dewasa ini bila anak-anak dan kaum remaja tidak menerima
pendidikan religius yang memadai di dalam keluarga.
- Katekis bagi keluarga-keluarga; dalam hal ini katekis melakukan pendampingan bagi keluarga-keluarga kristiani, serta membantu mereka untuk memperoleh sakramen-sakramen dari para imam. Ini diperuntukkan bagi orang dewasa pada kesempatan-kesempatan seperti permandian atau komuni pertama dari anak-anak mereka atau perayaan Sakramen Perkawinan.
- Katekis-katekis yang lain, yang melakukan pelayanan dalam situasi-situasi tertentu yang kadang-kadang berbahaya; mencakup katekis bagi orang lanjut usia yang membutuhkan suatu penyajian Injil yang disesuaikan dengan keadaan mereka; katekis bagi para penyandang cacat yang membutuhkan pedagogi khusus sebagai tambahan pada integrasi mereka dalam komunitas-komunitas, katekis bagi kaum migran dan mereka yang tersisihkan pleh perkembangan masyarakat modern.
Di samping pelayanan para katekis, satu hal yang tidak boleh dilupakan ialah cara-cara lain untuk melayani Gereja dan tugas perutusannya, yaitu para petugas Gereja yang lain : para pemimpin doa, koor dan liturgi, para pemimpin komunitas-komunitas basisdan kelompok-kelompok Kitab Suci, orang-orang yang melakukan karya-karya cinta kasih, para pengelola sumber-sumber daya Gereja, para pemimpin dalam berbagai bentuk kerasulan serta para guru di sekolah-sekolah. Intinya Semua kaum awam harus membaktikan sebagian dari waktunya kepada Gereja dengan menghayati iman mereka secara otentik. Juga keluarga-keluarga, terutama para orang tua, hendaknya sadar bahwa mereka mesti memberikan suatu persembahan khusus kepada karya misioner Gereja yaitu dengan mendorong memajukan panggilan-panggilan di antara anak-anak mereka. Hal itu dapat dilaksanakan pertama-tama melalui suatu hidup doa yang padat, suatu latihan kepekaan pelayanan yang tulus murni kepada sesamanya dan suatu yang murah hati di dalam kegiatan-kegiatan Gerejani. Hal-hal ini memungkinkan timbulnya suatu kondisi yang menumbuhkan panggilan-panggilan untuk melakukan pelayanan di antara orang-orang muda
Satu hal lain yang juga dibutuhkan adalah kebutuhan-kebutuhan material dan keuangan untuk kepentingan tugas kerasulan. Kebutuhan-kebutuhan material itu tidak hanya untuk membangun Gereja dengan struktur minimal saja, melainkan juga untuk mendukung karyakarya cinta kasih, pendidikan serta memajukan manusia. Suatu bidang pelayanan yang teramat dibutuhkan terutama di tempat-tempat yang miskin. Dalam hal ini sangatlah diperlukan orang-orang yang lebih kaya dan murah hati untuk menyumbangkan suatu hal material untuk mendukung karya-karya kerasulan Gereja. Pengorbanan-pengorbanan mereka dan keterlibatan mereka teramat penting untuk membangun Gereja dan untuk memperlihatkan cinta.
Yesus Kristus sesudah kebangkitanNya, sebelum terangkat ke surga memberikan perintah untuk mewartakan Injil ke seluruh dunia, dan dengan itu pula mempercayakan tugas perutusan DiriNya di dunia kepada para murid-muridNya. Perintah inilah yang menjadi dasar dari Gereja untuk tidak henti-hentinya mewartakan Injil karya keselamatan. Selain itu, bersama dengan Bapa, Yesus Kristus juga mengutus Roh Kudus, agar dengan itu para murid dengan penuh semangat dengan kharisma-kharisma tertentu yang dimilikinya melanjutkan tugas perutusan ke seluruh dunia.
Jadi nampaklah dengan jelas bahwa karya misioner tidak lain adalah penampakan rencana Allah serta pemenuhannya di dunia dalam sejarahnya. Dalam sejarah itu, Allah menyempurnakan secara nyata sejarah keselamatan melalui tugas-tugss perutusan. Tugas perutusan adalah suatu realitas tunggal yaitu membawa Kristus kepada dunia, namun mungkin rumit dan tugas perutusan itu berkembang melalui cara-cara yang beraneka ragam.
Tugas perutusan ini dilaksanakan oleh para murid yang kini diteruskan oleh Gereja, karena itu dalam sebuah teks dokumen Gereja tertulis dengan jelas dan nyata : seluruh Gereja adalah misioner dan karya evangelisasi merupakan salah satu tugas mendasar dari umat Allah. Jadi yang memiliki kewajiban (tugas) untuk ber-evangelisasi adalah Gereja secara keseluruhan, yaitu mencakup semua anggota-anggotanya, baik para hierarki, yang telah dipilih oleh belas kasih Gembala tertinggi dalam tahbisan imamatnya, untuk mewartakan Injil lebih daripada anggota lain dalam Gereja, maupun kaum awam.
Tugas perutusan itu dilaksanakan dalam berbagai cara, di antara cara-cara ini, ada beberapa yang mempunyai kepentingan khusus dan sangat menyentuh dalam situasi Gereja dalam dunia dewasa ini.
B. SETIAP ORANG DIUTUS MENJADI PEWARTA KABAR GEMBIRA
Secara eksplisit telah dijelaskan tugas Gereja yang utama dan hakiki yaitu memberitakan Injil kepada semua bangsa yang belum mengenal Kristus, Penebus umat manusia. Seluruh umat Allah berkewajiban melaksanakan tugas perutusan kepada para bangsa ini.
Tujuan dari setiap karya pewartaan Injil adalah agar setiap orang dapat mengenal dan menerima Yesus Kristus sebagai penebus pribadinya, itulah iman. Iman adalah menjawab "ya" terhadap panggilan Allah untuk menikmati keselamatan melalui Yesus Kristus. Jawaban "Ya" kepada Yesus Kristus ini, yang adalah kepenuhan wahyu Bapa, memiliki dua unsur yaitu : penyerahan penuh kepasrahan kepada Allah dan persetujuan penuh cinta akan segala sesuatu yang telah diwahyukan kepada kita. Hal ini hanya mungkin karena karya Roh Kudus. Iman mencakup suatu perubahan hidup, suatu metanoia, yakni suatu perubahan budi dan hati yang mendalam. Iman membuat seorang beriman menghayati pertobatan, yaitu perubahan hidup, yang ternyatakan dalam segala bentuk hidup kristiani : dalam hidup batinnya yang penuh pujian dan dalam penerimaan akan kehendak ilahi, dalam tindakannya, partisipasi dalam perutusan Gereja, dalam hidup perkawinan dan keluarga, dalam pekerjaan, dalam memenuhi tanggung jawabnya dalam bidang ekonomi dan sosial, dan aneka bentuk lainnya.
Panggilan kaum awam untuk ikut serta dalam karya perutusan bermula dan muncul dari Sakramen Permandian, yang dikuatkan oleh sakramen krisma. Melalui Sakramen Permandian dan Krisma, mereka dipanggil untuk mengambil bagian dalam pelayanan Kristus, sebagai imam, nabi dan raja. Perlunya kaum awam ikut ambil bagian dalam tugas dan tanggung jawab perutusan ini bukanlah hanya semata soal usaha untuk lebih mengefektifkan karya kerasulan saja, melainkan lebih dari itu, karena ini adalah hak dan kewajiban yang dilandaskan pada martabat Permandian yang telah mereka terima. Karena melalui Permandian, kaum awam beriman berpartisipasi, demi bagian mereka di dalam perutusan sebagai Imam, nabi dan Raja. Karena itu kaum awam terikat kewajiban umum dan mempunyai hak, baik sendiri sendiri maupun dalam kelompok-kelompok untuk berjuang agar kabar sukacita ilahi dikenal dan diterima oleh semua orang di seluruh dunia. Kewajiban itu semakin mendesak dalam hal terdapat keadaan-keadaan dimana injil tidak dapat diperdengarkan dan Kristus tidak dapat dikenal selain lewat para awam ini. Lagipula, karena ciri keduniaan mereka, kaum awam itu dipanggil khususnya untuk mencari kerajaan Allah dengan mengurusi hal-hal yang fana dan mengaturnya seturut kehendak Allah.
Kegiatan kateketik kaum awam juga mempunyai sifat sendiri yang sesuai dengan kedudukan mereka di dalam Gereja, yakni karakter sekular kaum awam yang sesuai dan khas bagi para awam. Kaum awam giat dalam katekese berdasarkan keberadaan mereka dalam dunia dengan mengambil bagian pada segala tuntutan umat manusia dan membawa nuansa dan kepekaan khusus pada pewartaan injil, yakni pemakluman injil kepada dunia melalui kesaksian hidup. Hal ini memperoleh sifat khusus dan keberhasilan yang khas karena dilaksanakan dalam lingkungan dunia yang biasa.
Manusia dewasa ini lebih percaya pada pemberi-pemberi kesaksian daripada pada para pengajar-pengajar; lebih percaya pada pengalaman daripada pada ajaran-ajaran, dan lebih percaya pada kehidupan dan tindakan-tindakan daripada pada teori-teori. Karena itu kesaksian hidup kaum awam kristen merupakan bentuk tugas perutusan yang pertama dan tidak tergantikan. Kristus sendiri sebagai saksi dan model kesaksian kristen. Bentuk esaksian pertama adalah kehidupan dari para pewarta itu sendiri, dari keluarga kristen dan dari persekutuan Gereja, yang menyingkapkan suatu cara hidup yang baru, yang dilandasi oleh cinta kasih, kesederhanaan dan kepedulian. Dalam hal ini kesaksian yang paling menarik bagi dunia adalah perhatian dan cinta kasih terhadap orang-orang miskin, lemah dan menderita.
C. ANEKA BENTUK KARYA PERUTUSAN AWAM
Dalam panggilan kerasulan umum itu, beberapa kaum awam merasa terpanggil oleh Allah untuk menerima tugas pelayanan sebagai katekis. Perasaan terpanggil ini seringkali timbul karena adanya kedekatan hubungan pribadi dengan pribadi Yesus Krisus, yang merupakan daya gerak untuk menjadikannya sebagai pewarta kabar gembira. Dari pengenalan penuh kasih akan Kristus, muncullah kerinduan untuk memaklumkan Dia, mewartakan injil dan menuntun orang lain untuk menjawab "ya" akan iman dalam Yesus Kristus.
Para ketekis menduduki tempat yang istimewa dalam tugas / karya perutusan. Dalam dekrit tentang kegiatan misioner Gereja, para katekis disebut sebagai barisan yang pantas dipuji, yang berjasa begitu besar dalam karya misioner di antara para bangsa, yakni barisan para katekis baik pria maupun wanita, yang dijiwai semangat merasul, dengan banyak jerih payah memberi bantuan yang istimewa dan sungguh-sungguh perlu demi penyebaran iman dan Gereja.
Bahkan dengan perluasan pelayanan-pelayanan yang diberikan oleh orang awam baik di dalam maupun di luar Gereja, kebutuhan dari para katekis tetap selalu ada, karena bentuk pelayanan katekis mempunyai ciri dan corak khas tersendiri. Katekis-katekis adalah kaum spesialis, orang-orang yang memberikan kesaksian langsung dan para penginjil yang tidak tergantikan, yang memperlihatkan kekuatan dasariah dari komunitas-komunitas Kristen. Pola dan tuntutan hidup para katekis yang tidak berbeda dari orang-orang yang mendapat pewartaan, membuat para katekis awam itu mempunyai kepekaan khusus untuk mengejawantahkan Injil dalam kehidupan konkret.
Dalam dunia modern ini perutusan katekis ke tengah-tengah dunia memiliki bermacam jenis dengan aneka ragam orang yang dilayani pula. Diantaranya adalah :
- para katekis di negeri-negeri misi; sebagai pembuka jalan bagi Kristus dan mempersiapkan manusia untuk menyambut sakramen-sakramen inisiasi. Mereka ini bagaikan Yohanes Pembaptis yang berseru-seru di padang gurun untuk menyiapkan kedatangan Tuhan. Tugas mereka sangatlah berat, karena itu Gereja memandang dan menghargai secara khusus para katekis yang bekerja di daerah-daerah misi.
- Para katekis di beberapa Gereja dengan tradisi kristiani yang panjang tetapi kekurangan klerus; sangat dibutuhkan katekis yang dalam beberapa segi tertentu memiliki kesamaan dengan keadaan di negeri-negeri misi. Tuntutannya ialah menghadapi kebutuhan-kebutuhan yang mendesak yaitu penjiwaan komunitas, terutama di daerah-daerah pedesaan kecil yang kurang mengalami kehadiran seorang imam. Hal yang sama dapat terjadi di daerah kota-kota besar, dimana budaya individualisme dan liberalisme telah mengakar dan tertanam sangat dalam.
- Katekis di negara-negara yang memiliki tradisi kristiani, yang menuntut suatu model evangelisasi baru,
- katekis yang melakukan pelayanan khusus bagi kaum muda, dalam hal ini katekis harus menjamin kelanjutan ketekese. Dalam tugas demikian, peranan seorang imam sama fundamentalnya.
- Katekis bagi anak-anak dan kaum remaja tetap tidak boleh diabaikan. Dalam hal ini katekis mempnyai tugas berat untuk memberikan pengertian pertama tentang iman dan persiapan untuk menerima sakramen-sakramen inisiasi. Tanggung jawab ini semakin mendesak dewasa ini bila anak-anak dan kaum remaja tidak menerima
pendidikan religius yang memadai di dalam keluarga.
- Katekis bagi keluarga-keluarga; dalam hal ini katekis melakukan pendampingan bagi keluarga-keluarga kristiani, serta membantu mereka untuk memperoleh sakramen-sakramen dari para imam. Ini diperuntukkan bagi orang dewasa pada kesempatan-kesempatan seperti permandian atau komuni pertama dari anak-anak mereka atau perayaan Sakramen Perkawinan.
- Katekis-katekis yang lain, yang melakukan pelayanan dalam situasi-situasi tertentu yang kadang-kadang berbahaya; mencakup katekis bagi orang lanjut usia yang membutuhkan suatu penyajian Injil yang disesuaikan dengan keadaan mereka; katekis bagi para penyandang cacat yang membutuhkan pedagogi khusus sebagai tambahan pada integrasi mereka dalam komunitas-komunitas, katekis bagi kaum migran dan mereka yang tersisihkan pleh perkembangan masyarakat modern.
Di samping pelayanan para katekis, satu hal yang tidak boleh dilupakan ialah cara-cara lain untuk melayani Gereja dan tugas perutusannya, yaitu para petugas Gereja yang lain : para pemimpin doa, koor dan liturgi, para pemimpin komunitas-komunitas basisdan kelompok-kelompok Kitab Suci, orang-orang yang melakukan karya-karya cinta kasih, para pengelola sumber-sumber daya Gereja, para pemimpin dalam berbagai bentuk kerasulan serta para guru di sekolah-sekolah. Intinya Semua kaum awam harus membaktikan sebagian dari waktunya kepada Gereja dengan menghayati iman mereka secara otentik. Juga keluarga-keluarga, terutama para orang tua, hendaknya sadar bahwa mereka mesti memberikan suatu persembahan khusus kepada karya misioner Gereja yaitu dengan mendorong memajukan panggilan-panggilan di antara anak-anak mereka. Hal itu dapat dilaksanakan pertama-tama melalui suatu hidup doa yang padat, suatu latihan kepekaan pelayanan yang tulus murni kepada sesamanya dan suatu yang murah hati di dalam kegiatan-kegiatan Gerejani. Hal-hal ini memungkinkan timbulnya suatu kondisi yang menumbuhkan panggilan-panggilan untuk melakukan pelayanan di antara orang-orang muda
Satu hal lain yang juga dibutuhkan adalah kebutuhan-kebutuhan material dan keuangan untuk kepentingan tugas kerasulan. Kebutuhan-kebutuhan material itu tidak hanya untuk membangun Gereja dengan struktur minimal saja, melainkan juga untuk mendukung karyakarya cinta kasih, pendidikan serta memajukan manusia. Suatu bidang pelayanan yang teramat dibutuhkan terutama di tempat-tempat yang miskin. Dalam hal ini sangatlah diperlukan orang-orang yang lebih kaya dan murah hati untuk menyumbangkan suatu hal material untuk mendukung karya-karya kerasulan Gereja. Pengorbanan-pengorbanan mereka dan keterlibatan mereka teramat penting untuk membangun Gereja dan untuk memperlihatkan cinta.
Label:
Artikel
Senin, 26 April 2010
KISAH SANGKAR BURUNG
Ada seorang bernama George Thomas, seorang pastor di kota kecil New England.
Pada hari Paskah pagi, ia bersiap mempersembahkan misa di suatu tempat agak jauh dari kota. Ia membawa sebuah sangkar burung kosong yang sudah reyot, kotor tak terurus, dan menepatkannya di dekat altar.
Alis umatnya mulai terangkat, dan mereka mulai bertanya-tanya.
Dalam kotbahnya Sang Pastor mulai menjelaskan tentang sangkar burung tersebut.
Dalam perjalanan saya ke sini tadi, saya bertemu dengan seorang anak kecil melangkah berlenggang sambil mengayun-ayunkan sangkar burung ini. Di dalamnya terdapat 3 ekor anak burung liar, meringkuk kedinginan dan ketakutan.
Saya berhenti dan bertanya kepada anak tersebut :
Apa yang kamu bawa, anakku ?
Jawab anak itu : Ah, cuma burung-burung kecil !
Apa yang akan kamu lakukan terhadap burung-burung kecil itu ?
Akan saya bawa pulang dan saya pakai mainan. Saya suka mencabuti bulunya, dan pasti mereka akan ribut kesakitan. Ramai. Pasti ramai dan menyenangkan.
Ya, tapi kan cuma sebentar. Burungnya kecil, pasti bulunya cepat habis. Lalu kalau sudah habis, mau kamu apakan lagi ?
Saya punya dua ekor kucing di rumah. Mereka sangat suka makan burung. Apalagi burung kecil begini. Lucu kan melihat burung-burung yang sudah tidak berbulu mencoba menghindar dari kucing. Tapi pasti kucingku akan dapat memakan mereka dengan mudah ?
Saya terdiam sesaat, lalu saya tan yakan pada anak itu lagi :
Anakku, bolehkah saya beli burung-burung itu ?
Anak tersebut menatap saya dengan tercengang, lalu jawabnya :
Bapak jangan main-main. Siapa yang mau burung liar begini ?
Berapa ?
Bapak, burung ini liar, tidak dapat bernyanyi, tidak indah. Ini
burung biasa, tidak ada istimewanya. Apa menariknya untuk Bapak ?
Berapa ?
Si Anak memandang saya dengan tajam, lalu sambil tersenyum menantang katanya : Sepuluh dollar ?!
Saya ulurkan uang sepuluh dolar kepadanya, dan ia-pun lalu
meninggalkan sangkar burungnya dan segera lari menghilang sambil berteriak-teriak kegirangan.
Saya lalu melanjutkan perjalanan ke sini. Sesampai di suatu tempat yang agak rimbun, banyak pohon dan perdu, saya berhenti lagi, dan saya lepaskan ketiga anak burung tadi.
Nah sampai di sini, jelaslah sudah hal ikhwal kandang burung yang diletakkan di atas latar ini.
Kemudian Sang Pastor melanjutkan kotbahnya sebagai berikut :
Suatu hari, Setan dan Yesus ngobrol berdua.
Setan baru saja datang dari Taman Eden dan lalu menyombongkan diri, katanya :
Sus, aku baru saja menguasai sebuah dunia yang penuh dengan manusia.
Aku sudah siapkan berbagai bujukan bagi mereka dan pasti mereka tidak akan dapat menghindar. Pasti mereka akan termakan dengan segala tipu dayaku ?
Tanya Yesus kepadanya: Akan kau apakan mereka ?
"Pokoknya aku akan menikmati semuanya. Pasti mengasyikkan. Aku akan membujuk mereka supaya kawin cerai, saling selingkuh, saling membenci, saling mencederai dan saling bunuh. Aku akan membujuk mereka untuk menjadi pemabuk, perokok, saling caci, saling hujat. Aku akan membantu mereka untuk menemukan dan merakit bom agar lebih mudah bagi mereka untuk saling bunuh.
Terus, kalau sudah begitu, apa yang akan kamu lakukan ? kata Yesus sabar.
Aku akan binasakan mereka !
Berapa yang kamu minta untuk menebus mereka ? tanya Yesus.
Jangan bercanda. Kamu tidak akan suka mereka, Sus. Mereka itu tidak baik. Kenapa kamu tertarik dengan mereka ? Aku yakin mereka akan membenci kamu ! Mereka akan meludahi kamu, mencercamu, dan bahkan akan membunuhmu. Yakinlah, kamu tidak akan tertarik dengan mereka ?
Berapa ? tanya Yesus lagi, lebih mendesak.
Setan menatap Yesus tajam lalu katanya sinis : Murah, cuma cukup air matamu dan darahmu !!
DAN YESUSPUN MEMBAYARNYA TUNAI.
Sang Pastorpun mengakhiri kotbahnya.
RENUNGAN :
Mudah sekali manusia membuang Tuhannya bagai sampah, tapi kemudian bertanya : mengapa dunia menjadi begitu menakutkan tak terkendali.
Lucu ya, kita mudah sekali percaya apa yang ditulis koran, tapi kita selalu meragukan apa yang tertulis dalam Alkitab.
Semua orang ingin masuk surga, Tapi mereka tidak mempercayai, tidak memikirkan, mewartakan ataupun melaksanakan apa yang dikatakan oleh Alkitab.
Apakah dunia ini sudah separah itu?
kita dengan mudah mengatakan : Aku percaya kepada Allah
tapi kita tetap mengikuti setan, yang notabene juga percaya kepada Tuhan.< BR
Kita dengan gampang sekali mengirim dan memforward
lelucon-lelucon dan gosip-gosip melalui email, sehingga dalam
sekejab tersebar luas bagai api, tetapi jika mengenai Tuhan, kita berpikir beratus kali sebelum menekan tombol send ?
Pembicaraan-pembicaraan mengenai hal-hal yang vulgar,
kasar, keras, jorok, begitu mudah tersebar terbuka di cyberspace, tetapi diskusi mengenai Jesus sangat dibatasi, bahkan di sekolah maupun di tempat kerja.
Kita bisa begitu bersemangat dan berapi-api memuliakan
Tuhan pada hari Minggu, Tetapi pada hari-hari kerja kita menjadi pengikut Kristus yang tersembunyi.
Ketika hendak memforward mail inipun, kita akan menyeleksi
lagi mailing-list kita, Karena takut dan tidak yakin akan reaksi
teman-teman kita.
Kita sibuk memikirkan apa nanti reaksi orang. Tapi kita lupa memikirkan apa yang Tuhan pikirkan tentang kita.
Selamat bersiap-siap menyambut Paskah ... siapkan hati untuk cinta Tuhan lebih dari segalanya.....
Pada hari Paskah pagi, ia bersiap mempersembahkan misa di suatu tempat agak jauh dari kota. Ia membawa sebuah sangkar burung kosong yang sudah reyot, kotor tak terurus, dan menepatkannya di dekat altar.
Alis umatnya mulai terangkat, dan mereka mulai bertanya-tanya.
Dalam kotbahnya Sang Pastor mulai menjelaskan tentang sangkar burung tersebut.
Dalam perjalanan saya ke sini tadi, saya bertemu dengan seorang anak kecil melangkah berlenggang sambil mengayun-ayunkan sangkar burung ini. Di dalamnya terdapat 3 ekor anak burung liar, meringkuk kedinginan dan ketakutan.
Saya berhenti dan bertanya kepada anak tersebut :
Apa yang kamu bawa, anakku ?
Jawab anak itu : Ah, cuma burung-burung kecil !
Apa yang akan kamu lakukan terhadap burung-burung kecil itu ?
Akan saya bawa pulang dan saya pakai mainan. Saya suka mencabuti bulunya, dan pasti mereka akan ribut kesakitan. Ramai. Pasti ramai dan menyenangkan.
Ya, tapi kan cuma sebentar. Burungnya kecil, pasti bulunya cepat habis. Lalu kalau sudah habis, mau kamu apakan lagi ?
Saya punya dua ekor kucing di rumah. Mereka sangat suka makan burung. Apalagi burung kecil begini. Lucu kan melihat burung-burung yang sudah tidak berbulu mencoba menghindar dari kucing. Tapi pasti kucingku akan dapat memakan mereka dengan mudah ?
Saya terdiam sesaat, lalu saya tan yakan pada anak itu lagi :
Anakku, bolehkah saya beli burung-burung itu ?
Anak tersebut menatap saya dengan tercengang, lalu jawabnya :
Bapak jangan main-main. Siapa yang mau burung liar begini ?
Berapa ?
Bapak, burung ini liar, tidak dapat bernyanyi, tidak indah. Ini
burung biasa, tidak ada istimewanya. Apa menariknya untuk Bapak ?
Berapa ?
Si Anak memandang saya dengan tajam, lalu sambil tersenyum menantang katanya : Sepuluh dollar ?!
Saya ulurkan uang sepuluh dolar kepadanya, dan ia-pun lalu
meninggalkan sangkar burungnya dan segera lari menghilang sambil berteriak-teriak kegirangan.
Saya lalu melanjutkan perjalanan ke sini. Sesampai di suatu tempat yang agak rimbun, banyak pohon dan perdu, saya berhenti lagi, dan saya lepaskan ketiga anak burung tadi.
Nah sampai di sini, jelaslah sudah hal ikhwal kandang burung yang diletakkan di atas latar ini.
Kemudian Sang Pastor melanjutkan kotbahnya sebagai berikut :
Suatu hari, Setan dan Yesus ngobrol berdua.
Setan baru saja datang dari Taman Eden dan lalu menyombongkan diri, katanya :
Sus, aku baru saja menguasai sebuah dunia yang penuh dengan manusia.
Aku sudah siapkan berbagai bujukan bagi mereka dan pasti mereka tidak akan dapat menghindar. Pasti mereka akan termakan dengan segala tipu dayaku ?
Tanya Yesus kepadanya: Akan kau apakan mereka ?
"Pokoknya aku akan menikmati semuanya. Pasti mengasyikkan. Aku akan membujuk mereka supaya kawin cerai, saling selingkuh, saling membenci, saling mencederai dan saling bunuh. Aku akan membujuk mereka untuk menjadi pemabuk, perokok, saling caci, saling hujat. Aku akan membantu mereka untuk menemukan dan merakit bom agar lebih mudah bagi mereka untuk saling bunuh.
Terus, kalau sudah begitu, apa yang akan kamu lakukan ? kata Yesus sabar.
Aku akan binasakan mereka !
Berapa yang kamu minta untuk menebus mereka ? tanya Yesus.
Jangan bercanda. Kamu tidak akan suka mereka, Sus. Mereka itu tidak baik. Kenapa kamu tertarik dengan mereka ? Aku yakin mereka akan membenci kamu ! Mereka akan meludahi kamu, mencercamu, dan bahkan akan membunuhmu. Yakinlah, kamu tidak akan tertarik dengan mereka ?
Berapa ? tanya Yesus lagi, lebih mendesak.
Setan menatap Yesus tajam lalu katanya sinis : Murah, cuma cukup air matamu dan darahmu !!
DAN YESUSPUN MEMBAYARNYA TUNAI.
Sang Pastorpun mengakhiri kotbahnya.
RENUNGAN :
Mudah sekali manusia membuang Tuhannya bagai sampah, tapi kemudian bertanya : mengapa dunia menjadi begitu menakutkan tak terkendali.
Lucu ya, kita mudah sekali percaya apa yang ditulis koran, tapi kita selalu meragukan apa yang tertulis dalam Alkitab.
Semua orang ingin masuk surga, Tapi mereka tidak mempercayai, tidak memikirkan, mewartakan ataupun melaksanakan apa yang dikatakan oleh Alkitab.
Apakah dunia ini sudah separah itu?
kita dengan mudah mengatakan : Aku percaya kepada Allah
tapi kita tetap mengikuti setan, yang notabene juga percaya kepada Tuhan.< BR
Kita dengan gampang sekali mengirim dan memforward
lelucon-lelucon dan gosip-gosip melalui email, sehingga dalam
sekejab tersebar luas bagai api, tetapi jika mengenai Tuhan, kita berpikir beratus kali sebelum menekan tombol send ?
Pembicaraan-pembicaraan mengenai hal-hal yang vulgar,
kasar, keras, jorok, begitu mudah tersebar terbuka di cyberspace, tetapi diskusi mengenai Jesus sangat dibatasi, bahkan di sekolah maupun di tempat kerja.
Kita bisa begitu bersemangat dan berapi-api memuliakan
Tuhan pada hari Minggu, Tetapi pada hari-hari kerja kita menjadi pengikut Kristus yang tersembunyi.
Ketika hendak memforward mail inipun, kita akan menyeleksi
lagi mailing-list kita, Karena takut dan tidak yakin akan reaksi
teman-teman kita.
Kita sibuk memikirkan apa nanti reaksi orang. Tapi kita lupa memikirkan apa yang Tuhan pikirkan tentang kita.
Selamat bersiap-siap menyambut Paskah ... siapkan hati untuk cinta Tuhan lebih dari segalanya.....
Label:
Kisah Bermakna
DOWNLOAD Program Katekese Lansia
Keseluruhan Teks Program Katekese Lansia (dalam format .DOC), yang telah diposting dalam 8 posting sebelumnya, dapat Anda download di http://www.ziddu.com/downloadlink/9606465/PROGRAMKATEKESELANSIA.doc
Semoga bermanfaat
God Bless You
Semoga bermanfaat
God Bless You
Label:
Download
PROSES KATEKESE LANSIA (8)
B. Materi Katekese
Pertama-tama perlu ditegaskan bahwa materi yang disampaikan dalam tulisan ini semata-mata adalah tawaran materi bagi para pembina katekumen lansia. Para Legioner sebagai pendamping katekumen lansia dianjurkan untuk mengembangkan diri sendiri dengan mengambil atau membaca / melengkapi materi-materi yang terdapat dalam tulisan ini dengan buku-buku pendalaman iman Katolik yang lain. Beberapa buku yang disarankan oleh Penulis sebagai referensi / pelengkap adalah :
- Katekismus Gereja Katolik
- Dokumen Konsili Vatikan II
- Buku “Iman Katolik”
- Buku-buku telaah/tafsir/pendalaman Alkitab
- Buku-buku proses katekese.
Sebagai sebuah proses katekese menuju iman yang benar, maka proses katekese bagi lansia tetap tidak boleh mengabaikan syahadat iman dan ke-khas-an yang ada dalam Gereja Katolik, maka materi yang paling tepat untuk lansia secara garis besar adalah 3S : Syahadat Iman, Sakramen dan Spiritualitas, termasuk didalamnya doa-doa dan devosi. Materi tersebut tetap harus disesuaikan dan diolah agar dapat diterima dan sesuai dengan kebutuhan lansia (lihat penjelasan sebelumnya pada poin-poin di atas).
Pembagian materi untuk tiap pertemuan adalah sebagai berikut :
No Tema Pokok Ajaran Ref. Biblis /
Teologis Metode / Contoh Sharing
1 Menjadi Katekumen Allah memanggil kita untuk menyelamatkan kita Mat 4:18-22
Yoh 1:35-51 Sharing : Proses panggilan menjadi seorang Katolik.
2 Kisah Penciptaan Hidup manusia berasal dari Allah. Kej 1:1-31
Kej 2:1-25 Sharing : bersyukur atas segala yang baik.
3 Penderitaan manusia akibat dosa. Allah memakai penderitaan demi pendewasaan dan pemurnian kita Kej 3:1-24
Kej 11:1-9 Sharing : Saat sakit / menderita.
4 Kisah kelahiran Yesus Keluarga Penyelamat yang sederhana Luk 2:1-40
Luk 2:1-14 Sharing : lahirnya anak-anak dalam keluarga
5 Meneladani Maria Kerendahan hati dan kesetiaan berkenan pada Allah Luk 1:26-45
Luk 2:8-40 Sharing: pengalaman menjadi seorang ibu
6 Yesus menghadapi dan melawan godaan Menempatkan Tuhan di atas segala kepentingan dan kenikmatan duniawi. Mat 4:1-11 Sharing : pengorbanan legioner dalam pelayanan.
7 Ajaran dan Karya Yesus I Yesus berkuasa menyembuhkan orang-orang sakit dan menderita Luk 7:1-17
Yoh 11 Sharing : tertolong dalam penderitaan / sembuh dari sakit.
8 Ajaran dan Karya Yesus II Yesus mengajar tentang keselamatan Mat 6 / Mat 13
Sharing : pernah ditolong oleh sesama
9 Ajaran dan Karya Yesus III Yesus membela yang miskin dan menderita Yoh 8:1-11
Mat 11:25-30 Sharing: karya sosial yang pernah dilakukan
10 Yesus mendirikan Ekaristi Yesus merayakan perjamuan malam terakhir Luk 22:14-23 Sharing : pesan terakhir saudara sebelum meninggal
11 Penyelamatan lewat penebusan Yesus berkorban demi pengampunan dosa kita Yoh 19:16-37 Sharing : pengorbanan orang tua bagi anak-anak
12 Kebangkitan Yesus Kematian bukan akhir segalanya Yoh 20:1-18
Luk 24:13-35 Sharing: mengenang orang-orang yang pernah berjasa dalam hidup kita
13 Kenaikan Tuhan Yesus mempersiapkan tempat bagi kita di surga Kis 1:6-11
Yoh 14:1-14 Sharing: Kerinduan pada orang-orang tercinta.
14 Turunnya Roh Kudus Roh Kudus: Penghiburan dalam kesesakan Yoh 16:4-15
Kis 2:1-13 Sharing: Saat-saat melalui kesepian dan ditinggalkan.
15 Gereja: Persekutuan Umat Allah Gereja : Persekutuan yang berdoa dan beribadat Kis 2:41-47
Mengajar : doa-doa dan macam-macam kegiatan dalam Gereja, undangan untuk ikut serta.
16 Gereja: Persekutuan Umat Allah Gereja mengajar dan berkarya bagi sesama 1Kor 12
Mat 25:31-46
Sharing : Karya sosial Gereja, undangan untuk ikut serta.
17 Hidup kekal Gereja yang sudah mulia dan mendoakan kita Luk 16:19:31 Mengajar : surga, neraka, api penyucian
18 Sakramen Baptis Diciptakan baru, menjadi anak-anak Allah dan menjadi anggota persekutuan umat Allah Rom 6:1-14
Yoh 3:1-21 Sharing: kisah lahirnya seorang anak
19 Sakramen Ekaristi I Makna : Allah mencintai dan bersatu dengan manusia hina 1Kor 11:23-32
Yoh 6:25-58 Penjelasan tatacara/urutan Perayaan Ekaristi dan syarat-syarat menyambut komuni
20 Sakramen Ekaristi II Tatacara Perayaan Ekaristi Mendampingi Lansia katekumen mengikuti Misa Kudus bersama
21 Sakramen Tobat Menjadi lebih baik Mat 16:13-19
Yoh 20:19-23 Sharing : Pernah merasa bersalah
22 Sakramen Perkawinan Tuhan menganugerahkan penolong, makna Perkawinan Ef 5:22-33
Mrk 10:1-12 Sharing: Kisah pertemuan sampai dengan perkawinan
23 Sakramen Pengurapan Allah mendampingi saat sakit dan menderita Mat 11:25-30 Sharing: mengalami sakit dan kelemahan.
24 Konsekuensi Mengikuti Yesus Penyerahan hidup total, Menjadi saksi hidup. Dibacakan: kisah para kudus dan kesaksian hidup umat beriman atau sharing pelayanan legioner
25 Persiapan Baptisan III - Bertemu Gembala Wawancara dengan Pastor paroki/fasilitator
26 Persiapan Baptisan I Latihan Penerimaan Baptisan dan Komuni
27 Persiapan Baptisan II Latihan Penerimaan Baptisan dan Komuni
PENERIMAAN SAKRAMEN BAPTIS
i Mistagogi I Mensyukuri Baptisan Sharing : perasaan saat dibaptis, apa yang diharapkan setelah dibaptis
ii Mistagogi 2 Berdoa rosario, aneka devosi dalam Gereja berdoa rosario bersama-sama (dapat diulang 2-3 kali pertemuan)
iii Mistagogi 3 Sakramen Rekonsiliasi : makna dan latihan Penjelasan tatacara / urutan serta latihan penerimaan sakramen tobat.
iv Mistagogi 4 Menjadi pengikut Yesus yang baik dan setia - Filipi 4:4-9
- Keutamaan-keutamaan Kristen
- Kebiasaan-kebiasaan suci orang Katolik
v Mistagogi 5 Menjadi saksi Kristus Ajakan untuk aktif dalam kegiatan Gereja, Lingkungan dan Wilayah, bila mungkin mengikut-sertakan ketua wilayah / lingkungan
Perlu sekali lagi ditegaskan bahwa referensi Alkitab yang dicantumkan di sini hanyalah merupakan tawaran. Apabila dirasa perlu mengambil bahan-bahan lain yang dirasa lebih tepat menjelaskan setiap tema, penulis mempersilakan mempergunakan bahan tersebut. Hanya perlu dingat bahwa bahan yang akan dijelaskan haruslah diambil dari buku yang telah resmi ‘diijinkan’ (imprimatur) berisi ajaran resmi Gereja Katolik.
Penjabaran masing-masing tema setiap pertemuan kunjungan sebagaimana tersebut di atas ini, saat ini sedang disusun oleh penulis. Oleh karena itu, penulis memohon dukungan doa, saran dan kritik dari rekan-rekan legioner untuk karya ini. Semoga Tuhan sendiri yang membimbing dan meneguhkan karya pelayanan kita.
Ave Maria..........
Penulis
Y. Agus Yudianto, S.Pd.
Pertama-tama perlu ditegaskan bahwa materi yang disampaikan dalam tulisan ini semata-mata adalah tawaran materi bagi para pembina katekumen lansia. Para Legioner sebagai pendamping katekumen lansia dianjurkan untuk mengembangkan diri sendiri dengan mengambil atau membaca / melengkapi materi-materi yang terdapat dalam tulisan ini dengan buku-buku pendalaman iman Katolik yang lain. Beberapa buku yang disarankan oleh Penulis sebagai referensi / pelengkap adalah :
- Katekismus Gereja Katolik
- Dokumen Konsili Vatikan II
- Buku “Iman Katolik”
- Buku-buku telaah/tafsir/pendalaman Alkitab
- Buku-buku proses katekese.
Sebagai sebuah proses katekese menuju iman yang benar, maka proses katekese bagi lansia tetap tidak boleh mengabaikan syahadat iman dan ke-khas-an yang ada dalam Gereja Katolik, maka materi yang paling tepat untuk lansia secara garis besar adalah 3S : Syahadat Iman, Sakramen dan Spiritualitas, termasuk didalamnya doa-doa dan devosi. Materi tersebut tetap harus disesuaikan dan diolah agar dapat diterima dan sesuai dengan kebutuhan lansia (lihat penjelasan sebelumnya pada poin-poin di atas).
Pembagian materi untuk tiap pertemuan adalah sebagai berikut :
No Tema Pokok Ajaran Ref. Biblis /
Teologis Metode / Contoh Sharing
1 Menjadi Katekumen Allah memanggil kita untuk menyelamatkan kita Mat 4:18-22
Yoh 1:35-51 Sharing : Proses panggilan menjadi seorang Katolik.
2 Kisah Penciptaan Hidup manusia berasal dari Allah. Kej 1:1-31
Kej 2:1-25 Sharing : bersyukur atas segala yang baik.
3 Penderitaan manusia akibat dosa. Allah memakai penderitaan demi pendewasaan dan pemurnian kita Kej 3:1-24
Kej 11:1-9 Sharing : Saat sakit / menderita.
4 Kisah kelahiran Yesus Keluarga Penyelamat yang sederhana Luk 2:1-40
Luk 2:1-14 Sharing : lahirnya anak-anak dalam keluarga
5 Meneladani Maria Kerendahan hati dan kesetiaan berkenan pada Allah Luk 1:26-45
Luk 2:8-40 Sharing: pengalaman menjadi seorang ibu
6 Yesus menghadapi dan melawan godaan Menempatkan Tuhan di atas segala kepentingan dan kenikmatan duniawi. Mat 4:1-11 Sharing : pengorbanan legioner dalam pelayanan.
7 Ajaran dan Karya Yesus I Yesus berkuasa menyembuhkan orang-orang sakit dan menderita Luk 7:1-17
Yoh 11 Sharing : tertolong dalam penderitaan / sembuh dari sakit.
8 Ajaran dan Karya Yesus II Yesus mengajar tentang keselamatan Mat 6 / Mat 13
Sharing : pernah ditolong oleh sesama
9 Ajaran dan Karya Yesus III Yesus membela yang miskin dan menderita Yoh 8:1-11
Mat 11:25-30 Sharing: karya sosial yang pernah dilakukan
10 Yesus mendirikan Ekaristi Yesus merayakan perjamuan malam terakhir Luk 22:14-23 Sharing : pesan terakhir saudara sebelum meninggal
11 Penyelamatan lewat penebusan Yesus berkorban demi pengampunan dosa kita Yoh 19:16-37 Sharing : pengorbanan orang tua bagi anak-anak
12 Kebangkitan Yesus Kematian bukan akhir segalanya Yoh 20:1-18
Luk 24:13-35 Sharing: mengenang orang-orang yang pernah berjasa dalam hidup kita
13 Kenaikan Tuhan Yesus mempersiapkan tempat bagi kita di surga Kis 1:6-11
Yoh 14:1-14 Sharing: Kerinduan pada orang-orang tercinta.
14 Turunnya Roh Kudus Roh Kudus: Penghiburan dalam kesesakan Yoh 16:4-15
Kis 2:1-13 Sharing: Saat-saat melalui kesepian dan ditinggalkan.
15 Gereja: Persekutuan Umat Allah Gereja : Persekutuan yang berdoa dan beribadat Kis 2:41-47
Mengajar : doa-doa dan macam-macam kegiatan dalam Gereja, undangan untuk ikut serta.
16 Gereja: Persekutuan Umat Allah Gereja mengajar dan berkarya bagi sesama 1Kor 12
Mat 25:31-46
Sharing : Karya sosial Gereja, undangan untuk ikut serta.
17 Hidup kekal Gereja yang sudah mulia dan mendoakan kita Luk 16:19:31 Mengajar : surga, neraka, api penyucian
18 Sakramen Baptis Diciptakan baru, menjadi anak-anak Allah dan menjadi anggota persekutuan umat Allah Rom 6:1-14
Yoh 3:1-21 Sharing: kisah lahirnya seorang anak
19 Sakramen Ekaristi I Makna : Allah mencintai dan bersatu dengan manusia hina 1Kor 11:23-32
Yoh 6:25-58 Penjelasan tatacara/urutan Perayaan Ekaristi dan syarat-syarat menyambut komuni
20 Sakramen Ekaristi II Tatacara Perayaan Ekaristi Mendampingi Lansia katekumen mengikuti Misa Kudus bersama
21 Sakramen Tobat Menjadi lebih baik Mat 16:13-19
Yoh 20:19-23 Sharing : Pernah merasa bersalah
22 Sakramen Perkawinan Tuhan menganugerahkan penolong, makna Perkawinan Ef 5:22-33
Mrk 10:1-12 Sharing: Kisah pertemuan sampai dengan perkawinan
23 Sakramen Pengurapan Allah mendampingi saat sakit dan menderita Mat 11:25-30 Sharing: mengalami sakit dan kelemahan.
24 Konsekuensi Mengikuti Yesus Penyerahan hidup total, Menjadi saksi hidup. Dibacakan: kisah para kudus dan kesaksian hidup umat beriman atau sharing pelayanan legioner
25 Persiapan Baptisan III - Bertemu Gembala Wawancara dengan Pastor paroki/fasilitator
26 Persiapan Baptisan I Latihan Penerimaan Baptisan dan Komuni
27 Persiapan Baptisan II Latihan Penerimaan Baptisan dan Komuni
PENERIMAAN SAKRAMEN BAPTIS
i Mistagogi I Mensyukuri Baptisan Sharing : perasaan saat dibaptis, apa yang diharapkan setelah dibaptis
ii Mistagogi 2 Berdoa rosario, aneka devosi dalam Gereja berdoa rosario bersama-sama (dapat diulang 2-3 kali pertemuan)
iii Mistagogi 3 Sakramen Rekonsiliasi : makna dan latihan Penjelasan tatacara / urutan serta latihan penerimaan sakramen tobat.
iv Mistagogi 4 Menjadi pengikut Yesus yang baik dan setia - Filipi 4:4-9
- Keutamaan-keutamaan Kristen
- Kebiasaan-kebiasaan suci orang Katolik
v Mistagogi 5 Menjadi saksi Kristus Ajakan untuk aktif dalam kegiatan Gereja, Lingkungan dan Wilayah, bila mungkin mengikut-sertakan ketua wilayah / lingkungan
Perlu sekali lagi ditegaskan bahwa referensi Alkitab yang dicantumkan di sini hanyalah merupakan tawaran. Apabila dirasa perlu mengambil bahan-bahan lain yang dirasa lebih tepat menjelaskan setiap tema, penulis mempersilakan mempergunakan bahan tersebut. Hanya perlu dingat bahwa bahan yang akan dijelaskan haruslah diambil dari buku yang telah resmi ‘diijinkan’ (imprimatur) berisi ajaran resmi Gereja Katolik.
Penjabaran masing-masing tema setiap pertemuan kunjungan sebagaimana tersebut di atas ini, saat ini sedang disusun oleh penulis. Oleh karena itu, penulis memohon dukungan doa, saran dan kritik dari rekan-rekan legioner untuk karya ini. Semoga Tuhan sendiri yang membimbing dan meneguhkan karya pelayanan kita.
Ave Maria..........
Penulis
Y. Agus Yudianto, S.Pd.
Label:
Katekese Lansia
PROSES KATEKESE LANSIA (7)
6. Materi Katekese Bagi para Lansia
Sebelum dijabarkan pada materi katekisasi lansia, ada bebepara hal yang perlu dijadikan perhatian bagi para legioner dalam proses katekisasi lansia.
A. Hal-hal penting yang menjadi perhatian
- Katekese adalah salah satu bentuk pelaksanaan tugas pastoral Gereja jadi harus melibatkan seluruh komponen Gereja.
- Katekese senantiasa mengandaikan adanya komunikasi iman antara Pembina (Pendamping) dengan para katekumen.
- Berkatekese berarti berusaha untuk saling tukar menukar pengalaman iman, saling meneguhkan, saling mengembangkan, saling mengarahkan dan menggairahkan iman.
- Katekese harus berproses dalam situasi Konkrit (pada keseluruhan diri pribadi peserta/katekumen serta segala situasi dan kondisi yang menyertainya). Gereja melalui Konsili Vatikan II menegaskan : “Gereja harus merasa diri senasib dengan seluruh masyarakat dalam suka dan duka, dalam harapan maupun kecemasan”. (GS art.1)
- Katekese membutuhkan berbagai metode, yaitu cara-cara pelayanan yang kreatif agar peserta dapat bertemu dengan Tuhan (sebagaimana telah dilakukan Yesus).
- Pengembangan katekese harus bersifat dinamis seiring dengan perkembangan zaman, situasi dan kondisi setempat serta situasi dan kondisi peserta.
Sebelum dimulai proses katekese pada para lansia, perlu diperhatikan beberapa hal yang penting dalam proses katekese ini :
- Metode katekese : gabungan antara Naratif Eksperensial dan Kontekstual: tidak lepas dari sejarah hidup manusia terutama yang dekat dan terkait dengan lansia yang dilayani, maka setiap bahan yang akan dibahas, terlebih dahulu dicarikan contoh dalam hidup sehari-hari melalui sharing dari Pembina terlebih dahulu.
- Cara berkomunikasi: menghibur, mendengarkan, sabar dan setia, menyapa keluarga, melibatkan keluarga
- bertanya tentang keadaan, masalah-masalah yang dihadapi, dan perlu minta didoakan dalam hal-hal apa
- digabungkan dalam persekutuan umat : diajak/dibiasakan ikut Misa Kudus, kegiatan lingkungan, kegiatan khusus lansia
- Jangan lupa selalu berdoa dan melatih doa-doa dasar, dengan juga mengajak keluarga untuk mendorong para lansia untuk ingat berdoa.
Sebelum dijabarkan pada materi katekisasi lansia, ada bebepara hal yang perlu dijadikan perhatian bagi para legioner dalam proses katekisasi lansia.
A. Hal-hal penting yang menjadi perhatian
- Katekese adalah salah satu bentuk pelaksanaan tugas pastoral Gereja jadi harus melibatkan seluruh komponen Gereja.
- Katekese senantiasa mengandaikan adanya komunikasi iman antara Pembina (Pendamping) dengan para katekumen.
- Berkatekese berarti berusaha untuk saling tukar menukar pengalaman iman, saling meneguhkan, saling mengembangkan, saling mengarahkan dan menggairahkan iman.
- Katekese harus berproses dalam situasi Konkrit (pada keseluruhan diri pribadi peserta/katekumen serta segala situasi dan kondisi yang menyertainya). Gereja melalui Konsili Vatikan II menegaskan : “Gereja harus merasa diri senasib dengan seluruh masyarakat dalam suka dan duka, dalam harapan maupun kecemasan”. (GS art.1)
- Katekese membutuhkan berbagai metode, yaitu cara-cara pelayanan yang kreatif agar peserta dapat bertemu dengan Tuhan (sebagaimana telah dilakukan Yesus).
- Pengembangan katekese harus bersifat dinamis seiring dengan perkembangan zaman, situasi dan kondisi setempat serta situasi dan kondisi peserta.
Sebelum dimulai proses katekese pada para lansia, perlu diperhatikan beberapa hal yang penting dalam proses katekese ini :
- Metode katekese : gabungan antara Naratif Eksperensial dan Kontekstual: tidak lepas dari sejarah hidup manusia terutama yang dekat dan terkait dengan lansia yang dilayani, maka setiap bahan yang akan dibahas, terlebih dahulu dicarikan contoh dalam hidup sehari-hari melalui sharing dari Pembina terlebih dahulu.
- Cara berkomunikasi: menghibur, mendengarkan, sabar dan setia, menyapa keluarga, melibatkan keluarga
- bertanya tentang keadaan, masalah-masalah yang dihadapi, dan perlu minta didoakan dalam hal-hal apa
- digabungkan dalam persekutuan umat : diajak/dibiasakan ikut Misa Kudus, kegiatan lingkungan, kegiatan khusus lansia
- Jangan lupa selalu berdoa dan melatih doa-doa dasar, dengan juga mengajak keluarga untuk mendorong para lansia untuk ingat berdoa.
Label:
Katekese Lansia
PROSES KATEKESE LANSIA (6)
e. Pendampingan Pasca Baptis
Setelah proses pembaptisan selesai, lansia masih harus tetap didampingi oleh legioner untuk mengajaknya lebih dalam mengenal Penyelamat dan akan keselamatan itu sendiri. Hal ini tetap dilakukan dengan kunjungan rutin setiap minggu.
Bila pembaptisan yang diterima adalah pembaptisan darurat, sementara bahan-bahan katekese belum sepenuhnya diberikan, maka dalam pendampingan pasca baptis ini bahan-bahan katekese harus tetap disampaikan, terutama 7 bahan pokok iman Kristen tersebut di atas (lihat penjelasan di atas). Bahan-bahan ini disampaikan sambil menekankan perlunya doa-doa bagi keselamatan pribadi, bila sewaktu-waktu Tuhan memanggil. Legioner dianjurkan untuk meminta bantuan keluarga lansia untuk mengajak lansia baptisan baru secara rutin berdoa harian.
Pendampingan pasca baptis juga bertujuan untuk memberi pengertian dan materi pada lansia tentang pentingnya sakramen rekonsiliasi (sakraman tobat) dan bila memungkinkan mengikutsertakannya dalam penerimaan sakramen Penguatan (krisma) dan sakramen urapan orang sakit.
Setelah proses pembaptisan selesai, lansia masih harus tetap didampingi oleh legioner untuk mengajaknya lebih dalam mengenal Penyelamat dan akan keselamatan itu sendiri. Hal ini tetap dilakukan dengan kunjungan rutin setiap minggu.
Bila pembaptisan yang diterima adalah pembaptisan darurat, sementara bahan-bahan katekese belum sepenuhnya diberikan, maka dalam pendampingan pasca baptis ini bahan-bahan katekese harus tetap disampaikan, terutama 7 bahan pokok iman Kristen tersebut di atas (lihat penjelasan di atas). Bahan-bahan ini disampaikan sambil menekankan perlunya doa-doa bagi keselamatan pribadi, bila sewaktu-waktu Tuhan memanggil. Legioner dianjurkan untuk meminta bantuan keluarga lansia untuk mengajak lansia baptisan baru secara rutin berdoa harian.
Pendampingan pasca baptis juga bertujuan untuk memberi pengertian dan materi pada lansia tentang pentingnya sakramen rekonsiliasi (sakraman tobat) dan bila memungkinkan mengikutsertakannya dalam penerimaan sakramen Penguatan (krisma) dan sakramen urapan orang sakit.
Label:
Katekese Lansia
PROSES KATEKESE LANSIA (5)
c. Persiapan Pembaptisan
Dalam keadaan normal (tidak perlu dipersiapkan baptisan darurat), setelah dirasa proses katekisasi sudah cukup memadai, maka lansia dipersiapkan untuk menerima Sakramen baptis. Beberapa persiapan yang perlu dilakukan adalah
1. Memberitahukan rencana penerimaan sakramen baptis tersebut, pertama-tama kepada keluarga lansia, supaya keluarga bisa ikut mempersiapkan
2. Mengadakan pertemuan bersama antara: legioner (pendamping), katekumen (lansia ybs) dan wali permandian. Pertemuan ini untuk menjelaskan tugas-tugas wali permandian serta hak dan kewajiban calon baptis kepada wali baptisnya. Pertemuan khusus ini juga bertujuan mengakrabkan wali baptis dengan putera/puteri baptisnya.
3. Lansia diajak untuk menghadap pastor untuk wawancara. Bila keadaan tidak memungkinkan, wawancara dapat juga dilakukan di rumah lansia yang bersangkutan. Dalam hal demikian maka legioner yang harus menjemput imam untuk dibawa bertemu dengan lansia ybs.
4. Bila keadaan memungkinkan, lansia diajak untuk rekoleksi bersama calon baptis yang lain. Ini dilakukan bila pembaptisan dilaksanakan bersama-sama atau calon baptisan tidak hanya 1 orang yaitu katekumen lansia tersebut. Wali permandian juga dianjurkan (bila perlu diwajibkan) untuk mengikuti rekoleksi khusus wali baptis yang diadakan oleh kelompok-kelompok katekese di paroki setempat.
5. Mengikutkan lansia dalam latihan baptis bersama, yang didalamnya juga ada latihan penerimaan komuni suci. Hal ini juga harus diulang-ulang lagi dalam kesempatan kunjungan legioner pada calon baptis lansia yang bersangkutan. Dalam latihan baptis, walibaptis lansia juga harus diikutsertakan.
Bila katekumen lansia berada dalam bahaya kematian sewaktu-waktu karena sakit yang tak tersembuhkan, maka latihan penerimaan baptis dan latihan penerimaan komuni dilakukan di rumah lansia dengan pendamping (legioner) sebagai pelatihnya. Untuk hal ini pun wali permandian harus diikutsertakan.
d. Penerimaan Sakramen Baptis
Dalam proses ini pendamping harus memperhatikan apakah penerimaan sakramen baptis dilaksanakan :
- Dalam keadaan darurat (Baptis darurat)
- Pembaptisan pribadi di Gereja
- pembaptisan bersama calon baptis lainnya
Dalam hal dilaksanakan pembaptisan darurat di rumah lansia tanpa diikuti perayaan ekaristi, yang harus diperhatikan oleh katekis (dalam hal ini adalah legioner pendamping) adalah :
- Persiapkan lansia supaya dalam situasi dan kondisi yang pantas dan layak untuk menerima baptisan suci
- persiapkan meja altar di rumah lansia dan simbol-simbol yang akan dipergunakan dalam baptisan, yaitu: air baptis, lilin baptis dan kain putih, juga buku-buku yang berkaitan, yaitu Kitab Suci, Puji Syukur dan Buku upacara baptisan
- undang keluarga lansia (pasangan, anak-anak, keponakan, dll)
- pastikan wali baptis hadir saat penerimaan baptis
- undang umat setempat, dalam hal ini legioner dapat meminta bantuan ketua wilayah / lingkungan setempat.
- jemput dan antarkan pastor pembaptis ke rumah lansia calon baptis
Dalam hal baptisan diterimakan di rumah tetapi disertai dengan perayaan ekaristi, selain hal-hal tersebut di atas, yang perlu dipersiapkan adalah bahan-bahan untuk perayaan ekaristi, yaitu : hosti, anggur, piala dan patena (biasanya dibawa oleh imam); sementara yang disiapkan di rumah adalah : tempat air untuk cuci tangan, air minum sebagai campuran anggur serta buku Tata Perayaan Ekaristi. Hal-hal tersebut akan dipersiapkankan oleh Gereja dalam hal pembaptisan dilaksanakan sebagai pembaptisan pribadi di kapel / Gereja.
Bila pembaptisan dilakukan di Gereja bersama-sama Katekumen yang lain, maka biasanya ada rapat-rapat panitia baptisan. Pendamping lansia sebaiknya selalu mengikuti rapat-rapat persiapan baptisan ini. Yang terpenting adalah selalu berkonsultasi dengan Pastor fasilitator mengenai perkembangan iman binaan sehingga pada waktu wawancara dengan pastor fasilitator tidak banyak mengalami kesulitan.
Dalam keadaan normal (tidak perlu dipersiapkan baptisan darurat), setelah dirasa proses katekisasi sudah cukup memadai, maka lansia dipersiapkan untuk menerima Sakramen baptis. Beberapa persiapan yang perlu dilakukan adalah
1. Memberitahukan rencana penerimaan sakramen baptis tersebut, pertama-tama kepada keluarga lansia, supaya keluarga bisa ikut mempersiapkan
2. Mengadakan pertemuan bersama antara: legioner (pendamping), katekumen (lansia ybs) dan wali permandian. Pertemuan ini untuk menjelaskan tugas-tugas wali permandian serta hak dan kewajiban calon baptis kepada wali baptisnya. Pertemuan khusus ini juga bertujuan mengakrabkan wali baptis dengan putera/puteri baptisnya.
3. Lansia diajak untuk menghadap pastor untuk wawancara. Bila keadaan tidak memungkinkan, wawancara dapat juga dilakukan di rumah lansia yang bersangkutan. Dalam hal demikian maka legioner yang harus menjemput imam untuk dibawa bertemu dengan lansia ybs.
4. Bila keadaan memungkinkan, lansia diajak untuk rekoleksi bersama calon baptis yang lain. Ini dilakukan bila pembaptisan dilaksanakan bersama-sama atau calon baptisan tidak hanya 1 orang yaitu katekumen lansia tersebut. Wali permandian juga dianjurkan (bila perlu diwajibkan) untuk mengikuti rekoleksi khusus wali baptis yang diadakan oleh kelompok-kelompok katekese di paroki setempat.
5. Mengikutkan lansia dalam latihan baptis bersama, yang didalamnya juga ada latihan penerimaan komuni suci. Hal ini juga harus diulang-ulang lagi dalam kesempatan kunjungan legioner pada calon baptis lansia yang bersangkutan. Dalam latihan baptis, walibaptis lansia juga harus diikutsertakan.
Bila katekumen lansia berada dalam bahaya kematian sewaktu-waktu karena sakit yang tak tersembuhkan, maka latihan penerimaan baptis dan latihan penerimaan komuni dilakukan di rumah lansia dengan pendamping (legioner) sebagai pelatihnya. Untuk hal ini pun wali permandian harus diikutsertakan.
d. Penerimaan Sakramen Baptis
Dalam proses ini pendamping harus memperhatikan apakah penerimaan sakramen baptis dilaksanakan :
- Dalam keadaan darurat (Baptis darurat)
- Pembaptisan pribadi di Gereja
- pembaptisan bersama calon baptis lainnya
Dalam hal dilaksanakan pembaptisan darurat di rumah lansia tanpa diikuti perayaan ekaristi, yang harus diperhatikan oleh katekis (dalam hal ini adalah legioner pendamping) adalah :
- Persiapkan lansia supaya dalam situasi dan kondisi yang pantas dan layak untuk menerima baptisan suci
- persiapkan meja altar di rumah lansia dan simbol-simbol yang akan dipergunakan dalam baptisan, yaitu: air baptis, lilin baptis dan kain putih, juga buku-buku yang berkaitan, yaitu Kitab Suci, Puji Syukur dan Buku upacara baptisan
- undang keluarga lansia (pasangan, anak-anak, keponakan, dll)
- pastikan wali baptis hadir saat penerimaan baptis
- undang umat setempat, dalam hal ini legioner dapat meminta bantuan ketua wilayah / lingkungan setempat.
- jemput dan antarkan pastor pembaptis ke rumah lansia calon baptis
Dalam hal baptisan diterimakan di rumah tetapi disertai dengan perayaan ekaristi, selain hal-hal tersebut di atas, yang perlu dipersiapkan adalah bahan-bahan untuk perayaan ekaristi, yaitu : hosti, anggur, piala dan patena (biasanya dibawa oleh imam); sementara yang disiapkan di rumah adalah : tempat air untuk cuci tangan, air minum sebagai campuran anggur serta buku Tata Perayaan Ekaristi. Hal-hal tersebut akan dipersiapkankan oleh Gereja dalam hal pembaptisan dilaksanakan sebagai pembaptisan pribadi di kapel / Gereja.
Bila pembaptisan dilakukan di Gereja bersama-sama Katekumen yang lain, maka biasanya ada rapat-rapat panitia baptisan. Pendamping lansia sebaiknya selalu mengikuti rapat-rapat persiapan baptisan ini. Yang terpenting adalah selalu berkonsultasi dengan Pastor fasilitator mengenai perkembangan iman binaan sehingga pada waktu wawancara dengan pastor fasilitator tidak banyak mengalami kesulitan.
Label:
Katekese Lansia
PROSES KATEKESE LANSIA (4)
b. Pendampingan dan Penyampaian Materi Katekese
Pendampingan dan penyampaian materi kepada lansia sangat baik bila diberikan secara teratur dalam kunjungan rutin seminggu sekali. Hal ini penting disampaikan, karena menurut pengalaman penulis sendiri, lansia lebih berkesan pada perhatian dan kunjungan, lebih daripada materi katekese yang disampaikan, lebih banyak menghargai perhatian daripada materi, lebih menghargai kesetiaan berkunjung daripada pembahasan Kitab Suci. Ini berkaitan dengan daya ingat lansia yang sudah menurun. Hal ini juga harus diingat oleh para pendamping lansia agar tidak memaksa lansia untuk menghafal (materi/doa), yang penting adalah membiasakan lansia untuk hidup sebagai orang kristen yang benar. Maka dari itu, legioner sendiri yang harus pandai membaca situasi agar dapat mewartakan Kristus melalui sharing pengalaman hidup sehari-hari (legioner sendiri dan para lansia), tanpa ada kesan menggurui, seperti misalnya, bila hendak membahas tentang karya dan mujizat Yesus, cukup dengan bertanya: apakah Oma/Opa pernah/hampir terkena musibah tapi kemudian terselamatkan? Pertanyaan sederhana ini akan menggali banyak pengalaman lansia. Legioner cukup mengarahkan dan menyimpulkan bahwa semua itu adalah karya Allah yang mencintai kita, lalu lansia diajak berdoa syukur. Sederhana tapi mengena. Legioner tidak banyak bicara tetapi lebih banyak mendengar, tapi tujuan tercapai.
Karena tugas pelayanan pendampingan katekumen lansia ini membutuhkan komitmen yang tinggi, maka penulis menyarankan untuk tugas ini dipilih dan diserahkan pada satu orang legioner berkomitmen tinggi yang setiap minggu dapat mendampingi katekumen bersangkutan, yang tentu saja dalam melaksanakan kunjungan ditemani legioner lainnya berganti-gantian. Tetapi sebagai pengajar tetap diserahkan pada satu orang legioner. Termasuk dalam tugas pendampingan legioner pengajar tetap ini, menentukan apakah lansia yang bersangkutan telah saatnya menerima pembaptisan atau belum, melaporkan secara berkala kepada Pengurus lingkungan/wilayah setempat, juga mendampingi lansia yang bersangkutan menghadap imam sebelum pembaptisan setempat, dan atau mendampinginya mengikuti perayaan ekaristi. Tentu saja, bila legioner pendamping berhalangan maka teman-temannya satu presidium harus dapat menggantikan tugasnya. Tidak lupa pula, sebagai pembekalan tambahan dalam menjalankan tugas ini, legioner pendamping katekumen lansia harus lebih sering meminta bantuan dan meminta bimbingan khusus dari pemimpin rohani / asisten pemimpin rohani presidiumnya.
Bila proses katekisasi lansia dilakukan secara konsisten dan teratur seminggu sekali, maka rata-rata bagi tiap lansia dibutuhkan waktu kurang lebih selama 6 bulan sebelum lansia yang bersangkutan siap dibaptis dalam Gereja Katolik. Tetapi dalam hal ini juga melihat situasi dan kondisi lansia yang bersangkutan. Bila lansia yang sedang belajar sakit-sakitan, maka proses pendampingan dapat dipersingkat sesuai kebutuhan. Setiap legioner yang terlibat dalam karya ini juga harus selalu siap bila sewaktu-waktu kondisi lansia yang bersangkutan sakit parah, untuk dilaksanakan pembaptisan darurat. Untuk itu, sejak awal mula proses, sangat diharapkan, bahkan bila perlu diwajibkan, legioner menginformasikan adanya lansia yang sedang belajar agama beserta situasi dan kondisinya kepada lingkungan/wilayah setempat dan kepada Pastor paroki, supaya bila sewaktu-waktu keadaan mendesak, yaitu bila lansia dalam bahaya kematian, maka dapat langsung dilakukan pembaptisan darurat.
Bila lansia yang menjadi katekumen dalam kondisi sakit yang tak mungkin tersembuhkan atau dalam kondisi yang demikian lemah, maka perlu diingat bahan-bahan penting yang harus disampaikan dalam proses katekese, yaitu :
1. Kisah Penciptaan dan Jatuhnya manusia dalam dosa
2. Seputar Kelahiran Yesus dan makna doa Salam Maria
3. Makna Salib dan Penderitaan Yesus dan pentingnya pertobatan
4. Makna Kebangkitan dan Kenaikan Yesus dan Doa Aku Percaya
5. Sakramen Baptis dan Doa Bapa Kami
6. Sakramen Ekaristi dan Doa Pribadi
7. Sakramen Tobat dan urapan orang sakit.
Semuanya terdapat 7 tema pokok iman Katolik. Bila lansia benar-benar dalam keadaan bahaya kematian sewaktu-waktu, 7 tema pokok ini dapat dipersingkat lagi menjadi 3 tema yaitu :
1. Makna Salib dan Kebangkitan Yesus
2. Sakramen Baptis
3. Sakramen Ekaristi.
Sementara pembahasan doa-doa diintegrasikan dalam pertemuan-pertemuan / kunjungan-kunjungan rutin yang dilaksanakan setiap minggu. Menurut pengalaman penulis, bila dilaksanakan pembaptisan darurat, maka biasanya turut diterimakan pula, komuni suci dan sakramen urapan orang sakit. Bila demikian, lansia yang bersangkutan juga perlu dipersiapkan (diberi pengertian) tentang makna sakramen-sakramen tersebut.
Bila katekumen lansia adalah seorang lansia yang dahulu pernah mengikuti atau aktif dalam gereja reformasi atau gereja-gereja karismatik protestan, yang membuat lansia mengetahui sedikit banyak tentang ajaran-ajaran Kitab Suci, maka beberapa bahan khas Katolik dapat menjadi pertimbangan, yaitu :
1. Seputar Kelahiran Yesus dan makna doa rosario (dapat dilanjutkan tentang butir-butir keteladanan iman Bunda Maria)
2. Makna Salib dan Penderitaan Yesus dan pentingnya pertobatan
3. Makna Kebangkitan dan Kenaikan Yesus
4. Penjelasan tentang ajaran-ajaran Gereja Katolik, diantaranya :
- Liturgi dan ofisi serta doa-doa harian
- Ajaran Konsili
- Hirarki Gereja
- Tradisi-tradisi dalam Gereja Katolik, dan
- Devosi pada para kudus dan doa untuk para arwah
5. 7 Sakramen, makna dan latihan penerimaanya.
Pendampingan dan penyampaian materi kepada lansia sangat baik bila diberikan secara teratur dalam kunjungan rutin seminggu sekali. Hal ini penting disampaikan, karena menurut pengalaman penulis sendiri, lansia lebih berkesan pada perhatian dan kunjungan, lebih daripada materi katekese yang disampaikan, lebih banyak menghargai perhatian daripada materi, lebih menghargai kesetiaan berkunjung daripada pembahasan Kitab Suci. Ini berkaitan dengan daya ingat lansia yang sudah menurun. Hal ini juga harus diingat oleh para pendamping lansia agar tidak memaksa lansia untuk menghafal (materi/doa), yang penting adalah membiasakan lansia untuk hidup sebagai orang kristen yang benar. Maka dari itu, legioner sendiri yang harus pandai membaca situasi agar dapat mewartakan Kristus melalui sharing pengalaman hidup sehari-hari (legioner sendiri dan para lansia), tanpa ada kesan menggurui, seperti misalnya, bila hendak membahas tentang karya dan mujizat Yesus, cukup dengan bertanya: apakah Oma/Opa pernah/hampir terkena musibah tapi kemudian terselamatkan? Pertanyaan sederhana ini akan menggali banyak pengalaman lansia. Legioner cukup mengarahkan dan menyimpulkan bahwa semua itu adalah karya Allah yang mencintai kita, lalu lansia diajak berdoa syukur. Sederhana tapi mengena. Legioner tidak banyak bicara tetapi lebih banyak mendengar, tapi tujuan tercapai.
Karena tugas pelayanan pendampingan katekumen lansia ini membutuhkan komitmen yang tinggi, maka penulis menyarankan untuk tugas ini dipilih dan diserahkan pada satu orang legioner berkomitmen tinggi yang setiap minggu dapat mendampingi katekumen bersangkutan, yang tentu saja dalam melaksanakan kunjungan ditemani legioner lainnya berganti-gantian. Tetapi sebagai pengajar tetap diserahkan pada satu orang legioner. Termasuk dalam tugas pendampingan legioner pengajar tetap ini, menentukan apakah lansia yang bersangkutan telah saatnya menerima pembaptisan atau belum, melaporkan secara berkala kepada Pengurus lingkungan/wilayah setempat, juga mendampingi lansia yang bersangkutan menghadap imam sebelum pembaptisan setempat, dan atau mendampinginya mengikuti perayaan ekaristi. Tentu saja, bila legioner pendamping berhalangan maka teman-temannya satu presidium harus dapat menggantikan tugasnya. Tidak lupa pula, sebagai pembekalan tambahan dalam menjalankan tugas ini, legioner pendamping katekumen lansia harus lebih sering meminta bantuan dan meminta bimbingan khusus dari pemimpin rohani / asisten pemimpin rohani presidiumnya.
Bila proses katekisasi lansia dilakukan secara konsisten dan teratur seminggu sekali, maka rata-rata bagi tiap lansia dibutuhkan waktu kurang lebih selama 6 bulan sebelum lansia yang bersangkutan siap dibaptis dalam Gereja Katolik. Tetapi dalam hal ini juga melihat situasi dan kondisi lansia yang bersangkutan. Bila lansia yang sedang belajar sakit-sakitan, maka proses pendampingan dapat dipersingkat sesuai kebutuhan. Setiap legioner yang terlibat dalam karya ini juga harus selalu siap bila sewaktu-waktu kondisi lansia yang bersangkutan sakit parah, untuk dilaksanakan pembaptisan darurat. Untuk itu, sejak awal mula proses, sangat diharapkan, bahkan bila perlu diwajibkan, legioner menginformasikan adanya lansia yang sedang belajar agama beserta situasi dan kondisinya kepada lingkungan/wilayah setempat dan kepada Pastor paroki, supaya bila sewaktu-waktu keadaan mendesak, yaitu bila lansia dalam bahaya kematian, maka dapat langsung dilakukan pembaptisan darurat.
Bila lansia yang menjadi katekumen dalam kondisi sakit yang tak mungkin tersembuhkan atau dalam kondisi yang demikian lemah, maka perlu diingat bahan-bahan penting yang harus disampaikan dalam proses katekese, yaitu :
1. Kisah Penciptaan dan Jatuhnya manusia dalam dosa
2. Seputar Kelahiran Yesus dan makna doa Salam Maria
3. Makna Salib dan Penderitaan Yesus dan pentingnya pertobatan
4. Makna Kebangkitan dan Kenaikan Yesus dan Doa Aku Percaya
5. Sakramen Baptis dan Doa Bapa Kami
6. Sakramen Ekaristi dan Doa Pribadi
7. Sakramen Tobat dan urapan orang sakit.
Semuanya terdapat 7 tema pokok iman Katolik. Bila lansia benar-benar dalam keadaan bahaya kematian sewaktu-waktu, 7 tema pokok ini dapat dipersingkat lagi menjadi 3 tema yaitu :
1. Makna Salib dan Kebangkitan Yesus
2. Sakramen Baptis
3. Sakramen Ekaristi.
Sementara pembahasan doa-doa diintegrasikan dalam pertemuan-pertemuan / kunjungan-kunjungan rutin yang dilaksanakan setiap minggu. Menurut pengalaman penulis, bila dilaksanakan pembaptisan darurat, maka biasanya turut diterimakan pula, komuni suci dan sakramen urapan orang sakit. Bila demikian, lansia yang bersangkutan juga perlu dipersiapkan (diberi pengertian) tentang makna sakramen-sakramen tersebut.
Bila katekumen lansia adalah seorang lansia yang dahulu pernah mengikuti atau aktif dalam gereja reformasi atau gereja-gereja karismatik protestan, yang membuat lansia mengetahui sedikit banyak tentang ajaran-ajaran Kitab Suci, maka beberapa bahan khas Katolik dapat menjadi pertimbangan, yaitu :
1. Seputar Kelahiran Yesus dan makna doa rosario (dapat dilanjutkan tentang butir-butir keteladanan iman Bunda Maria)
2. Makna Salib dan Penderitaan Yesus dan pentingnya pertobatan
3. Makna Kebangkitan dan Kenaikan Yesus
4. Penjelasan tentang ajaran-ajaran Gereja Katolik, diantaranya :
- Liturgi dan ofisi serta doa-doa harian
- Ajaran Konsili
- Hirarki Gereja
- Tradisi-tradisi dalam Gereja Katolik, dan
- Devosi pada para kudus dan doa untuk para arwah
5. 7 Sakramen, makna dan latihan penerimaanya.
Label:
Katekese Lansia
PROSES KATEKESE LANSIA (3)
5. Tahapan Proses Katekese secara Garis Besar
Secara garis besar proses pendampingan katekumen lansia dibagi dalam beberapa tahap sebagai berikut :
a. Observasi dan Pendaftaran
Kunjungan-kunjungan awal bertujuan untuk menggali sebanyak mungkin informasi tentang situasi dan kondisi lansia yang akan belajar agama serta untuk mengurus pendaftaran katekumen lansia pada wilayah/lingkungan setempat, dan untuk selanjutnya dilaporkan pada penanggung jawab katekese atau pastor paroki.
Dilakukannya observasi selain bertujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi lansia agar legioner dapat mengerti dan memahami keadaanya, hal tersebut juga sangat berguna bagi penyampaian materi katekese ke depannya. Bagaimana hal itu berguna? Seperti sudah disebutkan di atas, penyampaian materi katekese harus juga memperhatikan latar belakang budaya, sifat dan karakter dan terutama pengalamann hidup katekumen sendiri. Semakin legioner lebih dalam menggali dalam observasi, akan semakin mudah nantinya dalam menyampaikan materi katekese, karena semua materi diwartakan berdasarkan pengalaman hidup lansia sendiri.
Maka dari itu, dalam melakukan observasi legioner harus menggali informasi sebanyak-banyaknya (tentu saja tanpa kesan menginterogasi) tentang :
- latar belakang budaya lansia yang bersangkutan, misalnya asalnya dari mana? agama dahulu apa? dll
- kehidupan keluarga, misalnya : tinggal bersama siapa, apakah menikah/tidak, apakah berputra/tidak, keluarganya ada dimana, agama anak-anak/suami, apakah keluarga mendukung masuk katolik., dll
Sambil mencari informasi tentang hal-hal ini, dapat sambil mengisi formulir pendaftaran katekumen baru, yang disiapkan paroki setempat. Untuk tugas obervasi lansia ini mungkin tidak cukup dilakukan dalam satu kali kunjungan. Satu hal yang penting adalah bertemu dengan keluarga lansia yang bersangkutan untuk meminta dukungan mereka dalam proses pendampingan ini. bantuan yang seringkali diharapkan dari keluarga dalam proses ini adalah dalam hal mengintegrasikan katekumen baru ke dalam persekutuan jemaat Allah, misalnya dengan mengajak ke Gereja, mengajak ikut kegiatan lingkungan, mengingatkan/mengajak doa-doa dan membacakan kitab suci. Pokoknya membuat lansia yang bersangkutan untuk memulai kehidupan baru sebagai seorang kristiani yang yang baik. Hal ini juga berguna sambil mengingatkan bila keluarga sudah mulai hidup jauh dari Tuhan.
Sementara proses observasi berlangsung, legioner juga harus mendaftarkan katekumen yang bersangkutan pada pengurus lingkungan/wilayah setempat. Sewaktu menghadap pengurus lingkungan/wilayah setempat tidak boleh lupa untuk meminta bantuan umat setempat (lewat pengurus wilayah/lingkungan) untuk membantu proses katekese tersebut dengan ikut mengajak/melibatkan lansia yang bersangkutan dalam kegiatan-kegiatan wilayah/lingkungan atau ikut mengunjungi dan mengajak lansia yang bersangkutan dalam kegiatan-kegiatan kerohanian yang lain. Ini dilakukan untuk mengintegrasikan katekumen lansia dalam persekutuan jemaat Katolik setempat. Hal ini juga membantu pendamping (legioner) dalam proses pendampingan lansia yang bersangkutan. Beban tanggung jawab proses katekese tidak hanya menjadi tanggung jawab legioner yang mendampingi, tetapi juga menjadi tugas keluarga dan wilayah/lingkungan setempat.
Seturut pengalaman penulis sendiri, keterlibatan lansia yang bersangkutan dalam kegiatan wilayah/lingkungan sangat membantu (berperan besar) dalam proses integrasi lansia sebagai bagian dari jemaat Allah. Dari kegiatan lingkungan/wilayah tersebut, lansia menjadi mengerti dengan sendirinya akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai bagian dari Umat Allah.
Secara garis besar proses pendampingan katekumen lansia dibagi dalam beberapa tahap sebagai berikut :
a. Observasi dan Pendaftaran
Kunjungan-kunjungan awal bertujuan untuk menggali sebanyak mungkin informasi tentang situasi dan kondisi lansia yang akan belajar agama serta untuk mengurus pendaftaran katekumen lansia pada wilayah/lingkungan setempat, dan untuk selanjutnya dilaporkan pada penanggung jawab katekese atau pastor paroki.
Dilakukannya observasi selain bertujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi lansia agar legioner dapat mengerti dan memahami keadaanya, hal tersebut juga sangat berguna bagi penyampaian materi katekese ke depannya. Bagaimana hal itu berguna? Seperti sudah disebutkan di atas, penyampaian materi katekese harus juga memperhatikan latar belakang budaya, sifat dan karakter dan terutama pengalamann hidup katekumen sendiri. Semakin legioner lebih dalam menggali dalam observasi, akan semakin mudah nantinya dalam menyampaikan materi katekese, karena semua materi diwartakan berdasarkan pengalaman hidup lansia sendiri.
Maka dari itu, dalam melakukan observasi legioner harus menggali informasi sebanyak-banyaknya (tentu saja tanpa kesan menginterogasi) tentang :
- latar belakang budaya lansia yang bersangkutan, misalnya asalnya dari mana? agama dahulu apa? dll
- kehidupan keluarga, misalnya : tinggal bersama siapa, apakah menikah/tidak, apakah berputra/tidak, keluarganya ada dimana, agama anak-anak/suami, apakah keluarga mendukung masuk katolik., dll
Sambil mencari informasi tentang hal-hal ini, dapat sambil mengisi formulir pendaftaran katekumen baru, yang disiapkan paroki setempat. Untuk tugas obervasi lansia ini mungkin tidak cukup dilakukan dalam satu kali kunjungan. Satu hal yang penting adalah bertemu dengan keluarga lansia yang bersangkutan untuk meminta dukungan mereka dalam proses pendampingan ini. bantuan yang seringkali diharapkan dari keluarga dalam proses ini adalah dalam hal mengintegrasikan katekumen baru ke dalam persekutuan jemaat Allah, misalnya dengan mengajak ke Gereja, mengajak ikut kegiatan lingkungan, mengingatkan/mengajak doa-doa dan membacakan kitab suci. Pokoknya membuat lansia yang bersangkutan untuk memulai kehidupan baru sebagai seorang kristiani yang yang baik. Hal ini juga berguna sambil mengingatkan bila keluarga sudah mulai hidup jauh dari Tuhan.
Sementara proses observasi berlangsung, legioner juga harus mendaftarkan katekumen yang bersangkutan pada pengurus lingkungan/wilayah setempat. Sewaktu menghadap pengurus lingkungan/wilayah setempat tidak boleh lupa untuk meminta bantuan umat setempat (lewat pengurus wilayah/lingkungan) untuk membantu proses katekese tersebut dengan ikut mengajak/melibatkan lansia yang bersangkutan dalam kegiatan-kegiatan wilayah/lingkungan atau ikut mengunjungi dan mengajak lansia yang bersangkutan dalam kegiatan-kegiatan kerohanian yang lain. Ini dilakukan untuk mengintegrasikan katekumen lansia dalam persekutuan jemaat Katolik setempat. Hal ini juga membantu pendamping (legioner) dalam proses pendampingan lansia yang bersangkutan. Beban tanggung jawab proses katekese tidak hanya menjadi tanggung jawab legioner yang mendampingi, tetapi juga menjadi tugas keluarga dan wilayah/lingkungan setempat.
Seturut pengalaman penulis sendiri, keterlibatan lansia yang bersangkutan dalam kegiatan wilayah/lingkungan sangat membantu (berperan besar) dalam proses integrasi lansia sebagai bagian dari jemaat Allah. Dari kegiatan lingkungan/wilayah tersebut, lansia menjadi mengerti dengan sendirinya akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai bagian dari Umat Allah.
Label:
Katekese Lansia
PROSES KATEKESE LANSIA (2)
3. Keprihatinan Yesus dan Gereja
Dalam karya keselamatanNya Yesus secara jelas membela kaum miskin dan tersingkir. Dalam banyak penyembuhan Yesus juga mengutamakan pemenuhan kebutuhan rohani seseorang, walaupun juga tidak meninggalkan karya penyembuhan fisik itu sendiri. Bahkan dalam beberapa hal, Yesus lebih ingin menyentuh batin seseorang dengan kesadaran baru yang membawa kebahagiaan dan kedamaian. Gereja di Asia, melalui Sidang FABC (Sidang para Uskup se-Asia) ke VII di Thailand, juga menempatkan kaum tersingkir sebagai salah satu bagian dari perhatian karya pastoralnya. Salah satu dari sekian banyak orang miskin, entah jasmani entah batin dan status sosial, adalah para lansia. Para lansia menjadi bagian dari kelompok masyarakat yang tersisih. Mungkin beberapa dari para lansia telah menemukan persinggahan baru di panti-panti wredha dan dengan tinggal menetap di sana menemukan kesejahteraan hidup yang baru. Tapi di panti wredha pun muncul keprihatinan iman, terutama menyangkut masalah keluarga yang dirasa meninggalkan mereka. Demikian pula bila lansia tinggal dalam keluarga, keprihatinan akan tugas dan fungsi mereka dalam keluarga yang mulai terabaikan dan merasa beban keluarga, adalah beban batin tersendiri yang dihadapi oleh para lansia.
Sebelum terangkat ke surga Yesus juga memberi perintah untuk memberitakan Injil kepada segala bangsa (Mat 28:19. Mrk 16:15). Perintah ini menuntut setiap orang Kristen untuk menjadi Nabi, sebagai pewarta Kabar Gembira keselamatan Allah. Iman yang benar harus diwartakan kepada setiap orang, termasuk para lansia. Dan bagi mereka yang ingin menerima Sakramen Pembaptisan, digabungkan dalam persekutuan jemaat Allah, bagi mereka harus dibuat persiapan-persiapan dalam proses katekesisasi. Khusus untuk para lansia, belum banyak ditemukan adanya panduan materi yang disiapkan khusus untuk lansia dalam proses katekisasi. Hal ini sangat memprihatinkan karena jumlah lansia dari tahun ke tahun akan semakin meningkat karena perbaikan taraf kesehatan masyarakat.
Gereja sebagai persekutuan umat pilihan Allah, memiliki tugas pelayanan yang luas, tidak boleh ada yang ditinggalkan sendirian atau dibiarkan tidak terlayani. Kisah Para Rasul 6:1-7 secara tegas menunjukkan bahwa sejak dahulu pelayanan kepada para miskin dan janda-janda (bisa diartikan sebagai lansia) sangat diperhatikan, sehingga Para Rasul menunjuk para diakon khusus untuk melayani orang-orang miskin dan para janda (lansia). Saat ini tugas pelayanan khusus kepada lansia di Gereja Katolik sebagian besar dilakukan melalui SSP (Seksi Sosial Paroki) atau PSE (Pengembangan Sosial Ekonomi), yang melayani pemenuhan kebutuhan hidup jasmani para lansia. Sedangkan untuk pelayanan rohani, ada kelompok St. Monika (para janda dan lansia), yang khusus melayani kebutuhan rohani para lansia ini. Ada pula para Prodiakon, yang bertugas mengantar kemuni secara berkala bagi lansia yang karena sakit atau kelemahan tidak dapat pergi ke Gereja untuk mengikuti Perayaan Ekaristi. Meskipun demikian, masih merupakan kesulitan besar bagaimana melayani kebutuhan rohani para lansia bagi mereka yang ingin mendalami iman atau bagi lansia yang ingin dibaptis.
Selama ini, hampir di semua paroki, proses pembelajaran bagi para katekumen baru dilaksanakan di gereja atau gedung paroki, bagaimana memenuhi kebutuhan lansia atau mereka yang sakit/lemah yang ingin dibaptis? Sebagian paroki mempercayakan karya pelayanan ini kepada para Prodiakon. Tetapi kekurangan jumlah prodiakon dan kesibukannya bekerja untuk menghidupi keluarga, menyebabkan konsistensi pendampingan bagi para katekumen lansia masih belum memuaskan. Selain itu para Pembina katekumen lansia sebenarnya perlu dipersiapkan khusus agar dalam memiliki latar belakang pengetahuan yang baik tentang situasi dan kondisi lansia dan karenanya dapat mengambil sikap yang tepat dalam mendampingi lansia.
4. Peran Legio Maria
Legio Maria adalah sebuah kelompok rohani yang bertujuan untuk mengabdikan diri pada Allah dengan cara menyucikan diri para anggotanya melalui karya pelayanan dan doa, serta mengajak orang lain mencapai kesucian. Tujuan itu dilaksanakan dalam rapat mingguan teratur yang diwarnai doa-doa, dan tugas pelayanan yang dilakukan berdua-dua. Tugas-tugas pelayanan yang dilaksanakan oleh Legio Maria selain pelayanan di sekitar altar, adalah seringkali juga mengacu pada Mat 25:35-36 (pelayanan pada yang miskin dan menderita). Dewasa ini tugas pelayanan legioner mulai berkembang terbuka tidak hanya pelayanan intern jemaat Katolik, tetapi mulai terbuka pada kelompok di luar Katolik, bahkan aktif dalam organisasi kemasyarakatan tingkat RT/RW atau kelurahan dan lintas agama.
Dalam melaksanakan tugas pelayanan itu, Legio Maria sebuah kelompok pelayanan yang sering berhubungan dengan para lansia dan orang-orang lemah/sakit/cacat dalam tugas-tugas kunjungan dan pelayanan. Legio Maria adalah satu-satunya kelompok pelayanan yang concern dan komitmen dalam mendampingi lansia dan orang-orang sakit lainnya dengan mengunjungi mereka secara berkala. Sehubungan dengan kebutuhan akan pelayanan pendampingan bagi para katekumen lansia ini, sebenarnya Legio Maria merupakan potensi yang bisa dimanfaatkan oleh Paroki untuk mengisi kebutuhan ini. Tetapi memang masih diperlukan penyiapan khusus bagi para legioner untuk melakukan karya pelayanan ini. Bentuk persiapan diri dimaksud dapat berupa: secara pribadi legioner mengikuti seminar-seminar tentang Tafsir Kitab Suci/tradisi Gereja atau kursus-kursus evangelisasi, membaca-buku-buku referensi ataupun aktif dalam Bina Iman anak dan remaja. Tetapi bila memang di paroki setempat kebutuhan pelayanan ini mendesak, Legio Maria harus memberanikan diri untuk mengajukan diri kepada Pastor Kepala Paroki setempat untuk memulai karya pelayanan ini, dan minta diberi persiapan (pembekalan) dari pastor paroki setempat untuk karya pelayanan ini. Legio Maria juga dapat meminta bantuan dari para katekis setempat untuk memberikan arahan dan pembekalan untuk maksud tersebut.
Di paroki dimana penulis tinggal, Legio Maria sudah dipercaya oleh paroki dan umat untuk melakukan karya ini. Untuk menambah pengetahuan dan kemampuan pendampingan katekumen, setiap bulan diadakan pertemuan pembekalan dan pembahasan masalah-masalah katekese oleh Pastor paroki yang diikuti oleh semua para pembina katekumen, termasuk Legio Maria. Tetapi seringkali yang lebih banyak dibahas dalam pertemuan ini adalah isi Kitab Suci dan masalah-masalah paroki. Masih kurang dibahas tentang metode dan teknik praktis katekese, khususnya bagi lansia. Oleh karenanya, masih harus diakui adanya kekurang-siapan legioner sendiri dalam melakukan karya ini, terutama belum adanya perhatian lebih besar dari paroki atau Sie Katekese untuk memberi pembekalan khusus bagi legioner, tentang dasar-dasar katekese untuk mendampingi katekumen lansia. Maka legioner sendiri yang kemudian berinisiatif menambah ‘perbendaharaan persenjataan’nya dalam hal pelayanan katekese pada lansia dengan mencari sendiri bahan dari sana-sini dan menyampaikannya dalam ‘bahasa’ lansia. Di luar banyaknya tantangan dan hambatan itu, karya pendampingan katekese bagi lansia ini dapat merupakan alternatif tugas baru yang patut dicoba oleh presidium-presidium di paroki-paroki yang membutuhkan.
Dalam karya keselamatanNya Yesus secara jelas membela kaum miskin dan tersingkir. Dalam banyak penyembuhan Yesus juga mengutamakan pemenuhan kebutuhan rohani seseorang, walaupun juga tidak meninggalkan karya penyembuhan fisik itu sendiri. Bahkan dalam beberapa hal, Yesus lebih ingin menyentuh batin seseorang dengan kesadaran baru yang membawa kebahagiaan dan kedamaian. Gereja di Asia, melalui Sidang FABC (Sidang para Uskup se-Asia) ke VII di Thailand, juga menempatkan kaum tersingkir sebagai salah satu bagian dari perhatian karya pastoralnya. Salah satu dari sekian banyak orang miskin, entah jasmani entah batin dan status sosial, adalah para lansia. Para lansia menjadi bagian dari kelompok masyarakat yang tersisih. Mungkin beberapa dari para lansia telah menemukan persinggahan baru di panti-panti wredha dan dengan tinggal menetap di sana menemukan kesejahteraan hidup yang baru. Tapi di panti wredha pun muncul keprihatinan iman, terutama menyangkut masalah keluarga yang dirasa meninggalkan mereka. Demikian pula bila lansia tinggal dalam keluarga, keprihatinan akan tugas dan fungsi mereka dalam keluarga yang mulai terabaikan dan merasa beban keluarga, adalah beban batin tersendiri yang dihadapi oleh para lansia.
Sebelum terangkat ke surga Yesus juga memberi perintah untuk memberitakan Injil kepada segala bangsa (Mat 28:19. Mrk 16:15). Perintah ini menuntut setiap orang Kristen untuk menjadi Nabi, sebagai pewarta Kabar Gembira keselamatan Allah. Iman yang benar harus diwartakan kepada setiap orang, termasuk para lansia. Dan bagi mereka yang ingin menerima Sakramen Pembaptisan, digabungkan dalam persekutuan jemaat Allah, bagi mereka harus dibuat persiapan-persiapan dalam proses katekesisasi. Khusus untuk para lansia, belum banyak ditemukan adanya panduan materi yang disiapkan khusus untuk lansia dalam proses katekisasi. Hal ini sangat memprihatinkan karena jumlah lansia dari tahun ke tahun akan semakin meningkat karena perbaikan taraf kesehatan masyarakat.
Gereja sebagai persekutuan umat pilihan Allah, memiliki tugas pelayanan yang luas, tidak boleh ada yang ditinggalkan sendirian atau dibiarkan tidak terlayani. Kisah Para Rasul 6:1-7 secara tegas menunjukkan bahwa sejak dahulu pelayanan kepada para miskin dan janda-janda (bisa diartikan sebagai lansia) sangat diperhatikan, sehingga Para Rasul menunjuk para diakon khusus untuk melayani orang-orang miskin dan para janda (lansia). Saat ini tugas pelayanan khusus kepada lansia di Gereja Katolik sebagian besar dilakukan melalui SSP (Seksi Sosial Paroki) atau PSE (Pengembangan Sosial Ekonomi), yang melayani pemenuhan kebutuhan hidup jasmani para lansia. Sedangkan untuk pelayanan rohani, ada kelompok St. Monika (para janda dan lansia), yang khusus melayani kebutuhan rohani para lansia ini. Ada pula para Prodiakon, yang bertugas mengantar kemuni secara berkala bagi lansia yang karena sakit atau kelemahan tidak dapat pergi ke Gereja untuk mengikuti Perayaan Ekaristi. Meskipun demikian, masih merupakan kesulitan besar bagaimana melayani kebutuhan rohani para lansia bagi mereka yang ingin mendalami iman atau bagi lansia yang ingin dibaptis.
Selama ini, hampir di semua paroki, proses pembelajaran bagi para katekumen baru dilaksanakan di gereja atau gedung paroki, bagaimana memenuhi kebutuhan lansia atau mereka yang sakit/lemah yang ingin dibaptis? Sebagian paroki mempercayakan karya pelayanan ini kepada para Prodiakon. Tetapi kekurangan jumlah prodiakon dan kesibukannya bekerja untuk menghidupi keluarga, menyebabkan konsistensi pendampingan bagi para katekumen lansia masih belum memuaskan. Selain itu para Pembina katekumen lansia sebenarnya perlu dipersiapkan khusus agar dalam memiliki latar belakang pengetahuan yang baik tentang situasi dan kondisi lansia dan karenanya dapat mengambil sikap yang tepat dalam mendampingi lansia.
4. Peran Legio Maria
Legio Maria adalah sebuah kelompok rohani yang bertujuan untuk mengabdikan diri pada Allah dengan cara menyucikan diri para anggotanya melalui karya pelayanan dan doa, serta mengajak orang lain mencapai kesucian. Tujuan itu dilaksanakan dalam rapat mingguan teratur yang diwarnai doa-doa, dan tugas pelayanan yang dilakukan berdua-dua. Tugas-tugas pelayanan yang dilaksanakan oleh Legio Maria selain pelayanan di sekitar altar, adalah seringkali juga mengacu pada Mat 25:35-36 (pelayanan pada yang miskin dan menderita). Dewasa ini tugas pelayanan legioner mulai berkembang terbuka tidak hanya pelayanan intern jemaat Katolik, tetapi mulai terbuka pada kelompok di luar Katolik, bahkan aktif dalam organisasi kemasyarakatan tingkat RT/RW atau kelurahan dan lintas agama.
Dalam melaksanakan tugas pelayanan itu, Legio Maria sebuah kelompok pelayanan yang sering berhubungan dengan para lansia dan orang-orang lemah/sakit/cacat dalam tugas-tugas kunjungan dan pelayanan. Legio Maria adalah satu-satunya kelompok pelayanan yang concern dan komitmen dalam mendampingi lansia dan orang-orang sakit lainnya dengan mengunjungi mereka secara berkala. Sehubungan dengan kebutuhan akan pelayanan pendampingan bagi para katekumen lansia ini, sebenarnya Legio Maria merupakan potensi yang bisa dimanfaatkan oleh Paroki untuk mengisi kebutuhan ini. Tetapi memang masih diperlukan penyiapan khusus bagi para legioner untuk melakukan karya pelayanan ini. Bentuk persiapan diri dimaksud dapat berupa: secara pribadi legioner mengikuti seminar-seminar tentang Tafsir Kitab Suci/tradisi Gereja atau kursus-kursus evangelisasi, membaca-buku-buku referensi ataupun aktif dalam Bina Iman anak dan remaja. Tetapi bila memang di paroki setempat kebutuhan pelayanan ini mendesak, Legio Maria harus memberanikan diri untuk mengajukan diri kepada Pastor Kepala Paroki setempat untuk memulai karya pelayanan ini, dan minta diberi persiapan (pembekalan) dari pastor paroki setempat untuk karya pelayanan ini. Legio Maria juga dapat meminta bantuan dari para katekis setempat untuk memberikan arahan dan pembekalan untuk maksud tersebut.
Di paroki dimana penulis tinggal, Legio Maria sudah dipercaya oleh paroki dan umat untuk melakukan karya ini. Untuk menambah pengetahuan dan kemampuan pendampingan katekumen, setiap bulan diadakan pertemuan pembekalan dan pembahasan masalah-masalah katekese oleh Pastor paroki yang diikuti oleh semua para pembina katekumen, termasuk Legio Maria. Tetapi seringkali yang lebih banyak dibahas dalam pertemuan ini adalah isi Kitab Suci dan masalah-masalah paroki. Masih kurang dibahas tentang metode dan teknik praktis katekese, khususnya bagi lansia. Oleh karenanya, masih harus diakui adanya kekurang-siapan legioner sendiri dalam melakukan karya ini, terutama belum adanya perhatian lebih besar dari paroki atau Sie Katekese untuk memberi pembekalan khusus bagi legioner, tentang dasar-dasar katekese untuk mendampingi katekumen lansia. Maka legioner sendiri yang kemudian berinisiatif menambah ‘perbendaharaan persenjataan’nya dalam hal pelayanan katekese pada lansia dengan mencari sendiri bahan dari sana-sini dan menyampaikannya dalam ‘bahasa’ lansia. Di luar banyaknya tantangan dan hambatan itu, karya pendampingan katekese bagi lansia ini dapat merupakan alternatif tugas baru yang patut dicoba oleh presidium-presidium di paroki-paroki yang membutuhkan.
Label:
Katekese Lansia
Minggu, 25 April 2010
PROSES KATEKESE LANSIA (1)
1. Latar Belakang
Jumlah penduduk Indonesia yang berusia lanjut atau di atas 60 tahun terus meningkat. Bahkan, tahun 2005-2010 diperkirakan menyamai jumlah anak balita (di bawah usia lima tahun), yakni 8,5 persen dari total jumlah penduduk atau sekitar 19 juta jiwa. Booming atau ledakan kelompok usia lanjut tersebut membutuhkan perhatian khusus. Terutama, peningkatan kualitas hidup mereka agar dapat mempertahankan kesehatan dan kemandiriannya sehingga tidak menjadi beban. Peningkatan jumlah tersebut, seiring dengan meningkatnya umur harapan hidup, yakni 67 tahun untuk perempuan dan 63 tahun bagi laki-laki. Biro Pusat Statistik mencatat jumlah penduduk usia lanjut Indonesia pada tahun 2000 saja mencapai 7,1 persen dari total penduduk yang 201.241.999 jiwa, atau mencapai 14.415.814 jiwa (Kompas, 17 Mei 2005). Meskipun jumlahnya yang demikian besar tetapi pelayanan akan setiap kebutuhan kepada mereka seringkali terabaikan. Hal ini terjadi mungkin karena mereka (para lansia) dianggap sebagai warga yang tidak produktif lagi, sehingga menjadi golongan warga yang tersisihkan dan tidak diperhatikan.
Seperti Yesus yang juga berjuang bagi kaum miskin dan tersisih, kepenuhan kebutuhan rohani dan iman para lansia juga mesti diperjuangkan. Berbagai karya sosial dan pastoral bagi para lansia, hendaknya tidak melulu menekankan untuk memberi bantuan fisik, entah berupa dana atau kebutuhan konsumsi, tetapi juga harus menekankan aspek rohani dan iman, berupa kegiatan-kegiatan dan pelayanan-pelayanan yang menguatkan mereka dalam kesendirian dan kejenuhan serta membangkitkan kesadaran bahwa mereka tetap dicintai oleh Allah dan tetap memiliki tugas dan peranan membawa damai dan terang Injil kepada sesama. Pelayanan bagi para lansia juga tidak boleh melupakan peran keluarga para lansia itu sendiri. Bagaimanapun, para lansia akan sangat merasa bahagia bila diperhatikan oleh keluarganya.
Salah satu kebutuhan lansia yang sampai saat ini kurang diperhatikan adalah kebutuhan mereka akan pelayanan iman bagi para lansia yang ingin menjadi Katolik. Belum banyak ditemukan (bahkan mungkin belum ada) buku panduan khusus bagi para lansia yang ingin mempersiapkan diri menambut sakramen pembaptisan. Padahal Konsili Vatikan II mengajarkan agar bagi mereka yang ingin dibaptis agar dipersiapkan sebelumnya agar pada waktu mereka menerima Pembaptisan, para calon baptis benar-benar menjadi pribadi yang baru, yang dapat selalu memilih dan setia kepada Kristus dan menjadi anggota persekutuan umat Allah yang setia. Maka saat ini mendesak diterbitkannya sebuah buku panduan pelayanan iman khusus bagi para lansia yang dalam persiapan menyambut pembaptisan.
2. Permasalahan yang sering Dihadapi Lansia
Pelayanan iman bagi para lansia tetap harus memperhatikan situasi dan kondisi yang sering dihadapi oleh para lansia, agar karya pelayanan ang diberikan lebih tepat guna dan tepat sasar pada kebutuhan para lansia. Proses katekisasi lansia bagaimanapun juga harus memperhitungkan situasi dan kondisi lansia dengan berbagai keterbatasannya.
Masalah-masalab yang dialami oleh lansia terjadi karena kemunduran sel-sel yang mempengaruhi fungsi dan kemampuan sistem tubuh, seperti saraf, jantung, dan pembuluh darah. Diketahui, 15 persen usia lanjut mengalami gangguan kesehatan seperti demensia alias pikun. Selain itu, terdapat pula ancaman lain seperti kanker, jantung, reumatik, osteoporosis, dan katarak. Berbagai masalah kesehatan usia lanjut tersebut umumnya bersifat kronis dan memerlukan penanganan spesifik yang membutuhkan waktu lama dan biaya tinggi. Proses penuaan dalam suatu populasi dapat menimbulkan dampak dalam berbagai aspek yaitu kesehatan, sosial, ekonomi, politik, dan lain-lain. Dari segi kesehatan, angka kesakitan akibat penyakit degeneratif akan meningkat jumlahnya, meski kasus penyakit infeksi dan kekurangan gizi juga tetap tinggi. Kurang lebih 74% penduduk usia lanjut menderita penyakit kronik. Lima penyakit utama yang banyak diderita oleh penduduk usia lanjut di Indonesia adalah: anemia (50%), infeksi saluran pernapasan (12,2%), kanker (12,2%), TBC (11,5%), dan penyakit jantung-pembuluh darah (29,5%). Hal lain yang perlu diperhatikan adalah aspek kejiwaan. Gangguan emosional dapat menjadi beban dan pencetus stres pada usia lanjut. (Kompas, Minggu, 2 Juni 2002). Selain itu, karena keterbatasan gerak menyebabkan usia lanjut cenderung menurun aktivitasnya. Hal itu akan mempengaruhi mental serta kehidupan sosial mereka, sehingga perlu perhatian khusus dari keluarga dan masyarakat. Dampaknya, usia lanjut akan semakin tersisih. Karena itu perlu penanganan khusus bagi para lansia agar mereka tetap merasa diterima sebagai anggota keluarga dan masyarakat sekaligus dibangun kembali semangatnya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bagi orang lain.
Proses penuaan dalam suatu populasi dapat menimbulkan dampak dalam berbagai aspek yaitu kesehatan, sosial, ekonomi, politik, dan lain-lain. Perubahan dalam struktur populasi akan mempengaruhi struktur keluarga dan rumah tangga, tidak hanya dalam sisi jumlah tapi juga dari tipe keluarga seperti keluarga dengan seorang anggota, keluarga inti, keluarga tiga generasi, dan lain sebagainya. Demikian pula perubahan pola keluarga dari keluarga besar ke keluarga inti dan banyaknya ibu rumah tangga yang bekerja, akan mempengaruhi pola hidup usia lanjut yang tinggal dalam keluarga. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah aspek kejiwaan. Gangguan emosional dapat menjadi beban dan pencetus stres pada usia lanjut.
Berdasarkan penelitian-penelitian tentang usia lanjut, secara psikologis mereka lebih cocok berada di lingkungan keluarga dengan sentuhan kasih sayang tiada batas. Bagaimana tidak, seiring kemunduran fungsi organ tubuh, usia lanjut yang jatuh sakit akan sulit pulih seperti semula. Di sisi lain, sikap mereka akan seperti anak kecil yang menuntut perhatian khusus. Tanggapan yang salah dari anggota keluarga sering kali menimbulkan ketersinggungan atau sakit hati usia lanjut. Sebaliknya, apabila terus diikuti kemauannya akan berpotensi menguras emosi seluruh anggota keluarga. Dengan adanya teman berbagi cerita, potensi itu dapat terkurangi.
Jumlah penduduk Indonesia yang berusia lanjut atau di atas 60 tahun terus meningkat. Bahkan, tahun 2005-2010 diperkirakan menyamai jumlah anak balita (di bawah usia lima tahun), yakni 8,5 persen dari total jumlah penduduk atau sekitar 19 juta jiwa. Booming atau ledakan kelompok usia lanjut tersebut membutuhkan perhatian khusus. Terutama, peningkatan kualitas hidup mereka agar dapat mempertahankan kesehatan dan kemandiriannya sehingga tidak menjadi beban. Peningkatan jumlah tersebut, seiring dengan meningkatnya umur harapan hidup, yakni 67 tahun untuk perempuan dan 63 tahun bagi laki-laki. Biro Pusat Statistik mencatat jumlah penduduk usia lanjut Indonesia pada tahun 2000 saja mencapai 7,1 persen dari total penduduk yang 201.241.999 jiwa, atau mencapai 14.415.814 jiwa (Kompas, 17 Mei 2005). Meskipun jumlahnya yang demikian besar tetapi pelayanan akan setiap kebutuhan kepada mereka seringkali terabaikan. Hal ini terjadi mungkin karena mereka (para lansia) dianggap sebagai warga yang tidak produktif lagi, sehingga menjadi golongan warga yang tersisihkan dan tidak diperhatikan.
Seperti Yesus yang juga berjuang bagi kaum miskin dan tersisih, kepenuhan kebutuhan rohani dan iman para lansia juga mesti diperjuangkan. Berbagai karya sosial dan pastoral bagi para lansia, hendaknya tidak melulu menekankan untuk memberi bantuan fisik, entah berupa dana atau kebutuhan konsumsi, tetapi juga harus menekankan aspek rohani dan iman, berupa kegiatan-kegiatan dan pelayanan-pelayanan yang menguatkan mereka dalam kesendirian dan kejenuhan serta membangkitkan kesadaran bahwa mereka tetap dicintai oleh Allah dan tetap memiliki tugas dan peranan membawa damai dan terang Injil kepada sesama. Pelayanan bagi para lansia juga tidak boleh melupakan peran keluarga para lansia itu sendiri. Bagaimanapun, para lansia akan sangat merasa bahagia bila diperhatikan oleh keluarganya.
Salah satu kebutuhan lansia yang sampai saat ini kurang diperhatikan adalah kebutuhan mereka akan pelayanan iman bagi para lansia yang ingin menjadi Katolik. Belum banyak ditemukan (bahkan mungkin belum ada) buku panduan khusus bagi para lansia yang ingin mempersiapkan diri menambut sakramen pembaptisan. Padahal Konsili Vatikan II mengajarkan agar bagi mereka yang ingin dibaptis agar dipersiapkan sebelumnya agar pada waktu mereka menerima Pembaptisan, para calon baptis benar-benar menjadi pribadi yang baru, yang dapat selalu memilih dan setia kepada Kristus dan menjadi anggota persekutuan umat Allah yang setia. Maka saat ini mendesak diterbitkannya sebuah buku panduan pelayanan iman khusus bagi para lansia yang dalam persiapan menyambut pembaptisan.
2. Permasalahan yang sering Dihadapi Lansia
Pelayanan iman bagi para lansia tetap harus memperhatikan situasi dan kondisi yang sering dihadapi oleh para lansia, agar karya pelayanan ang diberikan lebih tepat guna dan tepat sasar pada kebutuhan para lansia. Proses katekisasi lansia bagaimanapun juga harus memperhitungkan situasi dan kondisi lansia dengan berbagai keterbatasannya.
Masalah-masalab yang dialami oleh lansia terjadi karena kemunduran sel-sel yang mempengaruhi fungsi dan kemampuan sistem tubuh, seperti saraf, jantung, dan pembuluh darah. Diketahui, 15 persen usia lanjut mengalami gangguan kesehatan seperti demensia alias pikun. Selain itu, terdapat pula ancaman lain seperti kanker, jantung, reumatik, osteoporosis, dan katarak. Berbagai masalah kesehatan usia lanjut tersebut umumnya bersifat kronis dan memerlukan penanganan spesifik yang membutuhkan waktu lama dan biaya tinggi. Proses penuaan dalam suatu populasi dapat menimbulkan dampak dalam berbagai aspek yaitu kesehatan, sosial, ekonomi, politik, dan lain-lain. Dari segi kesehatan, angka kesakitan akibat penyakit degeneratif akan meningkat jumlahnya, meski kasus penyakit infeksi dan kekurangan gizi juga tetap tinggi. Kurang lebih 74% penduduk usia lanjut menderita penyakit kronik. Lima penyakit utama yang banyak diderita oleh penduduk usia lanjut di Indonesia adalah: anemia (50%), infeksi saluran pernapasan (12,2%), kanker (12,2%), TBC (11,5%), dan penyakit jantung-pembuluh darah (29,5%). Hal lain yang perlu diperhatikan adalah aspek kejiwaan. Gangguan emosional dapat menjadi beban dan pencetus stres pada usia lanjut. (Kompas, Minggu, 2 Juni 2002). Selain itu, karena keterbatasan gerak menyebabkan usia lanjut cenderung menurun aktivitasnya. Hal itu akan mempengaruhi mental serta kehidupan sosial mereka, sehingga perlu perhatian khusus dari keluarga dan masyarakat. Dampaknya, usia lanjut akan semakin tersisih. Karena itu perlu penanganan khusus bagi para lansia agar mereka tetap merasa diterima sebagai anggota keluarga dan masyarakat sekaligus dibangun kembali semangatnya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bagi orang lain.
Proses penuaan dalam suatu populasi dapat menimbulkan dampak dalam berbagai aspek yaitu kesehatan, sosial, ekonomi, politik, dan lain-lain. Perubahan dalam struktur populasi akan mempengaruhi struktur keluarga dan rumah tangga, tidak hanya dalam sisi jumlah tapi juga dari tipe keluarga seperti keluarga dengan seorang anggota, keluarga inti, keluarga tiga generasi, dan lain sebagainya. Demikian pula perubahan pola keluarga dari keluarga besar ke keluarga inti dan banyaknya ibu rumah tangga yang bekerja, akan mempengaruhi pola hidup usia lanjut yang tinggal dalam keluarga. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah aspek kejiwaan. Gangguan emosional dapat menjadi beban dan pencetus stres pada usia lanjut.
Berdasarkan penelitian-penelitian tentang usia lanjut, secara psikologis mereka lebih cocok berada di lingkungan keluarga dengan sentuhan kasih sayang tiada batas. Bagaimana tidak, seiring kemunduran fungsi organ tubuh, usia lanjut yang jatuh sakit akan sulit pulih seperti semula. Di sisi lain, sikap mereka akan seperti anak kecil yang menuntut perhatian khusus. Tanggapan yang salah dari anggota keluarga sering kali menimbulkan ketersinggungan atau sakit hati usia lanjut. Sebaliknya, apabila terus diikuti kemauannya akan berpotensi menguras emosi seluruh anggota keluarga. Dengan adanya teman berbagi cerita, potensi itu dapat terkurangi.
Label:
Katekese Lansia
Langganan:
Postingan (Atom)