Senin, 26 April 2010

PROSES KATEKESE LANSIA (2)

3. Keprihatinan Yesus dan Gereja

Dalam karya keselamatanNya Yesus secara jelas membela kaum miskin dan tersingkir. Dalam banyak penyembuhan Yesus juga mengutamakan pemenuhan kebutuhan rohani seseorang, walaupun juga tidak meninggalkan karya penyembuhan fisik itu sendiri. Bahkan dalam beberapa hal, Yesus lebih ingin menyentuh batin seseorang dengan kesadaran baru yang membawa kebahagiaan dan kedamaian. Gereja di Asia, melalui Sidang FABC (Sidang para Uskup se-Asia) ke VII di Thailand, juga menempatkan kaum tersingkir sebagai salah satu bagian dari perhatian karya pastoralnya. Salah satu dari sekian banyak orang miskin, entah jasmani entah batin dan status sosial, adalah para lansia. Para lansia menjadi bagian dari kelompok masyarakat yang tersisih. Mungkin beberapa dari para lansia telah menemukan persinggahan baru di panti-panti wredha dan dengan tinggal menetap di sana menemukan kesejahteraan hidup yang baru. Tapi di panti wredha pun muncul keprihatinan iman, terutama menyangkut masalah keluarga yang dirasa meninggalkan mereka. Demikian pula bila lansia tinggal dalam keluarga, keprihatinan akan tugas dan fungsi mereka dalam keluarga yang mulai terabaikan dan merasa beban keluarga, adalah beban batin tersendiri yang dihadapi oleh para lansia.


Sebelum terangkat ke surga Yesus juga memberi perintah untuk memberitakan Injil kepada segala bangsa (Mat 28:19. Mrk 16:15). Perintah ini menuntut setiap orang Kristen untuk menjadi Nabi, sebagai pewarta Kabar Gembira keselamatan Allah. Iman yang benar harus diwartakan kepada setiap orang, termasuk para lansia. Dan bagi mereka yang ingin menerima Sakramen Pembaptisan, digabungkan dalam persekutuan jemaat Allah, bagi mereka harus dibuat persiapan-persiapan dalam proses katekesisasi. Khusus untuk para lansia, belum banyak ditemukan adanya panduan materi yang disiapkan khusus untuk lansia dalam proses katekisasi. Hal ini sangat memprihatinkan karena jumlah lansia dari tahun ke tahun akan semakin meningkat karena perbaikan taraf kesehatan masyarakat.

Gereja sebagai persekutuan umat pilihan Allah, memiliki tugas pelayanan yang luas, tidak boleh ada yang ditinggalkan sendirian atau dibiarkan tidak terlayani. Kisah Para Rasul 6:1-7 secara tegas menunjukkan bahwa sejak dahulu pelayanan kepada para miskin dan janda-janda (bisa diartikan sebagai lansia) sangat diperhatikan, sehingga Para Rasul menunjuk para diakon khusus untuk melayani orang-orang miskin dan para janda (lansia). Saat ini tugas pelayanan khusus kepada lansia di Gereja Katolik sebagian besar dilakukan melalui SSP (Seksi Sosial Paroki) atau PSE (Pengembangan Sosial Ekonomi), yang melayani pemenuhan kebutuhan hidup jasmani para lansia. Sedangkan untuk pelayanan rohani, ada kelompok St. Monika (para janda dan lansia), yang khusus melayani kebutuhan rohani para lansia ini. Ada pula para Prodiakon, yang bertugas mengantar kemuni secara berkala bagi lansia yang karena sakit atau kelemahan tidak dapat pergi ke Gereja untuk mengikuti Perayaan Ekaristi. Meskipun demikian, masih merupakan kesulitan besar bagaimana melayani kebutuhan rohani para lansia bagi mereka yang ingin mendalami iman atau bagi lansia yang ingin dibaptis.

Selama ini, hampir di semua paroki, proses pembelajaran bagi para katekumen baru dilaksanakan di gereja atau gedung paroki, bagaimana memenuhi kebutuhan lansia atau mereka yang sakit/lemah yang ingin dibaptis? Sebagian paroki mempercayakan karya pelayanan ini kepada para Prodiakon. Tetapi kekurangan jumlah prodiakon dan kesibukannya bekerja untuk menghidupi keluarga, menyebabkan konsistensi pendampingan bagi para katekumen lansia masih belum memuaskan. Selain itu para Pembina katekumen lansia sebenarnya perlu dipersiapkan khusus agar dalam memiliki latar belakang pengetahuan yang baik tentang situasi dan kondisi lansia dan karenanya dapat mengambil sikap yang tepat dalam mendampingi lansia.


4. Peran Legio Maria

Legio Maria adalah sebuah kelompok rohani yang bertujuan untuk mengabdikan diri pada Allah dengan cara menyucikan diri para anggotanya melalui karya pelayanan dan doa, serta mengajak orang lain mencapai kesucian. Tujuan itu dilaksanakan dalam rapat mingguan teratur yang diwarnai doa-doa, dan tugas pelayanan yang dilakukan berdua-dua. Tugas-tugas pelayanan yang dilaksanakan oleh Legio Maria selain pelayanan di sekitar altar, adalah seringkali juga mengacu pada Mat 25:35-36 (pelayanan pada yang miskin dan menderita). Dewasa ini tugas pelayanan legioner mulai berkembang terbuka tidak hanya pelayanan intern jemaat Katolik, tetapi mulai terbuka pada kelompok di luar Katolik, bahkan aktif dalam organisasi kemasyarakatan tingkat RT/RW atau kelurahan dan lintas agama.

Dalam melaksanakan tugas pelayanan itu, Legio Maria sebuah kelompok pelayanan yang sering berhubungan dengan para lansia dan orang-orang lemah/sakit/cacat dalam tugas-tugas kunjungan dan pelayanan. Legio Maria adalah satu-satunya kelompok pelayanan yang concern dan komitmen dalam mendampingi lansia dan orang-orang sakit lainnya dengan mengunjungi mereka secara berkala. Sehubungan dengan kebutuhan akan pelayanan pendampingan bagi para katekumen lansia ini, sebenarnya Legio Maria merupakan potensi yang bisa dimanfaatkan oleh Paroki untuk mengisi kebutuhan ini. Tetapi memang masih diperlukan penyiapan khusus bagi para legioner untuk melakukan karya pelayanan ini. Bentuk persiapan diri dimaksud dapat berupa: secara pribadi legioner mengikuti seminar-seminar tentang Tafsir Kitab Suci/tradisi Gereja atau kursus-kursus evangelisasi, membaca-buku-buku referensi ataupun aktif dalam Bina Iman anak dan remaja. Tetapi bila memang di paroki setempat kebutuhan pelayanan ini mendesak, Legio Maria harus memberanikan diri untuk mengajukan diri kepada Pastor Kepala Paroki setempat untuk memulai karya pelayanan ini, dan minta diberi persiapan (pembekalan) dari pastor paroki setempat untuk karya pelayanan ini. Legio Maria juga dapat meminta bantuan dari para katekis setempat untuk memberikan arahan dan pembekalan untuk maksud tersebut.

Di paroki dimana penulis tinggal, Legio Maria sudah dipercaya oleh paroki dan umat untuk melakukan karya ini. Untuk menambah pengetahuan dan kemampuan pendampingan katekumen, setiap bulan diadakan pertemuan pembekalan dan pembahasan masalah-masalah katekese oleh Pastor paroki yang diikuti oleh semua para pembina katekumen, termasuk Legio Maria. Tetapi seringkali yang lebih banyak dibahas dalam pertemuan ini adalah isi Kitab Suci dan masalah-masalah paroki. Masih kurang dibahas tentang metode dan teknik praktis katekese, khususnya bagi lansia. Oleh karenanya, masih harus diakui adanya kekurang-siapan legioner sendiri dalam melakukan karya ini, terutama belum adanya perhatian lebih besar dari paroki atau Sie Katekese untuk memberi pembekalan khusus bagi legioner, tentang dasar-dasar katekese untuk mendampingi katekumen lansia. Maka legioner sendiri yang kemudian berinisiatif menambah ‘perbendaharaan persenjataan’nya dalam hal pelayanan katekese pada lansia dengan mencari sendiri bahan dari sana-sini dan menyampaikannya dalam ‘bahasa’ lansia. Di luar banyaknya tantangan dan hambatan itu, karya pendampingan katekese bagi lansia ini dapat merupakan alternatif tugas baru yang patut dicoba oleh presidium-presidium di paroki-paroki yang membutuhkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar