Senin, 18 April 2011

Tentang MINGGU PALMA: Mengenangkan Sengsara Tuhan

Makna :
  • Pekan Suci dimulai pada hari Minggu Prapaskah VI atau biasa disebut dengan Minggu Palma atau Minggu Sengsara, karena untuk mengenangkan sengsara Tuhan. Minggu Palma adalah pintu masuk Pekan Suci. Pada hari-hari selama Pekan Suci kita diajak mengenangkan satu peristiwa penebusan lewat sengsara, wafat, dan kebangkitan sekaligus. Setiap perayaan liturgis tetap mengandung unsur-unsur penebusan itu.
  • Perayaan Ekaristi diadakan sebagai pengenangan akan sengsara Tuhan, namun pewartaan sengsara Tuhan itu dikaitkan dengan perayaan kejayaan-Nya sebagai seorang Raja. Misa Pengenangan Sengsara Tuhan itu diawali dengan pengenangan akan peristiwa Kristus memasuki kota Yerusalem sebagai Almasih.
  • Bagi orang kristiani Masa Prapaskah harus menuju suatu perjalanan menuju Yerusalem, yakni menghadapi kematian dan kebangkitan Kristus. Masa Prapaskah ibarat suatu eksodus baru, meninggalkan tanah pembuangan menuju Yerusalem, menyongsong Paskah Kristus.



Ketentuan liturgis:
  • Misa sudah dapat diselenggarakan pada Sabtu sore.
  • Warna liturgi: merah.
  • Tempatnya di luar dan kemudian di dalam gedung gereja. Ritus perarakan meriah dilakukan di luar gedung dan Liturgi Sabda hingga Ritus Penutup di dalam gedung gereja. Untuk ritus perarakan sederhana dapat dilangsungkan dari bagian depan gedung gereja.
  • Perarakan dari luar gereja menurut cara I (Perarakan) diselenggarakan satu kali saja, terutama pada kesempatan yang dihadiri paling banyak umat.
  • Untuk cara II (Meriah) dapat dilaksanakan mulai dari pintu atau bagian depan gereja, lalu perarakan berlangsung di dalam gedung gereja.
  • Untuk cara III (Sederhana), karena tanpa perarakan, maka cukup diawali dengan nyanyian pembukaan dan dilanjutkan dengan Seruan Tobat, lalu Doa Pembuka Misa.
  • Untuk ritus perarakan Imam Selebran mengenakan korkap atau kasula warna merah. Jika mengenakan korkap, maka setelah perarakan-menjelang liturgi Sabda harus berganti, memakai kasula merah.
  • Secara historis daun palma, daun zaitun, daun lainnya, dan juga ranting-ranting dibawa umat dalam perarakan. Hingga kini jenis daun apa pun tidaklah dilarang untuk dibawa demi memeriahkan perarakan tersebut. Setelah Misa daun-daun itu dapat dibawa pulang dan disimpan di rumah masing-masing sebagai tanda kejayaan Kristus. Biasanya kemudian dipasang pada salib-salib Kristus di rumah.
  • Sebelum dibawa dalam perarakan, sebaiknya daun-daun itu dikumpulkan pada satu meja untuk diberkati. Setelah diberkati barulah dibagikan kepada umat yang hendak berarak mengikuti rombongan Imam.
  • Para pastur dan penanggung jawab liturgi harus berusaha sungguh-sungguh untuk menjamin agar perarakan itu dipersiapkan dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga dapat bermakna bagi hidup umat.
  • Jika terpaksa tidak dapat diselenggarakan Misa, maka dapatlah diadakan Ibadat Sabda saja, dengan tema “Yesus memasuki Yerusalem dan kesengsaraan-Nya”.

Susunan liturgi:
  1. Ritus Pembuka: Perarakan masuk, Tanda Salib-Salam, Pengantar, Pemberkatan Palma, Bait Pengantar Injil, Bacaan Injil, Homili Singkat, Perarakan Palma menuju gereja, Doa Pembuka di dalam gereja
  2. Liturgi Sabda: Bacaan I, Mazmur Tanggapan, Bacaan II, Bait Pengantar Injil, Pewartaan Injil, Homili, Syahadat (Credo), Doa Umat
  3. Liturgi Ekaristi
  4. Ritus Penutup

Bacaan:

Ritus Perarakan Palma : Injil: Kisah Yesus masuk Yerusalem.
  • Tahun A: Matius 21:1-11;
  • Tahun B: Markus 11:1-10 atau Yohanes 12:12-16;
  • Tahun C: Lukas 19:28-40.
Misa - Liturgi Sabda:
  1. Yesaya 50:4-7: Hamba Yahwe yang rela disiksa dan tabah.
  2. Filipi 2:6-11: Yesus yang merendahkan diri dan dimuliakan Allah.
  3. Injil: Kisah Sengsara Yesus Kristus Tuhan kita.
  • Tahun A: Matius 26:14-27:66 (panjang) atau 27:11-54 (singkat);
  • Tahun B: Markus 14:1-15:47 (panjang) atau 15:1-39 (singkat);
  • Tahun C: Lukas 22:14-23:56 (panjang) atau 23:1-49 (singkat).

Unsur khas:
  • Ritus Perarakan Palma menjadi Ritus Pembuka. Di dalamnya, sebelum perarakan dibacakan Injil yang mengisahkan peristiwa Yesus masuk Yerusalem. Sebelum pembacaan Injil ada pemberkatan daun-daun palma, baik dengan tanda salib maupun air suci.
  • Perarakan Yesus masuk Yerusalem dikenangkan dengan cara perarakan meriah dihiasi daun-daun palma yang dibawa oleh umat, mengikuti rombongan Imam dan para petugas liturgis lainnya.
  • Selama perarakan semua yang hadir menyanyikan lagu-lagu yang sesuai dengan tema, teristimewa dari Mazmur 23 dan 46, nyanyian khusus untuk menghormati Kristus sebagai Raja.
  • Pembawaan Kisah Sengsara harus diberi tempat istimewa dengan cara menyanyikannya atau membacakannya seturut cara tradisional, yakni oleh tiga orang (sebagai Kristus, Rakyat, Pencerita). Jika dinyanyikan peran Kristus sebaiknya dibawakan oleh Imam Selebran, diakon, atau petugas yang layak. Bila dibacakan, maka peran Kristus harus dibawakan oleh Imam.
  • Pembawaan Kisah Sengsara tanpa didampingi lilin dan dupa, juga tanpa tanda salib pada Buku Injil dan diri masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar