Senin, 18 April 2011

TRI HARI SUCI : KAMIS PUTIH

Makna :

  • Hari Kamis Putih: Hari ini adalah hari terakhir masa Prapaskah. Suasana pertobatan masih berlaku di sini. Maka, Kamis Putih pagi hari masih boleh diadakan Sakramen Rekonsiliasi/Tobat/Pengakuan dosa, namun sebaiknya sakramen ini sudah tidak diadakan lagi selama Trihari Paskah, meskipun tidak dilarang. Misa Krisma sebaiknya diadakan pada Kamis Putih pagi, namun karena alasan pastoral dapat dipindah pada hari-hari sebelumnya.
  • Misa Perjamuan Tuhan: Gereja memulai Trihari Paskah dan memperingati perjamuan malam terakhir Tuhan (pendirian/institusi Sakramen Ekaristi). Saat itu Yesus mempersembahkan Tubuh dan Darah-Nya sendiri dalam rupa roti dan anggur yang diberikan-Nya kepada para murid-Nya (perintah cinta persaudaraan). Yesus juga memerintahkan mereka dan para penggantinya dalam imamat untuk melestarikan kurban itu (tugas sakramen imamat).



Ketentuan liturgis:

  • Misa dirayakan sore hari, sesuai dengan keadaan setempat agar seluruh umat dapat hadir sepenuhnya; namun jika amat mendesak Uskup setempat dapat mengijinkan diadakan pada pagi hari bagi umat yang memang sungguh tidak mungkin hadir pada sore hari.
  • Tidak diadakan untuk kepentingan pribadi atau kelompok, dan tidak merugikan Misa utama, juga tidak boleh mengadakan Misa ini tanpa kehadiran umat.
  • Warna liturgi: putih, kuning, atau emas.
  • Sebelum Misa, jika ada tabernakel di tempat yang akan dipakai untuk Misa, tabernakel itu harus sudah dikosongkan.
  • Hosti-hosti baru disediakan untuk diberkati dan disantap pada Misa itu, juga untuk komuni pada Ibadat Jumat Agung esoknya.
  • Sakramen Mahakudus disimpan dalam tabernakel atau piksis atau sibori, janganlah sekali-kali dalam monstrans.
  • Tempat menyimpan Sakramen Mahakudus itu haruslah dihiasi secara sederhana (tidak berlebihan) untuk keperluan adorasi dan meditasi; namun jangan berupa kubur/makam, karena tempat itu semata-mata hanya untuk “menyimpan” Sakramen Mahakudus, bukan untuk “mengenangkan” pemakaman Tuhan.
  • Seusai Misa dilanjutkan dengan adorasi kepada Sakramen Mahakudus tadi, namun setelah jam 24.00 jangan ada lagi kemeriahan lahiriah dalam beradorasi kepada Sakramen Mahakudus, karena hari kesengsaraan Tuhan sudah dimulai.
  • Pemindahan Sakramen Mahakudus tidak perlu diadakan jika Ibadat Pengenangan Sengsara Tuhan (Jumat Agung) tidak akan diadakan di tempat yang sama.
  • Setelah Misa hendaknya setiap salib di dalam gereja diselubungi kain merah atau ungu, kecuali bila sudah diselubungi sebelumnya (sejak awal Masa Prapaskah/Rabu Abu atau sejak hari Sabtu sebelum Minggu Prapaskah V); di depan patung-patung orang kudus juga tidak boleh dinyalakan lampu.

Susunan liturgi:

  1. Ritus Pembuka: (seperti biasa: Perarakan, Tanda Salib-Salam, Pengantar, Ritus Tobat, Kemuliaan, Doa Pembuka)
  2. Liturgi Sabda: Bacaan I, Mazmur Tanggapan, Bacaan II, Bait pengantar Injil, Pewartaan Injil, Homili, Ritus Pembasuhan kaki, Doa Umat
  3. Liturgi Ekaristi (biasa)
  4. Perarakan Sakramen Mahakudus
  5. Adorasi dan meditasi di hadapan Sakramen Mahakudus

Bacaan:

• Keluaran 12:1-8, 11-14: Paskah orang-orang Yahudi.
• 1 Korintus 11:23-26: Pewartaan kematian Tuhan lewat makan roti dan minum dari piala.
• Yohanes 13:1-15: Perintah untuk saling mencintai dan melayani.

Unsur khas:
  • Selama dinyanyikan “Kemuliaan” lonceng gereja boleh dibunyikan sejauh tidak mengganggu keindahan lagu itu sendiri (setelahnya lonceng baru akan dibunyikan lagi pada Malam Paskah).
  • Sesudah homili ada ritus pembasuhan kaki keduabelas wakil umat (biasa disebut ritus Mandatum), simbol pelayanan dan cinta kasih Yesus Kristus. Tradisi ini harus dipertahankan dan diterangkan maknanya kepada umat.
  • Kolekte, derma-derma untuk orang miskin, atau hasil APP (Aksi Puasa Pembangunan) dapat diantar ke altar pada saat persiapan persembahan, mengiringi persembahan roti dan anggur.
  • Setelah Doa Sesudah Komuni diadakan pemindahan hosti-hosti (Sakramen Mahakudus) dalam sibori (bukan monstrans!) yang dibawa oleh Imam. Perarakan Sakramen Mahakudus ini diiringi lagu (misalnya: Tantum Ergo) dan diselingi penyembahan-penyembahan (berlutut) oleh umat yang ditandai bunyi (klothokan) kayu (bukan suara logam, mis: lonceng).
  • Tidak ada berkat dan pengutusan, lalu Imam dibantu para petugas menanggalkan kain-kain altar dan semua rangkaian bunga di panti imam.
  • Umat dianjurkan untuk bersembah sujud, berdoa, dan merenung (Injil Yohanes 13-17) di depan Sakramen Mahakudus, baik secara pribadi maupun dalam kelompok, entah secara bersama atau bergantian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar