Senin, 26 Desember 2011

Surat Kedua Rasul Paulus kepada Timotius

Penulis : Paulus
Tema : Bertekun dengan Ketabahan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 67

Latar Belakang

Inilah surat terakhir Paulus. Pada saat menulis surat ini, kaisar Nero sedang berusaha untuk menghentikan perkembangan kekristenan di Roma dengan penganiayaan yang bengis terhadap orang percaya; Paulus sekali lagi menjadi tahanan negara di Roma (2Tim 1:16). Dia menderita kekurangan sebagai seorang penjahat biasa (2Tim 2:9), ditinggalkan oleh kebanyakan sahabatnya (2Tim 1:15), dan sadar bahwa pelayanannya sudah berakhir dan kematiannya sudah dekat (2Tim 4:6-8,18).

Paulus menulis kepada Timotius sebagai "anakku yang kekasih" (2Tim 1:2) dan teman sekerja yang setia (bd. Rom 16:21). Hubungan yang erat serta kepercayaannya terhadap Timotius dilihat dalam halnya Paulus menyebutkan Timotius ikut terlibat dalam mengirimkan enam buah surat, kehadiran Timotius dengan Paulus dalam tahanan yang pertama (Fili 1:1; Kol 1:1; File 1:1) dan kedua surat pribadi kepadanya. Pada saat Paulus menghadapi kemungkinan dihukum mati adalah dekat, dua kali ia minta Timotius menemaninya di Roma (2Tim 4:9,21). Ketika Paulus mengirim surat kedua ini, Timotius masih berada di Efesus (2Tim 1:18; 2Tim 4:19).

Surat ini sebagian besar berisi nasihat-nasihat pribadi kepada Timotius. Inti nasihatnya ialah supaya Timotius tabah. Ia dinasihati dan didorong supaya terus setia menyebarkan berita tentang Tuhan Yesus Kristus serta berpegang pada Perjanjian Lama dan ajaran tentang Injil dari Tuhan; juga supaya Timotius tetap bertugas sebagai guru dan pemberita Injil dari Tuhan, sekalipun menghadapi penderitaan dan pertentangan. Surat ini dimaksudkan agar Timotius semangat mengabarjan firman Tuhan dan menjadi penerus Paulus. Timotius khusus diperingatkan supaya tidak turut campur dalam perdebatan-perdebatan yang bodoh dan tak bernilai. Perdebatan-perdebatan seperti itu tidak menghasilkan apa-apa, kecuali merusak pikiran orang yang mendengarnya.

Terhadap semuanya itu Timotius diingatkan supaya mengambil contoh dari kehidupan Paulus -- yaitu kepercayaannya kepada Kristus, kesabarannya, kasihnya, ketabahannya dan penderitaan yang dialaminya dalam penganiayaan. Surat ini diasumsikan ditulis pada saat Paulus mencapai akhir masa kehidupannya dan melalui surat ini, Paulus berharap Timotius menjadi penerusnya.

Jumat, 23 Desember 2011

EKARISTI: Tatacara Ibadah yang Diajarkan oleh Para Rasul dan Jemaat Perdana

Seringkali terdengar pertanyaan yang mempertanyakan dan meragukan bahwa tatacara ibadah yang dilakukan oleh umat Gereja Katolik setiap hari Minggu - yaitu Perayaan Ekaristi - adalah hanya 'rekayasa', tidak memiliki dasar Alkitabiah dan tidak diajarkan/diwariskan oleh para Rasul. Untuk sekedar memberi gambaran bahwa tatacara Perayaan Ekaristi adalah benar ajaran dan warisan Para Rasul dan telah dikenal sejak Jemaat Perdana, ada baiknya kita mengenal dan mengetahui sedikit tulisan St. Yustinus (martir). Saya sungguh bersyukur bahwa St. Yustinus menjadi nama baptis saya. Suatu kebanggaan tersendiri bahwa St. Yustinus yang hidup di awal-pertengahan Abad II adalah salah satu orang kudus yang menulis tentang tata ibadah yang selalu diadakan oleh Jemaat Perdana, sehingga daripadanya kita mengenal bagaimana Jemaat Perdana (Kisah Para Rasul) melakukan kebaktian/ibadah.


St. Yustinus Martir adalah seorang Bapa Gereja di abad awal yang menulis tentang pengajaran iman Kristiani. Ia adalah seorang filsuf Kristen dan seorang apologist, kelahiran Flavia Neapolis yang wafat 165 AD sebagai martir di Roma. Setelah pertobatannya menjadi Kristen St. Yustinus mengajar di Efesus sampai tahun 135, maka diperkirakan ia mempelajari tentang iman Kristen di sana, kemungkinan dari para murid Rasul Yohanes yang hidup di Efesus. Buku St. Yustinus yang terkenal antara lain adalah First Apology, yang di dalamnya memuat ajaran tentang Ekaristi dan Liturgi. Dalam bab 61-67 St. Yustinus menuliskan secara ringkas tentang tata cara penyembahan Kristiani. Ia memulai dengan Liturgi Baptisan yang disebutnya dengan “Penerangan” (illumination). Pada bab 65-66, ia menuliskan tentang Ekaristi demikian:

Kamis, 22 Desember 2011

Penggenapan Kitab Wahyu dalam Perayaan Ekaristi (II)

Saya berdiri di sana dengan sembunyi-sembunyi, seorang pendeta Protestan dalam pakaian preman, menyelinap masuk ke bagian belakang sebuah kapel Katolik di Milwaukee untuk menyaksikan Misa Kudus saya yang pertama. Rasa ingin tahu telah membawa saya kesana, dan saya masih ragu bahwa ini adalah rasa ingin tahu yang sehat. Selama mempelajari tulisan-tulisan umat Kristen perdana, saya menemukan referensi yang tak terhitung banyaknya kepada "LITURGI", "EKARISTI", "KURBAN". Bagi umat Kristen perdana tersebut, Alkitab, buku yang paling saya cintai, tidak bisa terlepaskan dari acara ritual yang sekarang ini oleh umat Katolik disebut sebagai "Misa Kudus".

Saya ingin memahami pemikiran umat Kristen perdana, akan tetapi saya tidak punya pengalaman sedikitpun menyangkut liturgi. Jadi saya membujuk diri saya sendiri untuk pergi dan melihat, semacam latihan akademis, tetapi dengan tetap bersikeras bahwa saya tidak akan berlutut ataupun ikut mengambil bagian dalam penyembahan berhala ini.

Saya mengambil tempat duduk di bagian yang terlindung, di barisan yang paling belakang dari kapel di lantai dasar tersebut. Di depan saya ada sekelompok umat Katolik yang lumayan jumlahnya, laki-laki dan perempuan dari segala umur. Sikap mereka sewaktu berlutut mengesankan saya, seperti juga agaknya konsentrasi mereka sewaktu berdoa. Kemudian sebuah bel berbunyi dan mereka semua berdiri ketika imam (romo/father) muncul dari pintu yang terletak di samping altar.

Tidak tahu mesti berbuat apa, saya tetap duduk. Selama bertahun-tahun sebagai evangelis dari aliran Calvinis, saya telah diajarkan untuk percaya bahwa Misa Kudus adalah penghinaan terbesar yang dilakukan oleh manusia (terhadap iman Kristiani). Saya telah diajarkan bahwa Misa Kudus adalah ritual yang dibuat untuk "mengurbankan kembali Yesus Kristus." Jadi saya akan tetap sebagai seorang pengamat. Saya akan tetap duduk dengan Alkitab saya terbuka di samping saya.

Penggenapan Kitab Wahyu dalam Perayaan Ekaristi (I)

Dari segala hal seputar iman Katolik, tidak ada hal lain yang lebih kita kenal lebih daripada Misa Kudus. Dengan doa-doa yang sudah sangat tua usianya, himne-himne, posisi kita pada waktu Misa, Misa Kudus seperti layaknya kita di rumah sendiri. Akan tetapi banyak sekali umat Katolik menghabiskan seumur hidupnya tanpa mampu melihat lebih daripada mengucapkan doa-doa yang sudah dihafalkan. Sangat sedikit sekali dari umat Katolik bisa mengintip DRAMA SUPERNATURAL yang LUAR BIASA sewaktu mereka mengikuti ritual Misa Kudus setiap hari Minggunya. Sri Paus Yohanes Paulus II menyebutkan bahwa Misa Kudus adalah "Surga di bumi", sambil menjelaskan bahwa "liturgi yang kita rayakan di bumi adalah partisipasi yang misterius dari liturgi surgawi."

Misa Kudus begitu sangat kita kenal. Di lain pihak, Kitab Wahyu tampak asing dan penuh teka-teki. Halaman demi halaman mengisahkan gambaran-gambaran yang menyeramkan: peperangan, wabah penyakit, binatang-binatang dan malaikat-malaikat, sungai darah, katak jadi-jadian, dan naga berkepala tujuh. Dan figur yang paling baik adalah anak domba yang bertanduk tujuh dan bermata tujuh. "Kalau ini baru kulitnya saja", demikian sebagian umat Katolik berkata, "Saya rasa saya tidak ingin melihat lebih jauh."

Dalam buku ini, saya ingin menawarkan sesuatu yang sangat sulit dicerna. Saya akan mengatakan bahwa KUNCI untuk memahami Misa Kudus tidak lain adalah Kitab Wahyu, dan lebih jauh lagi, bahwa Misa Kudus adalah SATU-SATUNYA cara umat Kristen bisa memahami isi Kitab Wahyu.

Kalau Anda tidak percaya, anda mesti tahu bahwa anda tidak sendirian. Ketika saya mengatakan kepada seorang teman bahwa saya sedang menulis tentang Misa Kudus sebagai kunci (untuk memahami) Kitab Wahyu, dia tertawa dan berkata, "Kitab Wahyu? Itu kan cuma berisi hal-hal yang aneh."

Rabu, 21 Desember 2011

Dasar Alkitabiah Sakramen Pengampunan Dosa

Pada masa adven ini, beberapa umat Gereja Katolik mengaku sudah tidak melakukan pengakuan dosa kepada imam selama bertahun-tahun, karena mereka beranggapan dan terpengaruh oleh pendapat bahwa tidak diperlukan pengakuan dosa bagi pengampunan dosa, lagipula tidak ada dasar Alkitab tentang Sakramen tersebut. Sehubungan dengan hal ini, beberapa pertanyaan sering dilontarkan kepada Gereja Katolik tentang Penerimaan Sakramen Pengampunan Dosa atau Sakramen Tobat, yaitu: "Mengapa dalam Gereja Katolik ada Sakramen Tobat?" Dua alasan yang sering diajukan adalah :

Bukankah hanya Allah yang berkuasa mengampuni dosa?, dasarnya adalah Mark 2:7 dan 1 Yoh 1:9 dst.
Terhadap hal ini Gereja dapat memberikan keberatan antara lain:
  • Bila kita melihat konteks dari Mark 2:7 "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" Jelas disana ungkapan dari musuh-musuh Yesus, yang menganggap Ia menghujat Allah
  • Bila kita melihat konteks 1 Yoh 1:9 "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." Jadi jelas bahwa disini mengandung arti bahwa Allah selalu bersedia untuk mengampuni dosa kita bila kita mengaku dosa dan tidak ada larangan untuk mengakukan dosa kepada Imam atau apapun yang akan kita bahas pada paragraf selanjutnya nanti.
Bukankah dosa itu urusan pribadi Allah dengan kita??.......
Terhadap hal ini kita dapat menjawab bahwa dosa menjadi urusan Gereja karena kita dengan Gereja seluruhnya adalah tubuh mistik Kristus bila kita berdosa yang merasakan akibat dosa itu tidak hanya kita tetapi juga Gereja. Berikut beberapa contoh hal tersebut dalam kitab suci:
  • 1 kor 5:1-5 berbicara tentang Paulus yang menghukum orang yang menikah dengan isteri ayahnya dan memerintahkan supaya orang tersebut dikucilkan dari jemaat dengan maksud supaya pada akhirnya jiwanya diselamatkan.
  • 2 Kor 2:5-11 berbicara tentang Paulus (dan jemaat Korintus) yang mempunyai wewenang untuk mengampuni dosa seorang anggota jemaat.
  • Mat 18:15-20 berbunyi, "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia di bawah empat mata ... Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat."
Ayat-ayat ini mengandaikan bahwa jemaat memiliki kuasa untuk mengadili dan mengampuni dosa anggota jemaat. Ayat-ayat di atas menunjukkan dengan jelas bahwa dosa bukanlah soal pribadi antara si pendosa dan Allah saja! Itu urusan Gereja juga.

Selasa, 20 Desember 2011

Tatacara Pengakuan Dosa dengan Baik dan Benar

Konsili Vatikan II menetapkan bahwa “Upacara dan rumus untuk Sakramen Tobat hendaknya ditinjau kembali sedemikian rupa, sehingga hakekat dan buah sakramen terungkap secara lebih jelas” (Sacrosanctum Concilium, no. 72). Oleh karena itu, Kongregasi untuk Ibadat menerbitkan Ritus Sakramen Tobat pada tahun 1973. Ritus yang baru ini menambahkan pilihan doa-doa, menyediakan bacaan dari Kitab Suci serta memperkenalkan “pelayanan-pelayanan Sakramen Tobat” dengan pengakuan pribadi. Namun demikian, ketentuan tersebut menetapkan, “bagi para imam, dan khususnya para imam paroki dalam melayani individual maupun komunitas, hendaknya menyesuaikan ritus dengan kondisi konkrit peniten (no. 40)”. Sebab itu, pada hari Sabtu sore dengan antrian peniten menunggu giliran mengaku dosa, imam paroki dapat menggunakan ritus yang lebih “efisien”, yang mencakup format tradisional yang biasa dipergunakan dalam pengakuan.

PEMERIKSAAN BATIN

Pengakuan dosa dalam Penerimaan Sakramen Tobat haruslah dimulai dengan pemeriksaan batin. Selalu mulai dengan mengingat. Pikirkan orang-orang yang ada di sekitar kita. Mungkin diawali dengan keluarga. Kemudian yang lainnya juga: sanak saudara, tetangga, rekan sekerja, teman sekolah, orang yang kita potong jalannya di jalan raya minggu lalu, dan sebagainya, dan sebagainya. Pikirkan tentang kejadian-kejadian baru-baru ini dalam hidup kita yang melibatkan orang-orang tersebut. Pengaruh apakah yang kita berikan kepada mereka? Apakah yang telah kita lakukan sehingga menyakiti mereka? Juga, apakah yang seharusnya kita lakukan, tetapi tidak kita lakukan? Adakah seseorang yang membutuhkan pertolongan dan kita tidak menawarkan pertolongan?

Sekarang tarik mundur ingatan agak sedikit jauh ke belakang. Kemungkinan kita tidak melakukan suatu dosa besar atau “dosa berat”, tetapi adakah dosa-dosa yang merupakan kebiasaan, yang kita lakukan dan lakukan lagi. Setetes air hujan mungkin tidak berarti, tetapi jika tetesan-tetesan itu ditampung untuk jangka waktu yang lama, maka tetesan hujan itu dapat mengakibatkan banjir! Suatu ejekan, yang kecil dan sepele - jika diulang dan diulang- dapat menjadi gunung kebencian.
Pada umumnya kita lupa akan sebagian besar perkara yang kita lakukan. Oleh karena itulah suatu sarana sederhana diperlukan untuk membantu. Sarana itu disebut “Pemeriksaan Batin” yaitu suatu daftar pertanyaan untuk diajukan kepada diri sendiri sebelum kita mengaku dosa. Suara Batin atau Hati Nurani adalah kesadaran moral atau etik atas kelakuan kita dengan dorongan untuk memilih yang baik dari yang jahat. Suara batin haruslah dibentuk dalam terang Sabda Allah, yaitu melalui Gereja.

Minggu, 18 Desember 2011

Pesan Natal PGI-KWI 2011

PESAN NATAL BERSAMA
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI) dan
KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI) 
TAHUN 2011

“Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar” 
(Yes. 9:1a)

Saudara-saudari yang terkasih,
segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada,

Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.

Kembali kita sudah berada pula di dalam suasana perayaan kedatangan Dia, yang dahulu sudah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya sebagai “seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah diberikan untuk kita, lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja damai.” (Yes. 9:5). Tokoh inilah yang disebutnya juga di dalam nubuatan itu sebagai “Terang yang besar” dan “yang dilihat oleh bangsa-bangsa yang berjalan dalam kegelapan” (bdk. Yes. 9:1a). Inilah Kabar Gembira tentang kedatangan Sang Juruselamat Yesus Kristus Tuhan kita,, yang dahulu disampaikan oleh para malaikat di padang Efrata kepada para gembala (bdk Luk.2:8-12), dan sekarang disampaikan juga kepada kita semua di sini.

Para gembala di padang Efrata, orang-orang kecil, sederhana dan terpinggirkan di jaman Lukas, menanggapi sapaan ilahi “Jangan takut” (Luk. 2:10) dengan saling mengajak sesama yang dekat dan senasib dengan mereka dengan mengatakan satu sama lain: “Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita” (Luk. 2:15). Para Majus dari Timur, telah menempuh perjalanan jauh sampai ke Yerusalem untuk mencari dan mendapatkan Dia ini, karena “Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia” (Mat. 2:2). Sayang sekali, bahwa di samping para gembala dan para majus dari Timur ini ada juga Raja Herodes, yang juga mendapat tahu tentang kedatangan Dia ini, tetapi dengan berpura-pura mau datang menyembah-Nya, tetapi sebenarnya bermaksud membunuh-Nya dan ketika niat jahatnya ini gagal ia malah melakukan kejahatan lain dengan membunuh anak-anak tak bersalah dari Bethehem (lih. Mat. 2: 8, 10-12).

Sabtu, 17 Desember 2011

Menghirup Udara Katolik

Oleh : David Palm

Saya dan istri dibesarkan sebagai Protestan Evangelikal, dan jika anda memberitahu kami setahun yang lalu bahwa kami akan menjadi Katolik sekarang, kami pasti akan tertawa. Menjadi Katolik bukan merupakan prospek yang kami sukai. Ketika kami pertama kali mulai dipengaruhi secara positif menyangkut hal-hal Katolik, perasaan kami bisa digambarkan sebagai berikut: "Kami telah bertemu sang musuh, dan ialah diri kami sendiri."

Saya menyesal harus menggambarkan hubungan antara kelompok Protestan Evangelikal tertentu dan Gereja Katolik dalam bahasa yang bermusuhan, tetapi demikianlah adanya ketika kami dibesarkan. Kami diajarkan bahwa Gereja Katolik telah merampas kedudukan Alkitab dengan menambahkan lapisan demi lapisan "tradisi manusia" terhadapnya dan bahwa Gereja Katolik menipu berjuta-juta orang dengan mengajarkan mereka bahwa mereka diselamatkan oleh perbuatan baik. Kami adalah Protestan yang setia. Tetapi sekarang, oleh rahmat Tuhan, kami telah melihat bahwa hanya dalam Gereja Katolik ada keutuhan iman Kristiani.

Perjalanan spiritual saya menuju iman Katolik dimulai ketika selesai dari akademi, saya masuk sebuah seminari Protestan Evangelikal yang ternama: Trinity Evangelical Divinity School. Seminari ini sangat terkenal di kalangan Evangelikal karena komitmennya kepada Alkitab sebagai satu-satunya otoritas bagi iman dan praktek Kristiani. Baik pengajar maupun mahasiswa/i-nya dengan keras dan tegas membela otoritas, inspirasi, dan kebenaran Alkitab. Hal ini tidak dilakukan secara tidak intelektual seperti gaya kaum "Fundamentalis". Kami mempelajari bahasa Yunani dan Ibrani, metode eksegesis dan prinsip-prinsip hermenetik (metode penafsiran Alkitab), sejarah dan teologi. Kami membaca karya-karya para teologis liberal dan belajar untuk berdebat dengan mereka dengan memakai argumentasi-argumentasi mereka. Pendeknya, kami menganggap urusan Alkitab suatu urusan yang sangat serius. Sungguh suatu lingkungan yang memberi dorongan bagi kami untuk menggunakan daya pikir kami sendiri dan memformulasikan posisi-posisi teologis yang punya dasar kuat dengan bukti-bukti objektif yang tersedia dalam Alkitab.

Yang menarik adalah bahwa kami tidak pernah membaca tulisan-tulisan para Bapa Gereja Perdana, dan juga termasuk teolog Katolik manapun kecuali Santo Agustinus (karena dia dianggap sebagai semacam pendahulu Calvinisme) dan Santo Thomas Aquinas (karena dampak tulisannya terhadap pemikiran Kristen sangat menonjol sehingga sulit untuk diabaikan). Pada umumnya kami melompat dari jaman para Rasul langsung ke jaman reformasi Protestan, sehingga pengalaman saya terhadap ide-ide Katolik sungguh nyaris tidak ada sama sekali. Akan tetapi ada dua hal yang sangat mempengaruhi pemikiran saya terhadap Katolikisme, meskipun saya tidak menyadarinya pada waktu itu.

Jumat, 16 Desember 2011

Surat Pertama Paulus kepada Timotius

Penulis : Paulus
Tema : Doktrin yang Benar dan Kesalehan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 65 M

Latar Belakang

Surat 1 dan 2 Timotius dan Titus -- biasanya disebut sebagai "Surat-Surat Penggembalaan", adalah surat-surat dari Paulus (1Tim 1:1; 2Tim 1:1; Tit 1:1) kepada Timotius (di Efesus) dan Titus (di Kreta) mengenai pelayanan pastoral di gereja. Beberapa pengeritik telah mempersoalkan kepenulisan Paulus atas surat ini, namun gereja mula-mula dengan tegas menempatkannya sebagai surat-surat Paulus yang asli. Walaupun ada perbedaan gaya penulisan dan kosakata dalam Surat-Surat Penggembalaan dibanding dengan surat kiriman lain dari Paulus, usia lanjut dan perhatian pribadi Paulus terhadap pelayanan Timotius dan Titus dapat menerangkan perbedaan ini dengan cukup menyakinkan.

Paulus menulis surat 1 Timotius sesudah peristiwa-peristiwa yang tercantum dalam pasal terakhir Kisah Para Rasul. Hukuman penjara yang pertama kali dialami Paulus di Roma (Kis 28:1-30) rupanya berakhir dengan kebebasan (2Tim 4:16-17). Setelah itu, menurut keterangan Klemens dari Roma (sekitar tahun 96 M) dan Kanon Muratoria (sekitar tahun 170 M), Paulus meninggalkan Roma menuju ke arah barat ke Spanyol dan di sana melaksanakan pelayanan yang sudah lama dicita-citakannya (bd. Rom 15:23-24,28). Berdasarkan data dalam Surat-Surat Penggembalaan ini, Paulus kemudian kembali ke daerah Laut Aegea (khususnya Kreta, Makedonia, dan Yunani) untuk pelayanan selanjutnya. Sementara waktu ini (sekitar tahun 64-65 M), Paulus menugaskan Timotius sebagai wakil rasuli untuk melayani di Efesus, dan Titus di Kreta. Dari Makedonia, Paulus menulis surat yang pertama kepada Timotius, dan beberapa waktu kemudian dia menulis kepada Titus. Setelah itu, Paulus kembali ditawan di Roma, ketika dia menulis surat yang kedua kepada Timotius, tidak lama sebelum dia mati sebagai martir pada tahun 67\\68 M (lihat 2Tim 4:6-8).

Tujuan

Paulus mempunyai tiga maksud ketika menulis surat ini:

(1) menasihati Timotius sendiri mengenai kehidupan pribadi dan pelayanannya;

(2) mendorong Timotius untuk mempertahankan kemurnian Injil dan standarnya yang kudus dari pencemaran oleh guru palsu; dan

(3) memberikan pengarahan kepada Timotius mengenai berbagai urusan dan persoalan gereja di Efesus.

Kamis, 15 Desember 2011

LUKISAN YANG RUSAK

Peristiwa atau masalah seberat apapun tidaklah terlalu penting, yang penting adalah bagaimana respon kita terhadap masalah itu.
===================================================

Di Eropa ada seorang pelukis terkenal sedang menyelesaikan lukisannya. Lukisan ini adalah lukisan yang sangat bagus dan akan diperlihatkan pada saat pernikahan Seorang Raja terkenal. Sang pelukis sangat senang ketika menyelesaikan lukisannya dan memandangi lukisannya yang berukuran 2x8m dan sambil memandanginya pelukis tersebut tanpa disadari telah berjalan mundur. Dan ketika berjalan mundur pelukis tersebut tidak melihat ke belakang. Dia terus berjalan mundur hingga di belakangnya adalah ujung dari gedung tersebut yang tinggi sekali dan tinggal satu langkah lagi dia akan mengakhiri hidupnya.


Salah seorang melihat pelukis tersebut dan hendak berteriak untuk memperingatkan pelukis tersebut tapi tidak jadi karena dia berpikir mungkin ketika mendengar teriakannya, pelukis itu akan kaget dan malah jatuh ke belakang. Kemudian orang tersebut mengambil kuas dan cat yang berada di depan lukisan tersebut lalu mencoret-coret lukisan tersebut sampai rusak. Pelukis tersebut sangatlah marah dan maju hendak memukul orang tersebut. Tetapi beberapa orang yang ada di situ menghadang dan
memperlihatkan posisi pelukis tadi yang nyaris jatuh.


Rabu, 14 Desember 2011

DASAR ALKITABIAH SYAHADAT PANJANG

Syahadat Nicea-Konstantinopelatau yang lebih dikenal sebagai Syahadat Panjang dapat ditemukan dalam Buku Puji Syukur No.2. Selengkapnya berbunyi :

Aku percaya akan satu Allah,
Bapa yang mahakuasa,
pencipta langit dan bumi,
dan segala sesuatu yang kelihatan
dan tak kelihatan;

dan akan satu Tuhan Yesus Kristus,
Putra Allah yang tunggal.
Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad,
Allah dari Allah,
Terang dari Terang,
Allah benar dari Allah benar.
Ia dilahirkan, bukan dijadikan,
sehakikat dengan Bapa;
segala sesuatu dijadikan oleh-Nya.
Ia turun dari surga untuk kita manusia
dan untuk keselamatan kita.
Ia dikandung dari Roh Kudus,
Dilahirkan oleh Perawan Maria, dan menjadi manusia.
Ia pun disalibkan untuk kita, waktu Pontius Pilatus;
Ia menderita sampai wafat dan dimakamkan.
Pada hari ketiga Ia bangkit menurut Kitab Suci.
Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa.
Ia akan kembali dengan mulia,
mengadili orang yang hidup dan yang mati;
kerajaan-Nya takkan berakhir.

Aku percaya akan Roh Kudus,
Ia Tuhan yang menghidupkan;
Ia berasal dari Bapa dan Putra,
yang serta Bapa dan Putra,
disembah dan dimuliakan;
Ia bersabda dengan perantaraan para nabi.
aku percaya akan Gereja
yang satu, kudus, katolik dan apostolik.
aku mengakui satu pembaptisan
akan penghapusan dosa.
aku menantikan kebangkitan orang mati
dan hidup di akhirat.
amin.

Berikut adalah dasar alkitab Syahadat Nicea Konstantinopel :

Selasa, 13 Desember 2011

Saran Nyanyian Liturgi Tahun 2012 (Tahun B)

27 November 2011: MINGGU ADVEN I
Bacaan: Yes. 63:16b-17; 64:1,3b-8; Mzm. 80:2ac,3b,15-16,18-19; 1 Kor. 1:3-9; Mrk,13:33-37
Saran Nyanyian: PS 437, 438, 441, 443, 445, 718, 720, 865, 951

4 Desember 2011: MINGGU ADVEN II
Bacaan: Yes. 40:1-5,9-11; Mzm. 85:9ab-10,11-12,13-14; 2 Ptr. 3:8-14; Mrk. 1:1-8
Saran Nyanyian: PS 439, 443, 444, 445, 449, 598, 718, 815, 962

11 Desember 2011: MINGGU ADVEN III
Bacaan: Yes. 61:1-2a,10-11; Luk. 1:46-48,49-50,53-54; 1 Tes. 5:16-24; Yoh. 1:6-8,19-28
Saran Nyanyian: PS 326, 440, 448, 449, 674, 720, 840, 960

18 Desember 2011: MINGGU ADVEN IV
Bacaan: 2Sam. 7:1-5,8b-12,14a,16; Mzm. 89:2-3,4-5,27,29; Rm. 16:25-27; Luk. 1:26-38
Saran Nyanyian: PS 440, 445, 448, 449, 450, 549, 720, 721, 868, 955

25 Desember 2011: MINGGU, MALAM NATAL
Bacaan: Yes. 9:1-9; Mzm. 96:1-2a,2b-3,11-12,13; Tit. 2:11-14; Luk. 2:1-14
Saran Nyanyian: PS 451, 452, 453, 454, 455, 456, 459, 806, 953

HARI RAYA NATAL (Siang)
Bacaan: Yes. 52:7-10; Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4,5-6; Ibr. 1:1-6; Yoh. 1:1-18
Saran Nyanyian: PS 460, 461, 462, 463, 465, 466, 476, 806, 953

30 Desember 2011: JUMAT, PESTA KELUARGA KUDUS: YESUS, MARIA, YUSUF
Bacaan: Kej. 15:1-6; 21:1-3; Mzm. 105:1b-2,3-4,5-6,8-9; R:7a,8a; Ibr. 11:8,11-12,17-19; Luk. 2:22-40
Saran Nyanyian: PS 463, 464, 465, 466, 467, 608, 613, 614, 845, 962

1 Januari 2012: MINGGU, HARI RAYA S,P, MARIA BUNDA ALLAH
Bacaan: Bil. 6:22-27; Mzm. 67:2-3,5,6,8; Ul:2a; Gal. 4:4-7; Luk. 2:16-21
Saran Nyanyian: PS 454, 455, 466, 475, 476, 477, 633, 809, 990,

8 Januari 2012: MINGGU, HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN
Bacaan: Yes. 60:1-6; Mzm. 72:1-2,7-8,10-11,12-13; Ul:11; Ef. 3:2-3a,5-6; Mat. 2:1-12
Saran Nyanyian: PS 455, 472, 473, 475, 494, 549, 807, 951,

9 Januari 2012: SENIN, Pesta Pembaptisan Tuhan
Bacaan: Yes. 55:1-11; Yes. 12:2-3,4bcd,5-6; Ul:3; 1Yoh. 5:1-9; Mrk. 1:7-11
Saran Nyanyian : PS 424, 425, 475, 586 (bait 3-4), 591, 594, 864, 991,

Minggu, 11 Desember 2011

MENGHAYATI NATAL DALAM 3 MISA NATAL

Saat ini Natal telah banyak terkontaminasi dengan hal-hal sampingan yang sebenarnya jauh dari nilai-nilai Natal yang sebenarnya. Sesungguhnya tidak ada hal yang lebih berharga dalam merayakan kelahiran Sang Juru Selamat kita Yesus Kristus selain dengan menghayatinya dalam rangkaian Perayaan Ekaristi Natal. Dalam liturgi resmi Gereja Katolik rangkaian Perayaan Natal dirayakan dengan tiga kali Misa Natal:
  • Misa tengah malam, 
  • Misa subuh dan 
  • Misa siang.
Misa tengah malam, yang juga disebut “misa para malaekat” menandai dimulainya Hari Natal. Dalam misa ini diingat peran para malaekat dengan “gloria in excelsis Deo”. Penyelenggaraannya pada tengah malam sudah menjadi tradisi atau kebiasaan lama di dalam Gereja dan penuh makna. Pertama-tama, hal ini berkaitan dengan keyakinan tradisional bahwa Kristus lahir pada tengah malam. Kedua, dari kegelapan material di sekitar kita, kita diingatkan akan kegelapan rohani yang hanya dapat dihalau oleh Kristus, Sang Terang Sejati.

Misa malam natal ini pada mulanya dirayakan di oratorium praesepis di Gereja St Maria Agung (Maria Maggiore) di Roma, suatu gereja yang secara langsung dihubungkan dengan basilik di Betlehem. Di grotto di bawah altar utamanya terdapat sepotong kayu, yang disimpan rapih di dalam kotak kaca dan yang diyakini berasal dari palungan asli di mana Yesus lahir.

Perayaan misa tengah malam ini dirayakan atas cara berbeda sesuai kebiasaan setiap negara. Misalnya, di Perancis setelah misa ini keluarga berkumpul untuk “reveillon”, makan malam bersama dengan hidangan-hidangan tradisional. Ada keluarga-keluarga yang meletakkan patung Kanak-kanak Yesus di kandang sepulang dari misa dan sering kepala keluarga membacakan Injil di depan kandang atau di meja makan.

Sabtu, 10 Desember 2011

Menjadi Pribadi yang Luar Biasa

~Ketika kerjamu tidak dihargai
» maka saat itu kau sedang belajar tentang: » Κ E Τ U L U Ș A N «

~Ketika usahamu dinilai tidak penting
» maka saat itu kau sedang belajar tentang: » Κ E I Κ Н L A Ș A N «

~Ketika hatimu terluka sangat dalam,
» maka saat itu kau sedang belajar tentang: » М E М A A F Κ A N «

~Ketika kau harus " Lelah & kecewa "
» maka saat itu kau sedang belajar tentang: » Κ E Ș U И G G U Н A N «

~Ketika kau merasa "sepi & sendiri "
» maka saat itu kau sedang belajar tentang: » Κ E Τ A И G G U Н A N «

~Ketika kau harus "membayar biaya
yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung"
» maka saat itu kau sedang belajar tentang: » KEMURAH-HATIAN «

Jumat, 09 Desember 2011

SAAT MEMBERI SAAT MENERIMA

Saat engkau meneguhkan hati sahabatmu yang berada dalam ketakutan, sebenarnya engkau pun sedang menerima ketakutannya. Saat ketakutannya engkau terima, saat itulah juga, engkau mengganti ketakutannya dengan keberanianmu.

Saat isterimu mengandung anakmu, isterimu memberi makan janin itu lewat tali pusar dalam rahimnya; selama dalam kandungannya itulah, sebagai suami isteri, kalian sebenarnya menerima seorang manusia yang sudah pasrah total untuk diperlakukan apapun juga: mau serius dicintai, dirawat ataupun tidak! Itulah caranya seorang bayi dalam kandungan ibunya mencintai ibu dan ayahnya, bukan dengan memberi tapi menerima apapun perlakuan orang tuanya.

Saat engkau memberikan uang belanja kepada isterimu, saat itu jugalah engkau sebenarnya menerima kerendahan hati isterimu untuk diberi nafkah hidup.

Saat engkau merawat suami, isteri dan anak-anakmu yang sedang sakit, saat itulah juga engkau belajar menerima keterbatasan kesehatan mereka, sehingga engkaupun belajar kerepotan agar hidup tetap berlangsung.

Saat engkau marah kepada anak-anakmu, saat itu juga engkau menerima telinga anak-anakmu untuk mendengarkan kata-katamu dengan penuh kesabaran, walaupun menyakitkan sekalipun.

Saat engkau marah kepada pasangan hidupmu, dan karena itu dia diam, saat itu jugalah engkau menerima kesediaannya menerima kata-kata kasar, mungkin pedas, dan menyakitkan, sampai pasanganmu tidak sanggup untuk membalasnya.

PERSEPULUHAN MENURUT GEREJA KATOLIK

Kita sering mendengar mengenai persepuluhan yang dipraktekkan oleh beberapa Gereja. Sementara Gereja Katolik sendiri tidak mewajibkan persepuluhan kepada umatnya. Sebenarnya apakah yang dimaksud dengan persembahan persepuluhan dan bagaimana itu dilaksanakan umat Perjanjian Lama. Mengapa orang Kristen tidak wajib lagi melakukannya? Lalu darimanakah Gereja bisa mendapatkan dana untuk kelangsungan karya pelayanannya?

Makna Persepuluhan

Praktek persepuluhan sebenarnya tidak hanya dilakukan oleh orang Israel. Bangsa-bangsa Mesopotamia kuno juga mempraktekkan hukum persepuluhan untuk dipersembahkan kepada raja atau dewa-dewi mereka. Agaknya Abraham yang berasal dari tanah Ur-Kasdim cukup familiar dengan kebiasaan ini sehingga saat menang perang dia mempersembahkan 10% dari hasil jarahannya kepada Melkisedek, imam-raja Salem, yang menjadi sekutunya (Kej 14:20). Angka 10 di sini adalah lambang dari totalitas atau kepenuhan dalam sistem numerik mereka. Maka bila mempersembahkan 10%, hal ini bermakna mempersembahkan keseluruhannya.

Sementara persembahan persepuluhan dalam Perjanjian Lama bermakna untuk mengingatkan bangsa Israel bahwa segala harta yang mereka peroleh itu berasal dari Tuhan sendiri (bdk. Ul 12:10-11). Dengan mempersembahkannya, mereka hendak mengucap syukur atas semua anugerah itu.

Praktek Persepuluhan dalam Taurat

Dalam bangsa Israel persepuluhan dimaksudkan agar kaum Lewi (Bil 18:21) dan para imam (Bil 18:26-28) yang tidak mendapat jatah tanah, bisa tetap hidup. Yang harus dipersembahkan adalah sepersepuluh dari hasil bumi dan ternak (Im 27:30.32). Dimana mesti dimakan dan siapa saja yang boleh menikmati persembahan persepuluhan ini?

Ternyata ada praktek yang berbeda:
Pada tahun pertama dan kedua, persembahan persepuluhan itu dibawa ke tempat ibadah – yang menikmati adalah si pembawa persembahan, anak laki-laki dan perempuannya, hamba laki dan perempuannya, dan kaum Lewi yang di tempatnya (Ul 14:22-28). Jadi, tidak hanya kaum Lewi, melainkan keluarga si pembawa persembahan juga. Pada tahun ketiga persembahan persepuluhan itu tidak dibawa ke tempat ibadah, tetapi hanya diletakkan di pintu gerbang kota masing-masing dengan maksud agar orang Lewi, orang asing, anak yatim dan janda bisa menikmatinya (Ul 14:28-29). Jadi, pada tahun ketiga ini juga terdapat dimensi sosial untuk mereka yang kurang beruntung.

Sabtu, 19 November 2011

Naskah Gulungan Laut Mati

Naskah Laut Mati terdiri dari lebih kurang 900 dokumen, termasuk teks-teks dari Kitab Suci Ibrani, yang ditemukan antara tahun 1947 dan 1956 dalam 11 gua di Wadi Qumran dan sekitarnya (dekat reruntuhan pemukiman kuno Khirbet Qumran, di sebelah barat daya pantai Laut Mati). Teks-teks ini mempunyai makna keagamaan dan sejarah yang penting, karena mereka praktis merupakan satu-satunya dokumen-dokumen Alkitab yang berasal dari masa sebelum tahun 100 Masehi.

WAKTU PENULISAN DAN ISINYA

Menurut perhitungan tanggal karbon dan analisis teks, dokumen-dokumen ini ditulis pada berbagai masa sejak pertengahan abad ke-2 SM hingga abad pertama M. Sekurang-kurangnya satu dokumen, berdasarkan perhitungan tanggal karbon berasal dari tahun 21 SM–61 M. Papirus Nash dari Mesir, yang mengandung salinan Dasa Titah, adalah satu-satunya dokumen berbahasa Ibrani lainnya yang sangat kuno. Bahan-bahan tertulis serupa lainnya telah ditemukan dari situs-situs di dekatnya, termasuk benteng Masada. Sebagian dari naskah ini ditulis di atas papirus, namun cukup banyak pula yang ditulis di kulit binatang yang berwarna kecoklatan, yang tampaknya gevil.

Potongan-potongan ini terdiri dari sekurang-kurangnya 800 teks yang mewakili pandangan-pandangan yang berbeda-beda, dari keyakinan orang-orang Esene hingga sekte-sekte yang lain. Sekitar 30%nya adalah potongan-potongan dari Kitab Suci Ibrani, dari semua kitab kecuali Kitab Ester. Sekitar 25% merupakan teks-teks keagamaan israel tradisional yang tidak ada di dalam Kitab Suci Ibrani yang kanonik, seperti misalnya Kitab Henokh, Kitab Yobel, dan Perjanjian Lewi. Sekitar 30% lagi mengandung tafsiran-tafsiran Alkitab dan teks-teks lainnya seperti misalnya "Manual Disiplin" (1QS, yang dikenal pula sebagai "Naskah Disiplin" atau "Aturan Komunitas") dan Aturan Peperangan (1QM, juga dikenal sebagai "Naskah Peperangan") yang terkait dengan kepercayaan, peraturan, dan tuntutan keanggotaan dari sebuah sekte kecil Yahudi, yang dipercaya banyak peneliti hidup di wilayah Qumran. Sisanya (sekitar 15%) dari potongan-potongan ini belum dapat diidentifikasikan. Kebanyakan dari mereka ditulis dalam bahasa Ibrani, namun sebagian juga ditulis dalam bahasa Aram dan beberapa dalam bahasa Yunani.

Teks-teks penting mencakup Gulungan Yesaya (yang ditemukan pada 1947), sebuah tafsiran Habakuk (1947); Peraturan Komunitas (1QS), yang memberikan banyak informasi mengenai struktur dan teologi sekte ini; dan versi yang paling awal dari Dokumen Damsyik. Apa yang disebut Gulungan Tembaga (1952), yang mendaftarkan tempat-tempat penyimpanan emas, naskah, dan senjata yang tersembunyi barangkali adalah yang paling terkenal.

Sabtu, 05 November 2011

Rangkuman Surat Kedua Tesalonika

Surat Paulus yang Kedua kepada Jemaat di Tesalonika adalah salah satu dari keenam surat dalam Perjanjian Baru selain Efesus, Kolose, 1 dan 2 Timotius, dan Titus yang dikelompokkan sebagai surat-surat deutro Paulus. Disebut demikian karena diduga bahwa penulis surat ini bukanlah Paulus melainkan murid Paulus atau paling tidak orang yang menganut teologi Paulus. Surat ini disebut sebagai salah satu tulisan pseudopigraf yang dengan sengaja menggunakan nama Paulus sebagai penulisnya.


Latar Belakang

Penulis

Pada awalnya, Paulus diyakini sebagai penulis asli surat ini. Dalam 2 Tesalonika 1:1 jelas dikatakan bahwa surat ini berasal dari Paulus beserta dua orang rekan sekerjanya yakni, Silwanus dan Timotius. Akan tetapi, keyakinan bahwa Paulus yang menuliskan surat ini mulai diragukan oleh para pakar Perjanjian Baru dengan beberapa alasan.

Tujuan

Tujuan Paulus mirip dengan tujuan penulisan surat yang pertama:

  1. menghibur orang percaya baru yang dianiaya;
  2. menasihatkan mereka untuk hidup berdisiplin dan bekerja untuk mencari nafkah; dan
  3. memperbaiki beberapa kepercayaan yang keliru tentang peristiwa akhir zaman yang berkaitan dengan "hari Tuhan" (2Tes 2:2).

Selasa, 01 November 2011

Sulitnya Menggapai Kesucian di Masa Kini

Hari ini gereja memperingati Hari Raya Semua Orang Kudus. Asal mula yang tepat dari perayaan ini tidak diketahui dengan pasti, walau, sesudah disahkannya kekristenan pada tahun 313 M, suatu peringatan umum demi menghormati para kudus, khususnya para martir, muncul di berbagai wilayah di segenap penjuru Gereja. Sebagai contoh di Timur, kota Edessa merayakan pesta ini pada tanggal 13 Mei; Siria merayakannya pada hari Jumat sesudah Paskah; kota Antiokhia merayakannya pada hari Minggu pertama sesudah Pentakosta. Baik St Efrem (wafat 373) dan St Yohanes Krisostomus (wafat 407) menegaskan akan adanya perayaan ini dalam khotbah mereka. Di Barat, suatu peringatan demi menghormati semua orang kudus juga dirayakan pada hari Minggu pertama sesudah Pentakosta. Alasan utama menetapkan suatu pesta umum ini adalah karena kerinduan untuk menghormati sejumlah besar martir, teristimewa yang wafat dalam masa penganiayaan oleh Kaisar Diocletion (284-305), yaitu masa penganiayaan yang paling luas, keji dan bengis. Singkatnya, tidak akan ada cukup hari dalam satu tahun apabila masing-masing martir dirayakan tersendiri, lagipula kebanyakan dari para martir ini wafat dalam kelompok. Sebab itu, suatu pesta umum bagi semua orang kudus, dianggap paling tepat.

Penetapan tanggal 1 November sebagai Hari Raya Semua Orang Kudus berkembang seturut berjalannya waktu. Paus Gregorius III (731-741) mempersembahkan suatu oratorium di Basilika St Petrus yang asli demi menghormati semua orang kudus pada tanggal 1 November (setidaknya demikian menurut beberapa catatan), maka kemudian tanggal ini menjadi tanggal resmi untuk merayakan Hari Raya Semua Orang Kudus di Roma. St. Beda (wafat 735) mencatat HR Semua Orang Kudus dirayakan pada tanggal 1 November di Inggris, dan perayaan serupa juga ada di Salzburg, Austria. Ado dari Vienne (wafat 875) menceritakan bagaimana Paus Gregorius IV meminta Raja Louis yang Saleh (778-840) untuk memaklumkan tanggal 1 November sebagai HR Semua Orang Kudus di seluruh wilayah Kekaisaran Romawi yang Kudus. Buku Doa Misa dari abad ke-9 dan ke-10 juga menempatkan HR Semua Orang Kudus dalam penanggalan liturgi pada tanggal 1 November.

Menurut seorang sejarahwan Gereja perdana, John Beleth (wafat 1165), Paus Gregorius IV (827-844) secara resmi memaklumkan tanggal 1 November sebagai HR Semua Orang Kudus, memindahkannya dari tanggal 13 Mei. Tetapi, Sicard dari Cremona (wafat 1215) mencatat bahwa Paus Gregorius VII (1073-85) akhirnya menghapus tanggal 13 Mei dan mengamanatkan 1 November sebagai tanggal perayaan HR Semua Orang Kudus.

Di masa lalu kekudusan identik dengan kemartiran. Bilamana karena imannya seorang kristen pengikut Yesus menderita bahkan menumpahkan darah, maka ia disebut martir. Hal ini terjadi terutama di masa awal Gereja berdiri. Tidak terhitung jumlah kaum beriman yang dibunuh untuk menghadang laju perkembangan iman kristiani. Namun kenyataannya: dimana darah martir tertumpah, di situ justru panggilan iman melimpah. Kejahatan manusia tidak mampu menghambat karya Roh Kudus. Di masa kini karya kemartiran nampak dalam perjuangan umat manusia menegakkan kebenaran, keadilan dan kejujuran yang bersumber dari hati nurani yang bersih. Masalahnya adalah kini hal itu sudah menjadi barang langka. Dimana budaya manusia justru menampakkan kebrobrokan moral, upaya menegakkan kebenaran justru dipandang sebagai penghambat kemajuan. Padahal hasil apapun yang dicapai dari ketidakjujuran adalah awal dari kehancuran. Pelajaran berharga bagaimana sulitnya menjadi orang kudus di masa kini nampak dalam perjuangan manusia kecil berikut :

Si Jujur yang Malah Hancur

Senin, 31 Oktober 2011

Rangkuman Surat Pertama Tesalonika

Penulis : Paulus
Tema : Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 50 M


Latar Belakang


Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Tesalonika termasuk dalam Surat-surat yang paling pertama ditulis dalam Alkitab Perjanjian Baru. Tesalonika terletak sekitar seratus enam puluh kilometer di sebelah barat daya Filipi; kota ini adalah ibu kota dan pelabuhan yang paling terkemuka dari Makedonia, sebuah propinsi Romawi. Di antara penduduk yang berjumlah sekitar 200.000 jiwa adalah masyarakat Yahudi yang kuat. Ketika Paulus mendirikan Gereja di Tesalonika pada perjalanan misionernya yang kedua, pelayanannya yang berhasil di wilayah itu dihentikan sebelum waktunya karena permusuhan kalangan Yahudi (Kis 17:1-9).

Karena terpaksa meninggalkan Tesalonika, Paulus pergi ke Berea di mana sekali lagi pelayanan singkat yang berhasil dihentikan oleh penganiayaan yang timbul karena orang Yahudi yang mengikuti dia dari Tesalonika (Kis 17:10-13). Kemudian Paulus pergi ke Atena (Kis 17:15-34), di mana Timotius bergabung dengannya. Paulus mengutus Timotius kembali ke Tesalonika untuk menyelidiki keadaan jemaat yang masih muda itu (1Tes 3:1-5) sedangkan Paulus pergi ke Korintus (Kis 18:1-17).

Setelah menyelesaikan tugasnya, Timotius pergi ke Korintus untuk melaporkan pada Paulus mengenai gereja di Tesalonika (1Tes 3:6-8). Sebagai tanggapan atas laporan Timotius, Paulus menulis surat ini, mungkin tiga sampai enam bulan setelah gereja itu dimulai.


Tujuan

Karena Paulus terpaksa meninggalkan Tesalonika dengan tiba-tiba karena penganiayaan, orang yang baru bertobat itu hanya menerima sedikit pendidikan mengenai kehidupan Kristen. Ketika Paulus mengetahui dari Timotius mengenai keadaan mereka saat itu, dia menulis surat ini

  1. untuk mengungkapkan sukacitanya tentang keteguhan iman dan ketekunan mereka di tengah-tengah penganiayaan,
  2. untuk mengajar mereka lebih jauh tentang kekudusan dan kehidupan yang saleh, dan
  3. untuk menerangkan beberapa kepercayaan, khususnya mengenai status orang percaya yang telah mati sebelum Kristus datang kembali.

Kamis, 27 Oktober 2011

Rangkuman Surat Paulus kepada Jemaat di Kolose

Penulis : Paulus
Tema : Keunggulan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 TM

Latar Belakang

Kota Kolose terletak dekat Laodikia (bd. Kol 4:16) di bagian barat daya Asia Kecil, kira-kira 160 kilometer tepat di sebelah timur kota Efesus. Agaknya jemaat Kolose telah didirikan sebagai akibat tiga tahun pelayanan yang luar biasa dari Paulus di Efesus (Kis 20:31). Pengaruh pelayanannya begitu luar biasa dan luas jangkauannya sehingga "semua penduduk Asia mendengar firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun orang Yunani" (Kis 19:10). Walaupun Paulus sendiri mungkin tidak pernah mengunjungi Kolose (Kol 2:1), ia telah memelihara hubungannya dengan gereja itu melalui Epafras, seorang yang bertobat di bawah pelayanannya dan rekan kerjanya dari Kolose (Kol 1:7; Kol 4:12).

Alasan untuk menulis surat ini adalah munculnya ajaran palsu yang mengancam masa depan rohani jemaat Kolose (Kol 2:8). Ketika Epafras, seorang pemimpin dalam gereja Kolose dan boleh jadi pendirinya, mengadakan perjalanan untuk mengunjungi Paulus dan memberitahukan tentang situasi di Kolose (Kol 1:8; Kol 4:12), Paulus menanggapinya dengan menulis surat ini.

Pada waktu itu ia berada dalam tahanan (Kol 4:3,10,18), mungkin sekali di Roma (Kis 28:16-31) sambil menantikan naik bandingnya kepada Kaisar (Kis 25:11-12). Rekan Paulus, Tikhikus sendiri membawa surat ini ke Kolose atas nama Paulus (Kol 4:7).

Sifat yang tepat dari ajaran palsu yang terdapat di Kolose ini tidak diuraikan dengan jelas dalam surat ini, karena para pembaca yang mula-mula sudah memahaminya dengan baik. Akan tetapi dari berbagai pernyataan Paulus yang menentang ajaran palsu itu, nyatalah bahwa bidat yang hendak meruntuhkan dan menggantikan Yesus Kristus sebagai inti kepercayaan Kristen adalah suatu campuran yang aneh yang terdiri atas ajaran Kristen, tradisi-tradisi Yahudi tertentu di luar Alkitab dan filsafat kafir.

Tujuan

Paulus menulis dengan tujuan :

  1. untuk memberantas ajaran palsu yang berbahaya di Kolose yang sedang menggantikan keunggulan Kristus dan kedudukan-Nya sebagai inti dalam ciptaan, penyataan, penebusan, dan gereja; dan
  2. untuk menekankan sifat sebenarnya dari hidup baru di dalam Kristus dan tuntutannya pada orang percaya.

Minggu, 23 Oktober 2011

Rangkuman Surat Paulus kepada Jemaat di Filipi

Penulis : Paulus
Tema : Sukacita Dalam Hal Hidup bagi Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 62/63 TM

Latar Belakang

Kota Filipi di Makedonia timur, yang letaknya enam belas kilometer dari pesisir Laut Aegea, dinamai menurut Raja Filipus II dari Makedon, ayah Aleksander Agung. Pada masa Paulus, kota ini sebuah kota Romawi dan pangkalan militer yang terkenal.

Gereja di Filipi didirikan oleh Paulus dan teman-teman sekerjanya (Silas, Timotius, Lukas) pada perjalanan misi yang kedua sebagai tanggapan terhadap penglihatan yang Allah berikan di Troas (Kis 16:9-40). Suatu ikatan persahabatan yang kuat berkembang di antara rasul itu dan jemaat Filipi. Beberapa kali jemaat itu mengirim bantuan keuangan kepada Paulus (2Kor 11:9; Fili 4:15-16) dan dengan bermurah hati memberi kepada persembahan yang dikumpulkannya untuk orang Kristen yang berkekurangan di Yerusalem (bd. 2Kor 8:1-9:15). Agaknya dua kali Paulus mengunjungi gereja ini pada perjalanan misinya yang ketiga (Kis 20:1,3,6).

Tujuan

Dari penjara (Fili 1:7,13-14) (kemungkinan besar di Roma - Kis 28:16-31), Paulus menulis surat ini kepada orang percaya di Filipi untuk berterima kasih kepada mereka atas pemberian banyak yang baru-baru ini mereka kirim kepadanya dengan perantaraan Epafroditus (Fili 4:14-19) dan untuk memberi kabar tentang keadaannya yang sekarang. Lagi pula, Paulus menulis untuk meyakinkan jemaat tentang keberhasilan maksud Allah dalam hukuman penjaranya (Fili 1:12-30), menenangkan jemaat bahwa utusan mereka (Epafroditus) telah menunaikan tugasnya dengan setia dan tidak kembali kepada mereka sebelum waktunya (Fili 2:25-30), dan untuk mendorong mereka untuk maju agar mengenal Tuhan dalam persatuan, kerendahan hati, persekutuan, dan damai sejahtera.

Sabtu, 22 Oktober 2011

Keakuratan Sejarah Alkitab

Setiap buku yang mengklaim mencatat rangkaian peristiwa sejarah yang dapat dipercaya harus menjalani ujian keakuratan mengenai pokok bahasan, waktu, adat istiadat, tempat dan tokoh-tokohnya. Meskipun Alkitab menyampaikan kebenaran rohani, bukan berarti ujian keakuratan sejarah tidak perlu dikenakan kepadanya. Alkitab siap menghadapi ujian ini walaupun ditulis oleh lebih dari 50 penulis dari berbagai macam latar belakang budaya dalam jangka waktu lebih dari 1500 tahun. Jika catatan penulis Alkitab terbukti tidak sesuai dengan fakta sejarah maka kebenaran rohani yang Alkitab ajarkan pun patut dipertanyakan. Akan tetapi, jika catatan penulis Alkitab sesuai dengan fakta sejarah maka ajaran Alkitab pun layak diterima kesahihannya.

Catatan Alkitab terus-menerus menghadapi berbagai ujian berkaitan dengan keakuratan sejarahnya. Orang-orang skeptis dan para arkeolog kerap mempertanyakan hal itu. Namun demikian, Alkitab terbukti memiliki keakuratan sejarah yang unik dan tidak tertandingi oleh kitab-kitab keagamaan lainnya.

Marilah kita terlebih dahulu membahas beberapa contoh arkeologis awal tentang ujian Alkitab dan kesimpulan ilmiah yang dihasilkannya. Sebagai contoh, pada abad kesembilan belas orang-orang skeptis dan para arkeolog menuduh Alkitab membuat pernyataan fiktif ketika menyebutkan bangsa Het karena tak ada satu pun bukti di luar Alkitab tentang bangsa itu. Tetapi setelah tahun 1906, penggalian di Hattushash – yang terbukti sebagai ibukota bangsa Het – mengubah apa yang semula dianggap mitos sebagai kenyataan sejarah yang akurat. Arkeologi mengungkapkan bahwa bangsa Het pemah muncul sebagai bangsa yang kuat. Penggalian tersebut mengesahkan sepenuhnya catatan Alkitab. Sebuah loh batu dari Mesir mencatat pertempuran sengit antara Ramses II dan bangsa Het di Kadesy di Sungai Orontes. Catatan Alkitab terbukti sebagai sejarah yang akurat.

Ilmuwan semula menuduh catatan Alkitab tentang Belsyazar sebagai catatan yang salah karena tidak ada catatan selain Alkitab yang menyebutkan raja ini. Akan tetapi, pada tahun 1853 para arkeolog menemukan sebuah prasasti di Ur yang memperkuat catatan Alkitab. Prasasti itu menunjukkan bahwa Belsyazar memerintah dengan ayahnya Nabonides. Arkeologi terus menguatkan catatan Alkitab. Dr. J.O. Kinnaman menegaskan keakuratan sejarah Alkitab yang menakjubkan ini dengan mengatakan, "Dan ratusan ribu benda purbakala yang ditemukan oleh para arkeolog. tak satu pun yang berlawanan atau menyangkal satu kata, frasa, klausa atau kalimat dalam Alkitab, namun justru selalu menguatkan dan membuktikan fakta catatan Alkitab."

Jumat, 21 Oktober 2011

KEMANAKAH HATI NURANI?

Baru-baru ini seorang katekumen bertanya kepada saya: Apakah benar suara hati adalah suara Tuhan? Saya pribadi menanggapinya dengan sharing pribadi ialah: hanya suara hati yang terbina, terasah dan terarah pada Tuhan yang dapat menjadi saluran suara Tuhan. Sedikit renungan dapat diambil dari kejadian akhir-akhir ini di China tentang kisah tabrak lari seorang anak di di sebuah pasar yang dibiarkan begitu saja oleh orang-orang yang melihatnya.

Benarkah Masyarakat China Jadi Apatis?

Gambar video tentang seorang bocah China yang ditabrak lari dan dibiarkan sekarat oleh 18 pelintas di pasar yang sibuk di kota Foshan, Provinsi Guandong, Kamis (13/10/2011), memunculkan pertanyaan. Ada apa dengan masyarakat negara itu. Benarkah mereka telah jadi apatis, tak peduli dengan sesamanya yang sedang celaka. Kalau benar, mengapa?

Video yang diambil dari rekaman kamera pemantau dan diposting di YouTube serta situs sejenis di China, Youku, memperlihatkan, seorang pengemudi van menabrak bocah dua tahun itu, yang bernama Yue Yue. Van itu hanya berhenti sejenak tetapi kemudian melaju lagi. Adegan selanjutnya sulit dipercaya! Selama tujuh menit tercatat 18 orang melintas dan melihat bocah itu terkapar-sekarat dalam kubangan darah tetapi tak seorang pun yang berhenti untuk menolongnya. Dalam selang waktu itu, Yue Yue justru dilindas lagi oleh sebuah truk. Seorang perempuan pemulung, Chen Xianmei (58 tahun), orang ke 19 yang melintas. Baru dia yang tergerak hatinya. Chen memindahkan bocah itu sebelum ibunya sendiri datang dan menggendongnya.

Sikap apatis para pelintas itu memicu kecaman dan debat emosional tentang kondisi moralitas masyarakat China yang tengah berkembang pesat secara ekonomi. Sejumlah pengguna media sosial di China telah menyuarakan bahwa ketidakpedulian warga atas gadis cilik itu sebagai tanda sebuah masyarakat yang moralnya memburuk.

Minggu, 16 Oktober 2011

Katekis sebagai Ujung Tombak Pelaksanaan Tugas Magisterium Gereja

Relevansi Kanon 747 dan 773 KHK 1983


1. Panggilan hidup sebagai Katekis

Siapakah katekis itu? Katekis adalah semua umat beriman kristiani, baik klerus maupun awam yang dipanggil dan diutus oleh Allah menjadi seorang pewarta Sabda Allah. Dengan kata lain profesi kehidupan seorang katekis adalah mengajar, mewartakan Sabda Allah.
Kita harus menyadari bahwa pewartaan Sabda Allah adalah bagian penting dari tugas pokok Gereja. Pewartaan Sabda Allah adalah juga tugas pokok dari semua umat beriman sebagai murid-murid Kristus. Hal itu diperintahkan oleh Kristus kepada murid-muridNya: “Pergilah jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu” (Mat. 28,19). Lebih jelas dan terang lagi dalam Markus 16:15-16: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum”. Dari apa yang telah dijelaskan di atas jelas bahwa seorang katekis tidaklah harus seorang awam, kleruspun adalah katekis.

Pastor paroki adalah katekis utama (katekis dari para katekis) dalam parokinya yang bertugas mengajar agama dan moral kristiani kepada umat yang dipercayakankan kepadanya. Sangat disayangkan, tidak banyak Pastor atau katekis yang bekerja di Paroki tekun dalam pengajaran bagi umat (katekese bagi anak-anak, remaja, mudika, orang tua, pembinaan umat tahap mistagogi sesudah komuni pertama, pembinaan keluarga pasca perkawinan tidak terurus). Katekese seringkali hanya sebatas pendalaman iman pada masa Prapaskah (APP) dan masa Advent (AAP) saja, bukan menjadi kegiatan rutin bulanan.Sudah semestinya Pastor Paroki mendukung dan mengembangkan karya-karya katekese umat karena katekese adalah ujung tombak karya pewartaan Gereja. Tanpa karya katekese tidaklah mungkin Gereja dapat berkembang.

Jumat, 14 Oktober 2011

HATI YANG MENGAMPUNI

Definisi Mengampuni:
Secara singkat mengampuni dapat dikatakan sebagai suatu tindakan untuk membebaskan seorang dari tuntututan karena telah melakukan kesalahan.
Secara lebih mendalam dapat kita definisikan pengampunan sebagai: “membuang jauh-jauh kesalahan orang dan membebaskan orang yang bersalah dari tuntutan pembalasan dengan hati yang memaafkan dan penuh belas kasih”.

Makna Dari Pengampunan secara Umum
Pengampunan mempunyai makna yang penting di dalam kehidupan sehati-hari. Setiap orang membutuhkan pengampunan dan juga harus memberikan pengampunan. Dengan pengampunan banyak masalah yang dapat diselesaikan, penyakit disembuthkan dan tidak ada waktu, pikiran dan tenaga yang terbuang dengan sia-sia.

Berapa makna Alkitabiah dari Pengampunan:

1. Pengampunan adalah suatu kebutuhan.
Di dalam “Doa Bapa Kami” yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, salah satu dari tujuh permohonan yang dipanjatkan adalah “memohon ampun” kepada Bapa. Memohon ampun ini sama pentingnya dengan memohon rezeki untuk hari ini. Memohon ampun sama pentingnya dengan permohonan agar dilepaskan dari yang jahat. Sebagaimana besarnya kita membutuhkan pengampunan dari Bapa, demikian juga besarnya kewajiban kita untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita.
“ Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” (Matius 6:12)

Rabu, 12 Oktober 2011

Rangkuman Surat Paulus Kepada Jemaat di Efesus

Penulis : Paulus
Tema : Kristus dan Gereja
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M

Latar Belakang

Surat Efesus merupakan salah satu puncak dalam penyataan alkitabiah dan menduduki tempat yang unik di antara surat-surat Paulus. Surat ini tidak ditulis sebagai jawaban terhadap suatu kontroversi doktrinal atau persoalan pastoral seperti banyak surat lain, sebaliknya Efesus memberikan kesan akan luapan penyataan yang melimpah sebagai hasil dari kehidupan doa pribadi Paulus. Paulus menulis surat ini ketika dipenjara karena Kristus (Ef 3:1; Ef 4:1; Ef 6:20), kemungkinan besar di Roma. Ada banyak persamaan di antara surat ini dengan surat Kolose dan mungkin ditulis tidak lama sesudah surat Kolose. Kedua surat ini mungkin dibawa secara serentak ke tujuannya oleh seorang kawan sekerja Paulus yang bernama Tikhikus (Ef 6:21; bd. Kol 4:7).

Kepercayaan umum ialah bahwa Paulus menulis surat ini dengan maksud agar sidang pembaca akan lebih luas daripada jemaat di Efesus saja -- mungkin surat ini ditulisnya sebagai surat edaran untuk gereja-gereja di seluruh propinsi Asia. Pada mulanya mungkin setiap jemaat di Asia Kecil menyisipkan namanya sendiri di Ef 1:1, sebagai bukti relevansi amanatnya yang mendalam bagi semua gereja Yesus Kristus yang sejati. Banyak orang mengira surat Efesus ini adalah surat kepada jemaat di Laodikea yang disebut Paulus dalam Kol 4:16.

Tujuan


Tujuan Paulus dalam menulis surat ini tersirat dalam Ef 1:15-17. Dengan tekun ia berdoa sambil merindukan agar para pembacanya bertumbuh dalam iman, kasih, hikmat, dan penyataan Bapa yang mulia. Dia sungguh-sungguh menginginkan agar hidup mereka layak di hadapan Tuhan Yesus Kristus (mis. Ef 4:1-3; Ef 5:1-2). Oleh karena itu, Paulus berusaha untuk menguatkan iman dan dasar rohani mereka dengan menyatakan kepenuhan maksud kekal Allah dari penebusan "dalam Kristus"(Ef 1:3-14; Ef 3:10-12) untuk gereja (Ef 1:22-23; Ef 2:11-22; Ef 3:21; Ef 4:11-16; Ef 5:25-27) dan untuk setiap orang (Ef 1:15-21; Ef 2:1-10; Ef 3:16-20; Ef 4:1-3,17-32; Ef 5:1-6:20).

Sabtu, 01 Oktober 2011

ST. THERESIA KANAK-KANAK YESUS

Santa Theresia dari Lisieux atau Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus dan Wajah Kudus Yesus, adalah salah satu dari sekian orang kudus yang sering menjadi inspirasi saya dalam berkarya dan dalam pelayanan; ialah melakukan karya-karya sederhana dengan visi yang besar: menggapai banyak jiwa dan mempersembahkannya kepada Tuhan. Dalam saat-saat sulit ketika harus membuat pilihan atau melakukan sesuatu yang berat dan sulit, selalu saya memohon doa St. Theresia Kecil ini untuk menguatkan saya dan mendoakan saya pada Allah. Mudah-mudahan bermanfaat bagi karya katekese Anda.

KISAH HIDUP THERESIA

Maria Francoise Therese Martin dilahirkan di kota Alençon, Perancis, pada tanggal 2 Januari 1873. Ayahnya bernama Louis Martin dan ibunya Zelie Guerin. Pasangan tersebut dikarunia sembilan orang anak, tetapi hanya lima yang bertahan hidup hinga dewasa. Kelima bersaudara itu semuanya puteri dan semuanya menjadi biarawati

Ketika Theresia masih kanak-kanak, ibunya terserang penyakit kanker. Pada masa itu, mereka belum memiliki obat-obatan dan perawatan khusus seperti sekarang. Para dokter mengusahakan yang terbaik untuk menyembuhkannya, tetapi penyakit Nyonya Martin bertambah parah. Ia meninggal dunia ketika Theresia baru berusia empat tahun.

Sepeninggal isterinya, ayah Theresia memutuskan untuk pindah ke kota Lisieux, di mana kerabat mereka tinggal. Di dekat sana ada sebuah biara Karmel di mana para suster berdoa secara khusus untuk kepentingan seluruh dunia.

Theresia sangat dikasihi ayahnya. Ia diberi macam-macam julukan: 'Theresia Kecil', 'Bungsu Kecil' dan 'Ratu Kecil'. Pada tahun 1881 sampai 1885, ia belajar di sekolah Suster-suster Benediktin. Ia sangat perasa dan cepat menangis sehingga teman-temannya tidak akrab dengannya. Ia semakin menjadi perasa sewaktu kakaknya Pauline masuk biara Karmelit di Lisieux pada bulan Oktober 1882. Theresia jatuh sakit karena keberangkatan Pauline itu. Theresia disembuhkan secara ajaib. Sementra kakak-kakaknya berlutut disamping tempat tidurnya untuk berdoa bagi kesembuhannya, patung Bunda Maria yang berada di depannya tiba-tiba tersenyum padanya. Penyakit itu hilang seketika meskipun sifat perasa masih tetap ada. Sifat itu baru mulai hilang karena nasehat ayahnya ketika mereka menghadiri upacara malam Natal tahun 1886. Semenjak itu, ia mulai semakin sadar akan keburukan dari sifatnya yang manja dan lekas tersinggung itu. Ia sadar bahwa ia sudah mulai remaja dan lebih dari itu bahwa sifat kekanak-kanakan itu tidak cocok bagi seorang wanita yang bercita-cita menjadi suster. Saat kesadarannya ini - kemudian dalam autobiografinya - disebutnya sebagai saat ber-rahmat yang mengawali kehidupannya yang baru. Katanya dalam buku itu: "Yesuslah yang merubah diriku."
Semenjak itu ia mulai sadar bahwa dirinya dipenuhi karunia Roh Kudus. Ia sadar pula bahwa dia harus mengabdikan seluruh-hidupnya kepada Tuhan. Kerinduannya untuk bersatu dengan Kanak-kanak Yesus sangatlah besar, dan karena itu di kemudian hari setelah ia digelari 'kudus', ia dinamai 'Theresia dari Kanak-kanak Yesus' dan Theresia dari Lisieux'. Kepada Yesus ia berjanji tidak akan pernah segan melakukan apa saja yang dikehendaki Tuhan dari padanya.

Minggu, 25 September 2011

DOA TOBAT (Classic)

(Doa ini biasa dipakai pada waktu penerimaan Sakramen Tobat. Didoakan sebelum absolusi imam)

Allah yang Maharahim
Aku menyesal atas dosa-dosaku
sebab patut aku Engkau hukum,
terutama sebab aku telah menghina Engkau
yang Mahamurah dan Mahabaik bagiku.
Aku benci atas segala dosaku
dan berjanji dengan pertolongan rahmatMu
hendak memperbaiki hidupku
dan tidak akan berbuat dosa lagi.
Allah ampunilah aku orang berdosa ini.
Amin.

(Doa tobat yang berikut biasa didoakan pada waktu Perayaan Ekaristi, pada Ritus Pembuka)

Minggu, 18 September 2011

RANGKUMAN SURAT GALATIA (Surat Rasul Paulus kepada Jemaat-jemaat di Galatia

Penulis : Paulus
Tema : Keselamatan Karena Kasih Karunia oleh Iman
Tanggal Penulisan: Sekitar 49 TM

Latar Belakang

Surat ini adalah surat tertua dari Paulus yang tercatat dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, bahkan mungkin surat pertama Paulus kepada jemaat. Surat kepada jemaat di Galatia ditulis sebelum semua Injil dalam Perjanjian Baru ditulis. Memang kebanyakan surat-surat Paulus ditulis sebelum Injil selsai ditulis. Paulus menulis surat ini (Gal 1:1; Gal 5:2; Gal 6:11) "kepada jemaat-jemaat di Galatia" (Gal 1:2). Beberapa orang berpendapat bahwa orang Galatia ini adalah suku Gaul di bagian utara Galatia. Kemungkinannya jauh lebih besar bahwa Paulus menulis surat ini kepada kota-kota di bagian selatan (Antiokhia Pisidia, Ikonium, Listra, Derbe) di mana ia dan Barnabas menginjil dan memulaikan gereja-gereja dalam perjalanan pemberitaan Injil yang pertama (Kis 13:1-14:28). Tanggal penulisan yang paling sesuai adalah tidak lama sesudah Paulus kembali ke gereja Antiokhia Siria yang mengutusnya dan sebelum sidang di Yerusalem (Kis 15:1-41).

Persoalan utama dalam surat ini adalah persoalan yang sama yang dibahas dan dipecahkan dalam sidang di Yerusalem (sekitar 49 TM; bd. Kis 15:1-41). Persoalan utama itu meliputi dua pertanyaan:

  1. Apakah iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat itu satu-satunya syarat untuk selamat?
  2. Ataukah ketaatan kepada upacara dan peraturan Yahudi tertentu dari P.L. diperlukan untuk memperoleh keselamatan dalam Kristus?

Rupanya Paulus menulis surat Galatia ini sebelum perselisihan mengenai masalah hukum PL secara formal diperdebatkan dalam sidang di Yerusalem dan pendirian gereja resmi diberikan. Ini berarti bahwa kitab Galatia ini merupakan surat pertama rasul Paulus.

Tujuan

Paulus mendengar bahwa beberapa guru Yahudi mengacaukan orang yang baru dimenangkan olehnya di Galatia dengan memaksa mereka disunatkan dan menerima kuk Taurat Musa sebagai syarat-syarat yang perlu untuk diselamatkan dan diterima dalam gereja. Setelah mendengar hal ini, Paulus menulis surat ini

  1. untuk menegaskan bahwa syarat-syarat yang dituntut hukum, seperti sunat di bawah perjanjian lama, tidak ada hubungan dengan pekerjaan kasih karunia Allah dalam Kristus untuk keselamatan di bawah perjanjian yang baru; dan
  2. menegaskan lagi dengan jelas bahwa kita menerima Roh Kudus dan hidup rohani oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus, dan bukan oleh ikatan kepada hukum Taurat PL.

Rabu, 14 September 2011

Rangkuman II Korintus (Surat Kedua Paulus kepada Jemaat di Roma)

Penulis : Paulus
Tema : Kemuliaan Melalui Penderitaan
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56

Latar Belakang

Paulus menulis surat kiriman ini kepada jemaat di Korintus dan kepada orang percaya di seluruh Akhaya (2Kor 1:1), dengan menyebut namanya sendiri sebanyak dua kali (2Kor 1:1; 2Kor 10:1). Setelah mendirikan jemaat di Korintus selama perjalanan misinya yang kedua, Paulus dan jemaat itu sering berhubungan karena masalah dalam jemaat.

Urutan hubungan ini dan latar belakang penulisan II Korintus adalah sebagai berikut:

  1. Setelah beberapa kali berhubungan dan surat-menyurat yang awal di antara Paulus dengan jemaat itu (misalnya: 1Kor 1:11; 1Kor 5:9; 1Kor 7:1), maka Paulus menulis surat 1 Korintus dari Efesus (awal tahun 55/56).
  2. Berikut, Paulus menyeberangi Laut Aegea menuju Korintus untuk menangani masalah yang berkembang dalam jemaat. Kunjungan ini di antara 1 dan II Korintus (bd. 2Kor 13:1-2) merupakan suatu kunjungan yang tak menyenangkan, baik bagi Paulus maupun bagi jemaat itu (2Kor 2:1-2).
  3. Setelah kunjungan ini, ada laporan disampaikan kepada Paulus di Efesus bahwa para penentang di Korintus itu masih menyerang pribadinya dan wewenang rasulinya, dengan harapan agar mereka dapat membujuk sebagian jemaat itu untuk menolak Paulus.
  4. Sebagai tanggapan terhadap laporan ini, Paulus menulis surat II Korintus dari Makedonia (akhir tahun 55/56).
  5. Segera sesudah itu, Paulus mengadakan perjalanan ke Korintus lagi (IIKor 13:1), dan tinggal di situ selama lebih kurang tiga bulan (bd. Kis 20:1-3a). Dari situ ia menulis Surat Roma.
Tujuan

Paulus menulis surat ini kepada tiga golongan orang di Korintus.

  1. Pertama, ia menulis untuk mendorong mayoritas dalam jemaat di Korintus yang tetap setia kepadanya sebagai bapa rohani mereka.
  2. Ia menulis untuk menantang dan menyingkapkan rasul-rasul palsu yang terus-menerus berbicara menentang dia secara pribadi dengan harapan dapat meruntuhkan wibawa dan kerasulannya dan untuk memutarbalikkan beritanya.
  3. Ia juga menulis untuk menegur minoritas dalam jemaat yang sedang dipengaruhi oleh para lawan Paulus dan yang terus-menerus menolak wewenang dan tegurannya. Paulus meneguhkan kembali integritas dan wewenang rasulinya, menjelaskan motivasinya dan memperingatkan mereka terhadap pemberontakan yang lebih lanjut.
Surat II Korintus berfungsi untuk mempersiapkan jemaat secara keseluruhan untuk kunjungannya yang akan datang.

Selasa, 13 September 2011

Rangkuman I Korintus (Surat Pertama Paulus kepada Jemaat di Roma)

Penulis : Paulus
Tema : Masalah-Masalah Jemaat dan Pemecahannya
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56

Latar Belakang

Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dalam banyak hal merupakan kota metropolitan Yunani yang terkemuka pada zaman Paulus. Seperti halnya banyak kota yang makmur pada masa kini, Korintus menjadi kota yang angkuh secara intelek, kaya secara materi, dan bejat secara moral. Segala macam dosa merajalela di kota ini yang terkenal karena perbuatan cabul dan hawa nafsu.

Bersama dengan Priskila dan Akwila (1Kor 16:19) dan rombongan rasulinya sendiri (Kis 18:5), Paulus mendirikan jemaat Korintus itu selama delapan belas bulan pelayanannya di Korintus pada masa perjalanan misinya yang kedua (Kis 18:1-17). Jemaat di Korintus terdiri dari beberapa orang Yahudi tetapi kebanyakan adalah orang bukan Yahudi yang dahulu menyembah berhala.
Setelah Paulus meninggalkan Korintus, berbagai macam masalah timbul dalam gereja yang masih muda itu, yang memerlukan wewenang dan pengajaran rasulinya melalui surat-menyurat dan kunjungan pribadi.

Surat 1 Korintus ditulis selama tiga tahun pelayanannya di Efesus (Kis 20:31) pada waktu perjalanan misinya yang ketiga (Kis 18:23-21:16). Berita mengenai masalah-masalah jemaat di Korintus terdengar oleh Paulus di Efesus (1Kor 1:11); setelah itu utusan dari jemaat Korintus (1Kor 16:17) menyampaikan sepucuk surat kepada Paulus yang memohon petunjuknya atas berbagai persoalan (1Kor 7:1; bd. 1Kor 8:1; 1Kor 12:1; 1Kor 16:1). Sebagai tanggapan atas berita dan surat yang diterimanya dari Korintus, Paulus menulis surat ini.

Tujuan Penulisan

Paulus memiliki dua alasan pokok dalam pikirannya ketika ia menulis surat ini:

  1. Untuk membetulkan masalah yang serius dalam jemaat di Korintus yang telah diberitahukan kepadanya. Hal-hal ini meliputi pelanggaran yang dianggap remeh oleh orang Korintus, tetapi dianggap oleh Paulus sebagai dosa serius.
  2. Untuk memberikan bimbingan dan instruksi atas berbagai pertanyaan yang telah ditulis oleh orang Korintus. Hal-hal ini meliputi soal doktrin dan juga perilaku dan kemurnian sebagai perorangan dan sebagai jemaat.

Tentang Sapi, Anjing, Monyet, dan Manusia

Pada hari pertama, TUHAN menciptakan sapi.TUHAN berkata kepada sapi, “Hari ini Aku sudah menciptakan kamu! Tugas kamu sebagai seekor sapi adalah, kamu harus bekerja di ladang seharian penuh. Kamu harus bekerja di bawah panas terik matahari yang menyengat kulit tubuhmu. Aku akan memberikan kepadamu umur sebanyak 50 tahun sebagai usia hidupmu.”
Sapi keberatan, “Apa? Kehidupan sekeras dan seberat itu harus saya jalani selama 50 tahun? Bagaimana kalau cukup 20 tahun saja, yang 30 tahunnya saya kembalikan kepadaMu.” TUHAN menyetujui permintaan sapi.

Pada hari kedua, TUHAN menciptakan anjing.
TUHAN berkata kepada anjing, “Apa yang harus kamu lakukan adalah, duduk-duduk seharian di depan pintu rumahmu. Kamu harus menggonggongi siapa saja yang datang ke rumahmu. Aku akan memberimu umur sebanyak 20 tahun sebagai usia hidupmu.”
Anjing keberatan, “Apa? Seharian hanya duduk-duduk di depan pintu? Nggak mau ah! Saya kembalikan 10 tahun kepadaMu, jadi usia saya cukup 10 tahun saja.” TUHAN menyetujui permintaan anjing.

Pada hari ketiga, TUHAN menciptakan monyet.
TUHAN berkata kepada monyet, “Tugasmu, monyet, untuk menghibur manusia. Kamu harus membuat mereka tertawa dengan memasang mimik lucu menggemaskan. Aku akan memberikan kepadamu umur sebanyak 20 tahun sebagai usia hidupmu.”
Monyet keberatan, “Apa? Membuat mereka tertawa? Melakukan berbagai macaam mimik lucu dan menjadi tontonan? Saya hanya mau hidup seperti itu selama 10 tahun saja, yang 10 tahun lagi saya kembalikan kepadaMu.” TUHAN menyetujui permintaan monyet.

Sabtu, 10 September 2011

Ajaran Para Bapa Gereja tentang DOA BAPA KAMI

DOA TUHAN : BAPA KAMI
  • Doa Tuhan adalah yang paling sempurna… Di dalamnya tidak hanya diminta segala-galanya yang dapat kita rindukan dengan cara yang benar, tetapi juga dalam urutan-urutan, dimana kita harus merindukannya; dengan demikian doa ini tidak hanya mengajar kita meminta-minta, tetapi ia membentuk juga seluruh perasaan kita.” (Thomas Aquinas)
  • O manusia, engkau tidak berani mengangkat wajah ke langit, engkau menundukkan pandangan ke bumi, dan dengan tiba-tiba engkau menerima rahmat Kristus: semua dosamu telah diampuni. Dari seorang hamba yang jahat engkau telah menjadi seorang putera yang baik… Jadi angkatlah pandanganmu kepada Bapa …Yang telah menebus engkau melalui PuteraNya dan berkatalah : “Bapa Kami” … Jangan sekali-kali mengandalkan hak istimewa. Ia hanyalah Bapa yang sebenarnya dalam hubungan dengan Kristus, sedangkan kita diciptakan olehNya. Karena itu berkatalah karena rahmat: “Bapa Kami” supaya layak menjadi anakNya” (Ambrosius)


BAPA KAMI YANG ADA DI SURGA
  • Kita dapat menyapa Allah sebagai Bapa, karena Putera Allah yang telah menjadi manusia, menyatakannya kepada kita. Oleh Pembaptisan kita sudah dijadikan anggota Putera Allah dan anak angkat Allah. Doa kepada Bapa kita harus membangkitkan di dalam kita kehendak menjadi serupa dengan Dia, dan membuat kita hati menjadi remuk redam dan penuh kepercayaan (Katekismus)
  • Di “surga” tidak berarti tempat, tetapi keagungan Allah dan kehadiranNya di dalam hati orang-orang yang benar. “Sepantasnya orang beranggapan bahwa kata-kata “Bapa Kami yang ada di surga berbicara tentang hati orang yang jujur, dimana Allah tinggal seperti dalam kenisahNya. Karena itu, juga pendoa akan menghendaki dan merindukan bahwa Ia yang ia sapa, tinggal di dalam hatinya.” (Agustinus)
  • Kalau kita menamakan Allah itu Bapa, kita juga harus bersikap sebagai putera-putera Allah (Siprianus). Kamu tidak dapat menamakan Bapamu itu Allah dari segala yang baik, kalau kamu mempunyai hati yang tidak manusiawi dan kejam. Karena dalam hal itu kamu tidak lagi memiliki tanda kebaikan dari Bapa surgawi dalam kamu (Yohanes Krisostomus)


DOA BAPA KAMI (Doa Tuhan)

Bapa kami yang ada di surga
Dimuliakanlah namaMu
Datanglah kerajaanMu
jadilah kehendakMu
di atas bumi seperti di dalam surga.

Berilah kami rejeki pada hari ini
dan ampunilah kesalahan kami
seperti kamipun mengampuni
yang bersalah kepada kami
Dan janganlah masukkan kami
ke dalam pencobaan
tetapi bebaskanlah kami
dari yang jahat.
Amin.

DOA SYAHADAT (Para Rasul)

Aku Percaya
Akan Allah Bapa Yang Mahakuasa
pencipta langit dan bumi.
Dan akan Yesus Kristus
PuteraNya yang tunggal Tuhan kita
yang dikandung dari Roh Kudus
dilahirkan oleh Perawan Maria
yang menderita sengsara
dalam pemerintahan Pontius Pilatus
disalibkan, wafat dan dimakamkan
yang turun ke tempat penantian
pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati
yang naik ke surga
duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang Mahakuasa
dari situ Ia akan datang
mengadili orang yang hidup dan yang mati.
Aku percaya akan ROh Kudus,
Gereja Katolik yang kudus,
persekutuan para kudus
pengampunan dosa
kebangkitan badan
kehidupan kekal.
Amin.

Selasa, 06 September 2011

Rangkuman Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma

Penulis : Paulus
Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57

Latar Belakang

Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini diletakkan di depan ketiga belas suratnya yang lain. Paulus menulis surat ini dalam rangka pelayanan rasulinya kepada dunia bukan Yahudi. Bertentangan dengan tradisi gereja Katolik-Roma, jemaat di Roma tidak didirikan oleh Petrus atau rasul yang lain. Jemaat di Roma ini mungkin didirikan oleh orang dari Makedonia dan Asia yang bertobat di bawah pelayanan Paulus, mungkin juga oleh orang-orang Yahudi yang bertobat pada hari Pentakosta (Kis 2:10). Paulus tidak memandang Roma sebagai wilayah khusus dari rasul lain (Rom 15:20).

Di surat Roma Paulus meyakinkan orang percaya di Roma bahwa dia sudah berkali-kali merencanakan untuk memberitakan Injil kepada mereka, namun hingga saat itu kedatangannya masih dihalangi (Rom 1:13-15; Rom 15:22). Dia menegaskan kerinduan yang sungguh untuk mengunjungi mereka sehingga menyatakan rencananya untuk datang dengan segera (Rom 15:23-32).

Ketika menulis surat ini, menjelang akhir perjalanan misioner yang ketiga (bd. Rom 15:25-26; Kis 20:2-3; 1Kor 16:5-6), Paulus berada di Korintus di rumah Gayus (Rom 16:23; 1Kor 1:14). Sementara menulis surat ini melalui pembantunya Tertius (Rom 16:22), dia sedang merencanakan kembali keYerusalem untuk hari Pentakosta (Kis 20:16; sekitar musim semi tahun 57 atau 58) untuk menyampaikan secara pribadi persembahan dari gereja-gereja non-Yahudi kepada orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem (Rom 15:25-27). Segera setelah itu, Paulus mengharapkan dapat pergi ke Spanyol untuk menginjil dan mengunjungi gereja di Roma pada perjalanannya untuk memperoleh bantuan dari mereka bila makin ke barat (Rom 15:24,28).

Tujuan

Paulus menulis surat ini untuk mempersiapkan jalan bagi pelayanannya di Roma serta rencana pelayanan ke Spanyol. Tujuannya lipat dua.

  1. Karena jemaat Roma rupanya mendengar kabar angin yang diputarbalikkan mengenai berita dan ajaran Paulus (mis. Rom 3:8; Rom 6:1-2,15), Paulus merasa perlu untuk menulis Injil yang telah diberitakannya selama dua puluh lima tahun.
  2. Dia berusaha untuk memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di dalam gereja karena sikap salah orang Yahudi terhadap mereka yang bukan Yahudi (mis. Rom 2:1-29; Rom 3:1,9) dan orang bukan Yahudi terhadap orang Yahudi (mis. Rom 11:11-36).

Selasa, 23 Agustus 2011

RANGKUMAN KISAH PARA RASUL

Latar Belakang

Penulis : Lukas
Tema : Penyebaran Injil yang Penuh Keberhasilan Melalui Kuasa Roh Kudus
Tanggal Penulisan: Sekitar 63 T.M.

Kitab Kisah Para Rasul, seperti halnya Injil Lukas, dialamatkan kepada seorang yang bernama "Teofilus" (Kis 1:1). Sekalipun nama pengarangnya tidak disebutkan dalam kedua kitab itu, kesaksian kekristenan mula-mula dengan suara bulat, serta bukti intern yang mendukung dari kedua kitab ini menunjuk kepada satu orang penulis yaitu Lukas "tabib ... yang kekasih" (Kol 4:14).

Roh Kudus mendorong Lukas untuk menulis kepada Teofilus supaya mengisi keperluan dalam gereja orang Kristen bukan Yahudi, akan kisah yang lengkap mengenai awal kekristenan

  1. "dalam bukuku yang pertama" ialah Injil tentang kehidupan Yesus, dan 
  2. buku yang kemudian ialah laporannya dalam Kisah Para Rasul tentang pencurahan Roh Kudus di Yerusalem serta perkembangan gereja yang berikutnya.

Jelas Lukas adalah seorang penulis yang unggul, sejarawan yang cermat dan seorang teolog yang diilhami.

Kitab Kisah Para Rasul secara selektif meliput tiga puluh tahun pertama dalam sejarah gereja. Sebagai sejarawan gereja, Lukas menelusuri penyebaran Injil dari Yerusalem hingga ke Roma sambil menyebutkan sekitar 32 negara, 54 kota dan 9 pulau di Laut Tengah, 95 orang yang berbeda dengan nama serta beberapa pejabat dan administrator pemerintah dengan gelar jabatan yang tepat. Ilmu purbakala makin menguatkan ketepatan Lukas dalam semua detail. Selaku seorang teolog, Lukas dengan cerdas melukiskan makna beberapa pengalaman dan peristiwa dalam tahun-tahun mula-mula gereja.

Selasa, 09 Agustus 2011

Berakar dan dibangun dalam Yesus Kristus, berteguh dalam iman (Kol 2:7)

PESAN BAPA SUCI BENEDICTUS XVI
UNTUK HARI ORANG MUDA SEDUNIA KE-26 TAHUN 2011 DI MADRID, SPANYOL.


Sahabat muda terkasih,

Saya sering mengingat kembali Hari Orang Muda Sedunia di Sidney pada tahun 2008 silam. Di sana, kita merayakan pesta iman, saat Roh Allah secara giat bekerja di tengah-tengah kita semua, dan membangun komunitas rohani yang secara sungguh-sungguh dapat saling berbagi dalam satu iman, di antara para peserta yang datang dari berbagai belahan dunia. Pertemuan tersebut, seperti perjumpaan-perjumpaan sebelumnya, berbuah lebat dalam hidup banyak orang muda dan hidup Gereja. Sekarang kita menuju Hari Orang Muda Sedunia berikutnya, yang akan terselenggara di Madrid pada bulan Agustus 2011. Mengingat kembali masa pada tahun 1989, beberapa bulan sebelum hari bersejarah keruntuhan tembok Berlin, peziarahan orang muda seperti ini pernah dilakukan di Spanyol pula, waktu itu di Santiago de Compostela. Sekarang, saat masyarakat Eropa sedang dalam kebutuhan besar untuk menemukan kembali akar Kekristenan mereka, pertemuan kita akan mengambil tempat di Madrid, dengan tema : “Berakar dan dibangun dalam Yesus Kristus, berteguh dalam iman” (bdk. Kol 2: 7). Saya menyemangati Anda untuk mengambil bagian dalam peristiwa ini, yang merupakan peristiwa penting bagi Gereja di Eropa dan bagi Gereja sedunia. Saya mengajak kalian semua orang muda, baik yang saling berbagi iman dalam Yesus Kristus, maupun kalian yang ragu dalam ketidakpastian, atau kalian yang tidak percaya akan Dia, untuk berbagi pengalaman ini, yang akan membuktikan kepastian hidup kalian. Inilah pengalaman akan Tuhan Yesus yang bangkit dan hidup, dan pengalaman akan kasihNya bagi kita masing-masing.

1. Pada sumber Keinginanmu yang terdalam

Dalam setiap periode sejarah kehidupan, termasuk periode kita, banyak orang muda memiliki kerinduan yang mendalam akan relasi pribadi, yang ditandai oleh kebenaran dan solidaritas. Banyak dari mereka membangun hubungan persahabatan yang tulus, untuk mengenal cinta sejati, untuk memulai hidup berkeluarga yang diharapkan manunggal bersatu, untuk mencapai kepenuhan pribadi dan kemapanan hidup yang nyata, serta semua hal yang menjamin masa depan yang bahagia dan tenang. Ketika mengenangkan masa muda saya sendiri, saya tersadar bahwa kemapanan dan perasaan aman nyaman bukanlah pertanyaan yang memenuhi pemikiran generasi muda. Memang cukup benar, bahwa pentinglah memiliki pekerjaan agar dengan itu memiliki pijakan yang kokoh. Namun selain itu, tahun-tahun masa muda merupakan juga waktu, saat kita mencari yang terbaik dari hidup kita. Ketika saya membayangkan kembali masa muda itu, saya ingat semua bahwa kita tidak ingin hidup nyaman demi kehidupan dalam kelas menengah yang mapan. Kita menginginkan sesuatu yang besar, sesuatu yang baru. Kita ingin menjelajahi kehidupan itu sendiri, dalam semua keagungan dan keindahannya. Secara alamiah, tahap itu merupakan bagian dari kehidupan yang kita alami. Selama kediktatoran Nazi dan peperangan, dapat dikatakan pada masa itu, semua orang terkungkung oleh segala peraturan dan batasan yang diciptakan oleh struktur yang sedang berkuasa. Maka, semua orang saat itu ingin mendobrak segala batasan: menginginkan adanya kebebasan, keterbukaan yang memungkinkan kita meraih peluang sebagai manusia. Saya berpikir, bahwa dorongan untuk mendobrak segala batasan yang ada, pada jangkauan tertentu, selalu menandai jiwa orang muda dari masa ke masa. Bagian dari menjadi muda, ialah hasrat akan sesuatu di balik hidup harian dan pekerjaan yang mapan, suatu kerinduan untuk sesuatu yang sungguh-sungguh lebih besar.

Senin, 08 Agustus 2011

"The Exorcism of Emily Rose" Bukan Sekedar Film Pengusiran Setan

Pengantar : beberapa waktu yang lalu kami mengadakan acara nonton bareng film "The Exorcism of Emily Rose". Film ini sengaja saya putarkan untuk para katekumen setelah kami membahas materi katekese tentang Hidup kekal. Dalam pembahasan tentang hidup kekal pada pertemuan sebelumnya ada banyak macam pertanyaan sehubungan dengan sorga, neraka, api penyucian, arwah dan cara mendoakannya, roh, setan, kerasukan dan pengusiran setan. Film tersebut dipergunakan sebagai dasar/awal dan bahan untuk melanjutkan diskusi kami dalam katekese tentang Hidup Kekal.

Film "The Exorcism of Emily Rose" adalah sebuah film tentang pengusiran setan, saat ini sedang menjadi bahan tontonan dan perbincangan, tak terkecuali bagi orang Katolik. Film berjudul The Exorcism of Emily Rose (TEER) berkisah tentang exorsisme (pengusiran setan) terhadap gadis berusia 20 tahun, bernama Emily Rose. Seorang pastor bernama Richard Moore yang berniat baik menolong Emily dan melakukan praktik eksorsisme justru dianggap lalai hingga diajukan ke pengadilan. Kematian Emily Rose yang misterius menimbulkan pertanyaan, antara ia meninggal karena penyakit psikis akut atau memang karena kerasukan setan.

TEER diliris pada bulan September 2005 lalu. Sutradaranya bernama Scott Derrickson seorang penganut Kristen. Film ini dibuat berdasarkan kisah nyata Anneliese Michel, seorang gadis Katolik Jerman yang mati pada tahun 1976. Ia meninggal beberapa minggu setelah gagalnya upaya pengusiran setan oleh pastor Richard Moore. Gereja Katolik sebenarnya menghendaki eksorsisme tergantung dari kondisi orang yang kerasukan setan dan sesuai permintaan si penderita. Namun telanjur sudah, pengadilan memutuskan bahwa kematiannya disebabkan oleh penghentian mengkonsumsi obat, sebagaimana saran Pastor Richard terhadap Emily. Padahal penghentian itu dimaksudkan untuk memuluskan eksorsisme. Kisah film ini menampilkan perjuangan pelepasan dari kekuatan supranatural sehingga tampak sebagai film horor. Film ini skenarionya ditulis Scott Derickson dan Paul Harris Boardman.

Kamis, 04 Agustus 2011

S A H A B A T


"A friend in need is a friend indeed," yang berarti teman dalam kesusahan adalah teman sejati, pantas untuk kita renungkan. Teman yang membantu, mendampingi di saat "jatuh" serta benar-benar memberikan pertolongan adalah teman yang tulus hati. Mereka akan tetap setia dalam suka maupun duka. Marcus Tullius Cicero (106 - 43 SM), pernah berkata, "Amicus certus in re incerta cernitur" yang berarti sahabat sejati ditentukan ketika ada hal yang tidak pasti. Ini berarti pula bahwa sahabat sejati ditentukan ketika seseorang sedang menghadapi permasalahan. Seorang sahabat tidak akan meninggalkan sendiri dalam kemelut permasalahannya, namun dia akan mendampingi.

Dongeng klasik tulisan H.C. Andersen (1805 - 1875) yang berjudul, "The Travelling Companion" menceriterakan kisah John - yang walaupun - sebatang kara dan miskin, ia memberikan semua uangnya untuk menolong orang yang sudah meninggal dunia. Setelah itu, ia menjalani hidup tanpa uang saku atau bekal yang berarti. Namun di tengah perjalanan ia menemukan teman, yaitu Tom. Teman itu sangat baik dan banyak membantu John ketika menghadapi kesulitan. Akhirnya John bisa hidup bahagia berkat pertolongannya. Itulah cerita dari "The Traveling Companion." Kalau ditilik dari asal katanya (etimologi), kata "companion" berasal dari kata "cum" (bersama) dan "panis" (roti). Arti harfiahnya adalah makan roti bersama, makan dari roti yang sama, sharing bersama, berjalan bersama-sama. Kebersamaan - idealnya - selalu disertai dengan makan bersama. Suasana hati yang sedang makan, tentu disertai dengan rasa gembira. Jika dalam makan bersama itu ada ganjalan hati, tentu saja makanan - bagaimana pun nikmatnya - tidak akan tertelan.

Rabu, 03 Agustus 2011

C E M B U R U

Bahasa Ibraninya Cemburu adalah qin’a. Kata itu aslinya ialah menyala, kemudian berarti warna merah yang kelihatan pada wajah seseorang yang diliputi perasaan membara, lalu perasaan tidak senang terhadap seseorang yang memiliki sesuatu, yang tidak dimiliki sendiri. Kata itulah yang dikenakan pada sikap Rahel terhadap kakaknya. Ketika dilihat Rahel bahwa ia tidak melahirkan anak bagi Yakub, ceburulah ia kepada kakaknya itu, lalu berkata kepada Yakub, "Berikanlah kepadaku anak; kalau tidak, aku akan mati." (Kej. 30: 1). Rahel cemburu terhadap Lea yang dikaruniai banyak anak, sedangkan dirinya belum mendapatkan seorangpun. Kecemburuan ini disebabkan karena dirinya tidak memiliki apa yang dimiliki oleh orang lain. Tetapi ketika anak-anak Rahel yakni Yusuf dan Benyamin disayangi Yakub, maka pada gilirannya anak-anak Lea cemburu kepada Yusuf si tukang mimpi itu, sehingga sampai hati menjual kepada orang asing (Kej. 37: 12 – 36). Kecemburuan sungguh mempunyai efek yang luar biasa.

Ada sebuah kisah rekaan tentang rasa cemburu yang mungkin bisa untuk kita renungkan. Diceriterakan dua orang ibu pedagang sembako (Sembilan bahan pokok) yang warungnya berhadapan. Tetapi amat disayangkan bahwa mereka berdua memiliki rasa saling cemburu satu dengan lainnya. Pada suatu hari, datanglah seorang malaikat untuk memberikan sesuatu kepada salah satu ibu. Katanya, pada suatu kali kepada seorang ibu, “Ibu, saya akan memberikan kepada ibu sesuatu. Jika saya memberi ibu satu rumah baru, maka ibu di seberang jalan itu akan saya beri dua rumah baru. Jika Saya membuat warung ibu laris dua kali lipat, maka ibu di seberang ibu akan mendapatkan laba empat kali lipat. Sekarang ibu minta apa dari padaku?” Ibu itu berpikir sejenak, kemudian berkata, “Malaikat yang baik, saya minta butakan mataku sebelah kiri saja, supaya ibu di seberang jalan tersebut matanya buta dua-duanya.” Orang mau menderita – asal – orang yang dicemburui itu lebih menderita. Cerita rekaan tadi merupakan kecemburuan karena kepemilikan yang kurang. Orang menjadi puas, jika dirinya sudah berkelebihan dan orang lain yang adalah “saingannya” berada di bawahnya. Orang yang memiliki rasa cemburu kepemilikan, senantiasa berusaha menjadi “orang yang lebih”. Perasaan ini yang membuat dirinya tidak tenang dan tidak merasa berdamai dan dia terus-menerus berusaha hidup dalam situasi yang tidak nyata.