Jumat, 21 Mei 2010

TEMA XII : KEBANGKITAN YESUS

Pertemuan 12 katekese Lansia:
TEMA : KEBANGKITAN YESUS

Referensi biblis :
Yoh 20: 1-18 Kebangkitan Yesus & penampakan kepada Maria Magdalena
1 Kor 15:1-58 Kebangkitan Kristus, Kebangkitan kita dan kebangkitan tubuh
1Tes 4:13-18 Kedatangan Tuhan

Pokok-pokok iman dan refleksi:

 Setelah tugasnya untuk menebus dosa manusia dengan menderita sengsara sampai wafat di kayu Salib diselesaikan Yesus, Kitab Suci dan Iman Kristen mengajarkan bahwa Yesus bangkit pada hari ketiga setelah Ia wafat, yaitu pada hari Minggu. Yesus menggenapi firman Allah : “Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga” (Luk 24:46).


 Mengapa Yesus mesti bangkit ? :

 Yesus menunjukkan bahwa Ia benar. Walaupun tidak bersalah Yesus telah diadili dan dijatuhi hukuman seperti layaknya seorang penjahat. Ia telah dihukum walaupun tidak bersalah. Ia bangkit untuk menunjukkan bahwa Ia memang benar dan tidak bersalah atas segala tuduhan dan fitnah yang ditujukan kepadaNya.

 Ia menunjukkan kemenanganNya atas dosa dan kesalahan. Dengan bangkit dari kematianNya, Yesus menunjukkan bahwa Ia sungguh menang melawan dosa dan kesalahan segenap manusia. “Sungguh penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya. Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita. Ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya” (Yes 53:4-5). Dengan kematianNya Yesus telah membayar lunas seluruh hutang dosa manusia, dan dengan kebangkitanNya, Yesus telah memperbaharui hidup manusia, menjadi hidup yang lebih mulia dan berharga, sekaligus menunjukkan kemenanganNya atas dosa.

 Ia menunjukkan bahwa Ia Mesias/Juruselamat yang sebenarnya. Yesus menunjukkan sebuah jalan baru bagi manusia yang percaya kepadaNya: “Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal” (1Kor 16:52). Setiap orang yang percaya kepada Yesus akan dibangkitkan dengan cara yang sama seperti cara Yesus yang bangkit, dan akan dianugerahi tubuh rohani yang baru yang lebih mulia dan bersifat ilahi, sebuah tubuh rohani yang diciptakan kembali menurut gambar dan rupa Allah (Kej 1:26). Oleh karena itu Kebangkitan juga disebut sebagai peristiwa “Penciptaan Kembali”.
Yesus yang telah mati dan dibangkitkan itu mewakili seluruh umat manusia. Ia menjadi yang pertama mengalaminya dan kemudian semua yang percaya kepadaNya akan mengalami hal serupa. Yesus yang telah mati karena dosa-dosa kita dan kemudian dibangkitkan menjadi gambaran masa depan umat beriman. Jika Yesus tidak bangkit maka hidup manusia akan terus berakhir pada kematian. Yesus yang bangkit digambarkan oleh Paulus sebagai Adam yang baru, yang membawa kehidupan dan keselamatan.

 Ia menggenapkan tugasnya : mengangkat dan menyelamatkan jiwa-jiwa di tempat penantian. Pada waktu Yesus wafat, Ia turun ke tempat penantian (ingat syahadat) dan di sana Ia membebaskan dan mengangkat semua jiwa menuju hidup kekal di surga. Semenjak dosa Adam, maka hubungan manusia dan Allah terputus, semua jiwa yang telah meninggal tidak dapat mencapai surga. Dengan Kedatangan Yesus, Sang Mesias, semua jiwa di tempat penantian bersukacita “Bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang” (Mat 4:16), dan pada waktu Ia turun ke tempat penantian, Yesus membebaskan semua jiwa di sana menuju surga untuk hidup mulia: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.” (Yoh 11:25-26).

 Ia menunjukkan jati diri dan kemuliaanNya sebagai Putera Allah. Dengan kebangkitanNya, Ia juga menunjukkan kesejatian diriNya yang mulia sebagai pribadi Allah kedua yaitu Putera Allah. Maut / kematian tidak mampu menahan kemuliaan keilahian Yesus, sang Putera Allah, dan karenanya Ia bangkit. Dengan kebangkitanNya itu Ia menunjukkan kekalahan maut dan kuasanya. Hidup manusia tidak akan lagi berakhir dengan kematian tetapi maut/kematian hanyalah sebagai jalan untuk hidup mulia bersatu dengan Allah. Maut diubah dari sesuatu yang menakutkan menjadi sesuatu yang memberi harapan, karena lewat maut itulah setiap manusia dapat berjumpa, berhadapan muka dengan muka, dengan Allah, sumber kegembiraan dan sukacita, sumber keselamatan dan kebahagiaan: "Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" (1Kor 15:54-55) Oleh karena itu baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. (Rom 8:38-39). Sebelum kematiannya, Santo Fransiskus Asisi berkata: “Selamat datang Saudaraku maut. Telah lama kunanti kedatanganmu. Engkau ciptaan Allah yang sungguh baik, karena lewat engkaulah, saudaraku, aku dapat berjumpa dengan Allah kekasih hatiku dan sumber sukacita dalam hidupku.”

 Kebangkitan Yesus ditunjukkan/terbukti dari (1) makam yang kosong dan (2) Dia menampakan diri kepada pada para muridNya. PenampakanNya untuk meyakinkan bahwa Ia benar-benar telah bangkit dari kematian dan kini benar-benar HIDUP dalam kemuliaanNya. Kebangkitan adalah peristiwa iman, bukan saja karena tidak ada satu orang pun yang menyaksikan saat-saat Yesus bangkit, tetapi karena kebangkitan Yesus itu “menantang” setiap orang untuk percaya atau tidak dan jika percaya akan memberi daya luar biasa pada keselamatan manusia: keselamatan manusia tidak hanya terjadi nanti, tetapi sudah mulai dilaksanakan pada saat kita masih hidup: setiap orang yang percaya pada Yesus, sudah mulai diubah hidupnya menjadi hidup yang lebih mulia. Manusia bisa jadi telah mulia walaupun masih hidup di dunia, hatinya sudah “terarah” ke surga walaupun badannya masih di dunia ini. “Jadilah kehendakMu, di dunia sama seperti di surga”.

 Kebangkitan Yesus menjadi peristiwa sukacita + harapan. SUKACITA terlukis dari peristiwa penampakan Yesus kepada Maria Magdalena, Thomas, 2 murid Yesus yang sedang berjalan ke Emaus. Mereka yang telah bertemu Yesus kemudian menyebarluaskan / menularkan kabar gembira tersebut kepada orang lain. HARAPAN terlihat dari penampakan Yesus kepada para murid di danau Tiberias. Ketika mereka putus asa karena tidak mendapat ikan untuk makan.

 Keselamatan yang digambarkan dalam Perjanjian Baru adalah kehidupan baru. Hidup baru berarti juga bahwa kehidupan yang lama telah ditinggalkan. Kehidupan lama digambarkan oleh Paulus sebagai kehidupan menurut daging yang penuh dosa, yaitu masih adanya keterikatan pada perbuatan-perbuatan dan kebiasaan-kebiasaan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah dan menodai martabat manusia. Kehidupan baru adalah kehidupan yang mulia, menjadi manusia baru dalam Roh Kudus sebagai anak-anak terang (Gal 5:16-26, Ef 5:1-21, Kol 3:5-17).

 Karena itu keselamatan bukan hanya diartikan secara rohani, tapi keselamatan yang ditawarkan Yesus mencakup keseharian kita sebagai manusia. Misalnya : keselamatan dalam arti penyembuhan; pemenuhan kebutuhan hidup (makanan/ pakaian dll), menyapa & menerima orang lain apa adanya, memberi kekuatan kepada orang yang lemah.

DOA WALI BAPTIS UNTUK ANAK BAPTISNYA

Allah Yang maha kasih
Kami bersyukur telah Kau percaya
untuk mengemban tugas sebagai wali baptis bagi
…..……… NN ……………


Bantulah kami agar dalam perkataan dan perbuatan
senantiasa selaras dengan ajaran PuteraMu
sehingga kami pun bisa menjadi contoh
bagi anak-anak baptis kami.
Berkatilah ………NN………
Agar senantiasa mendapatkan
Suasana yang mendukung
bagi perkembangan imannya.
Semoga iman yang diterimanya dalam pembaptisan
semakin tumbuh subur dan menghasilkan buah.
Anugerahkanlah kepadanya
apa saja yang perlu
bagi keselamatan jiwa raganya
sesuai dengan kehendakMu.
Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami
kini dan sepanjang masa. Amin

Bapa Kami …… Salam Maria …… Kemuliaan ……

Santo/a ……… (Pelindung NN)
Doakanlah …………NN ……..

TEMA XI: YESUS BERKORBAN DEMI PENGAMPUNAN DOSA KITA

Pertemuan 11 Katekese Lansia:
TEMA : YESUS BERKORBAN DEMI PENGAMPUNAN DOSA KITA

Referensi biblis :
Yoh 19:16-37 Yesus wafat disalib

Pokok-pokok iman dan refleksi:

 Setelah Yesus mengadakan perjamuan makan terakhir bersama murid-muridNya, Dia pergi ke Taman Getsemani untuk berdoa. Solidaritas Yesus sebagai manusia ditonjolkan dengan rasa sangat takut, tapi kehendak Bapalah yang memberi kekuatan kepadaNya. KepasrahanNya terungkap dalam doaNya, “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambilah cawan ini daripadaKu; tetapi bukanlah kehendakKu, melainkan kehendakMulah yang terjadi” (Yoh 22:42).


 Pada saat Yesus ditangkap, Ia digambarkan tenang. Yudas yang dicintai dan dipilihNya itu mencium Yesus. Ciuman yang seharusnya menjadi lambang persahabatan dan penghormatan (pada jaman Yahudi), tapi kali ini ciuman menjadi itu sebagai tindakan pengkhianatan yang paling keji: sebuah tanda yang sudah disepakati antara Yudas dengan gerombolan yang menangkap Yesus. Sedangkan para pengikut Yesus pun melarikan diri.

 Di hadapan mahkamah agama dan Pilatus, Yesus memberi kesaksian tentang diriNya. Tapi Pilatus, seorang hakim yang awalnya adil, setelah karena hasutan & desakan orang-orang Yahudi akhirnya dia pun menjatuhkan hukuman bagi Yesus. Pilatus memilih untuk mencari selamat daripada dimusuhi orang-orang. Apakah kita pun seperti Pilatus, mencari selamat/ aman untuk diri kita sendiri daripada kita dibenci/ dimusuhi oleh teman/ tetangga kita karena mengkuti ajaran Yesus ?

 Yesus diolok-olok, dihina, di mahkotai duri pada kepalanya, dipukul dan dicambuk seluruh tubuhNya oleh para serdadu, sambil memanggul kayu salibNya sampai ke Golgota. Hukuman yang di terima Yesus layaknya seorang budak dan penjahat besar. Tapi Dia menjalani segala siksaan dan penderitaan itu tanpa mengeluh untuk mencapai tujuan Nya.

 "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Luk 23:34). Dan kepada seorang penjahat yang bertobat yang disalibkan disampingnya Yesus berkata "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." (Luk 23:43). Sabda ini mengingatkan arti kematian Yesus sebagai korban pepulih dosa, pengorbanan diri demi untuk menyelamatkan orang lain. Ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak (Yes 53:12)

 Di atas salib Yesus melihat Maria ibuNya dan Yohanes di sampingnya, berkata kepada bundaNya: “Ibu, inilah anakmu”, dan kepada Yohanes ia berkata: “Inilah ibumu”. “Dan sejak itu, murid itu menerima dia dalam rumahnya” (Yoh 19:26-27). Yesus mau menegaskan bahwa Maria bukan hanya ibu ‘milikNya’, tapi Maria sebagai ibu rohani, ibu sekalian orang beriman. Pada saat itu ‘hidup baru’ muncul di dunia, umat manusia dianugerahi seorang ibu yang lain, seorang Hawa yang baru. Inilah yang menjadi dasar bahwa Maria dihormati sebagai Bunda Gereja yang berarti Ibu kita semua.

 Salib sebagai puncak penderitaan secara manusia tapi juga sebagai puncak pengabdianNya / penyelamatan ilahi. “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat 27:46), mau menggambarkan penderitaan Yesus, seorang “Hamba Tuhan yang sengsara” (Yes 52:13 - 53:12), sekaligus menggenapi bahwa Yesus menunaikan tugasnya sebagai Mesias, yakni dengan jalan penghambaan sampai mati.

 Saat terakhirNya, Yesus sendiri menyerahkan nyawaNya: “Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu” (Luk 23:46). Tanda-tanda alam (gempa bumi, terbelah bait suci, kuburan terbuka) menyertai kematiaanNya, membuat orang-orang yang hadir ketakutan/ takjub. Akhirnya mereka percaya dan mengakui bahwa Ia sungguh Anak Allah (lih Mat 27:24).

 Penderitaan dan wafat Yesus mempunyai 2 makna : 1) Yesus sebagai Putera Allah menerima perUTUSan yang Ia terima dari Allah BapaNya untuk mewujudkan keselamatan yang berasal dari Allah (Kristologi atas), 2) menjadi bukti keTAATan manusia Yesus pada kehendak Allah, yang rela menyerahkan nyawaNya demi melaksanakan kehendak Allah (Kristologi bawah). Inilah ke-istimewa-an “pengantaraan tunggal” Yesus. Karena Dalam Yesus terjadi 2 peristiwa yang membawa keselamatan bagi manusia. Ia mewakili kehendak Allah yang ingin menyelamatkan manusia dan sekaligus sebagai wakil seluruh umat manusia, taat sampai menyerahkan nyawanya demi melaksanakan kehendak Allah itu. Oleh karena itu peran yesus dalam keselamatan manusia tidak pernah dapat tergantikan oleh apapun dan siapapun juga.

 Makna wafat Yesus bagi kita adalah untuk memulihkan kembali hubungan kita dengan Tuhan dan membuka kembali pintu gerbang surga yang telah tertutup karena dosa Adam dan Hawa. Dengan salib kita telah ditebus. Kematian Yesus bukan menjadi kegagalan atau akhir dari segala-galanya. Pada hari yang ke-3 Dia BANGKIT, HIDUP dan mengalahkan maut. Tidak akan ada Kebangkitan tanpa kematiaanNya.

Selasa, 18 Mei 2010

TEMA X: YESUS MENDIRIKAN EKARISTI

Pertemuan 10 Katekese Lansia:
YESUS MENDIRIKAN EKARISTI

Referensi biblis :
Luk 22:14-23 Penetapan Perjamuan Malam

Pokok-pokok iman dan refleksi:

 Setelah Yesus melakukan semua karya & ajaran-Nya kepada orang-orang yang dijumpaiNya, Yesus mengetahui bahwa waktuNya di dunia sudah tidak lama. Dia ingin menutup seluruh karyanya dengan berkumpul bersama dengan para murid-Nya untuk makan bersama dan memberikan pesan terakhir yang wajib diteruskan oleh murid-muridNya hingga saat ini.


 Biasanya seseorang sebelum meninggal dunia mempersiapkan segala sesuatu untuk orang-orang yang dicintainya dan akan ditinggalkannya. Ia mempersiapkan hal-hal yang berharga dan pesan-pesan-pesan yang penting. Kadang-kadang seseorang mengungkapkan rahasia-rahasia hatinya yang selama ini terpendam, ada juga yang berbuat sesuatu yang selama ini dicita-citakannya, atau ada juga yang memberikan sesuatu sebagai tanda cinta atau sesuatu yang akan menjadi kenangan akan kehadirannya bersama orang-orang yang telah bersamanya tau orang-orang yang dicintainya. Bagaimana dengan Anda, Apa yang akan Anda lakukan?

 Demikian juga dengan Yesus. Ketika tahu saatNya akan tiba, untuk segera berpisah hidup di dunia dengan orang-orang yang dicintaiNya dan dekat denganNya, ia melakukan hal-hal penting untuk mereka, yaitu :

 Memberi teladan kerendahan hati dan dan saling melayani (lewat pembasuhan kaki). “Siapa yang terbesar diantara mereka haruslah menjadi pelayan di antara mereka, dan bahwa mulai saat itu haruslah mereka saling membasuh kaki satu sama lain” (Yoh 13:14-15)
 memberi peringatan untuk tidak takut dan khawatir dalam hidup dan penderitaan
 memberi peringatan akan tanda-tanda kedatanganNya yang kedua
 mengungkapkan jatidiriNya
 menjelaskan alasan kepergianNya yaitu untuk mempersiapkan tempat bagi murid-muridNya
 berdoa-bagi keselamatan dan persatuan para muridNya
 dan yang terpenting adalah memberikan diriNya sendiri sebagai makanan dan minuman yang akan memberi hidup kepada orang-orang yang dicintaiNya dan mencintaiNya bahkan sampai hidup yang kekal. Peristiwa ini sering disebut Perjamuan makan malam terakhir (last supper) dan merupakan awal lahirnya EKARISTI yang diperingati oleh gereja setiap hari Kamis Putih sebelum Jumat Agung saat wafat nya di Salib.

 Dalam perjamuan malam terakhir, Yesus yang penuh cinta dan keharuan akan berpisah dengan orang-orang yang dicintaiNya, memberikan cinta yang sehabis-habisNya untuk orang-orang yang selama ini dekat denganNya. Apakah hadiah terbesar bagi orang-orang yang dicintaiNya? Tiada yang lebih baik dan besar dan mulia, selain DIRINYA sendiri, selain HIDUPNYA sendiri "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku". Maka dalam perjamuan itu, Ia memberikan dirinya sendiri sebagai makanan dan minuman bagi orang-orang yang dicintaiNya.

 Dengan memberikan dirinya sebagai makanan dan minuman bagi kita, Yesus tidak saja memberi hidupNya kepada murid-muridNya, tapi juga memberikan kemuliaanNya, kekuasaanNya dan martabat keputeraanNya sebagai anak Allah yang tunggal kini dianugerahkan juga kepada manusia. Maka setiap orang yang menerima diriNya diangkat menjadi putera Allah juga dengan segala kemuliaan dan karunia yang juga telah diberikan dan diterima oleh Yesus. Sungguh agung dan mulia rahmat itu! Dengan turut menjadi Putera Allah, maka orang-orang yang menerima Yesus juga turut menjadi ahli waris yang memiliki hak tak terhapuskan untuk memasuki kemuliaan abadi dalam kerajaan Allah, bersatu dengan Allah dalam kehidukan kekal di surga. Itulah mengapa Ekaristi merupakan Sakramen yang paling agung dan mulia diantara semua sakramen dan sering disebut sebagai sumber hidup Gereja, sumber dari segala sakramen, sakramen dari segala sakramen, sumber hidup manusia, kemuliaan hidup manusia, jaminan hiudp kekal, anugerah kemuliaan Allah dan persatuan dengan Allah sendiri.

 Perjamuan terakhir juga merupakan “santapan persaudaraan” : Yesus sendiri yang melakukan peristiwa itu, Dia sendiri yang hadir dalam peristiwa Ekaristi ini. Dalam peristiwa ini, kita manusia diundang olehNya untuk menjadi satu kesatuan dengan Nya. Yesus memecah-mecah roti dan membagikanNya kepada para muridNya dengan artian semua berasal dari satu TUBUH, jadi kita yang menerima komuni adalah SATU SAUDARA, satu TUBUH dan DARAH. Yang menyatukan adalah Yesus sendiri yang dengan rela dan KASIH memberikan Tubuh dan DarahNya justru kepada manusia yang berdosa.

 “... perbuatlah ini menjadi peringatan akan Daku” (Luk 14:19). Peristiwa ini kita kenal dengan EKARISTI dan kita lanjutkan hingga saat. Ekaristi harus dilakukan sesering mungkin agar kita selalu sering menyatukan diri dalam Yesus sendiri. Dalam Perayaan Ekaristi perubahan roti menjadi tubuh Yesus dan anggur menjadi darah Yesus terjadi dalam Doa Syukur Agung saat Konsekrasi dan sering disebut sebagai Transubstantia.

TEMA IX: YESUS MEMBELA YANG MISKIN, TERSISIH & BERDOSA

Pertemuan 9 Katekese Lansia:
TEMA: YESUS MEMBELA YANG MISKIN, TERSISIH & BERDOSA

Referensi biblis :
Yoh 8:1-11 (perempuan berzinah) ; Yoh 6:1-15 (Yesus memberi makan 5000 orang) ; Luk 19:1-10 (Zakeus), Mat 11:25-30 (Ajakan Juruselamat)

Pokok-pokok iman dan refleksi:

 Dalam perjalanan kehidupan Yesus untuk mewartakan kerajaan Allah, selain karya Yesus memulihkan orang sakit & menderita, memberikan pengajaran tentang keselamatan, Yesus juga banyak membela orang miskin dan disingkirkan oleh masyarakat. Orang–orang ini seringkali jadi korban diexploitasi, dimanfaatkan untuk kepentingan orang-orang berkuasa. Yesus membela mereka, merangkul mereka dan bergaul bersama dengan mereka untuk menunjukan bahwa kasih Allah juga dikurniakan bagi mereka. Yesus bersabda: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” (Mrk 2:17). Yesus mendekati orang-orang berdosa untuk menyelamatkan mereka dari dosa dan penderitaannya. Gereja Katolik juga secara konsisten mengikuti perintah dan teladan Yesus dengan merangkul dan mendampingi mereka yang miskin, menderita dan tersisih dari masyarakat


 Yesus bergaul dengan semua orang termasuk orang-orang menderita, berdosa, orang-orang yang disingkirkan masyarakat dan bahkan wanita tuna susila, semata-mata untuk menyelamatkan mereka. Sebenarnya pergaulan Yesus dengan orang berdosa dan yang dianggap najis tidak sesuai dengan adat budaya dan sopan santun pada waktu itu, tapi Yesus berani menentang dan merombak segala peraturan yang dianggap salah, karena yang terpenting bagi Yesus adalah keselamatan mereka semua. Yesus ingin menyatakan rasa solidaritas dan menawarkan rahmat pengampunan Allah kepada manusia yang berdosa, untuk menyelamatkan mereka. Yesus datang membawa belaskasihan Allah kepada manusia “Yang Ku-kehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan; karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa” (Mat 9:13). Bagaimana sikap kita terhadap orang yang miskin atau orang yang disingkirkan oleh masyarakat, penderita kusta, AIDS, orang-orang cacat??

 Yesus peduli dan menolong kelaparan : kisah Yesus memberi makan 5000 orang (lih Yoh 6:1-15), hati Yesus tergerak oleh belas kasih melihat orang-orang kelaparan / menderita. 5 roti dan 2 ikan, simbol sesuatu yang kecil, tapi Yesus mengucap syukur atas hal kecil tersebut dan mempersatukan kepada Allah, sehingga terjadi karya yang besar. Dia tidak membiarkan penderitaan terjadi kepada orang beriman dan Dia akan menolong asal manusia datang, berharap & percaya kepadaNya.

 Yesus datang kepada orang berdosa: kisah Zakeus (lih Luk 19:1-10) si pendek, kaya, pemungut cukai, disingkirkan dalam masyarakat karena dianggap pendosa, antek penjajah. Yesus melihat manusia berdosa dan memberi kesempatan untuk berTOBAT. Yesus tidak membiarkan manusia jatuh dalam dosa. Dia berbelas kasih untuk menolong & membebaskan dari dosa, tapi dibutuhkan keterbukaan hati untuk menerima Dia dan MOHON pengampunan dosa dari Yesus sendiri. PerTOBATan adalah TINDAKAN nyata yang harus diwujudkan dalam sikap hidup. Pertobatan macam apa yang telah kita lakukan dalam hidup kita ? Hal-hal apa yang telah kita perbaiki dalam hidup kita semenjak mengenal Tuhan Yesus ?

 Yesus dihadapkan pada manusia berzinah (lih Yoh 8:1-11). Adat orang Yahudi adalah menghukum mati wanita yang ketahuan berzinah. Tapi Yesus menyapa dan membela wanita yang ketahuan berzinah tersebut. Yesus tidak terpancing untuk menghukum wanita tersebut. Dia mengajak orang sekelilingnya untuk melihat dan merenungkan perbuatan dirinya masing-masing sebelum menghakimi orang lain. Kita sering menggosip kesalahan orang, tapi jangan-jangan justru diri kita yang lebih berdosa dari orang yang kita perbincangkan. Yesus mengungkapkan sebuah peribahasa: “Mengapakah engkau melihat debu di dalam mata saudaramu, sedangkan balok kayu di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?” (Luk 6:41).

 Orang yang tersingkir, ditinggalkan oleh keluarga, miskin menjadi sorotan dalam perjalanan hidup Yesus. Sabda bahagia: Berbahagialah, kamu yang miskin, lapar menangis karena kamulah empunya kerajaan surga, kamu akan dipuaskan ... “ (lih Luk 6:20-21). Mengapa orang miskin atau sengsara dinyatakan berbahagia oleh Yesus? Karena justru mereka yang miskin, menderita dan tak memiliki apa-apa, tak berdaya di dunia ini, paling condong mengharapkan segalanya dari Tuhan sebagai SATU-SATUNYA harapan dan sandaran. Tuhan adalah segalanya, mereka inilah yang dinyatakan berbahagia oleh Yesus.

 “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mat 11:28). Itulah janji Yesus yang ditawarkan kepada manusia. Betapa baiknya Dia !

Jumat, 14 Mei 2010

TEMA VIII: YESUS MENGAJARKAN KESELAMATAN

Pertemuan 8 Katekese Lansia:
TEMA : YESUS MENGAJAR TENTANG KESELAMATAN

Referensi biblis
Mat 6 & Mat 13. (Dibacakan Mat 13:1-9, 18-23 Perumpamaan tentang penabur)

Pokok-pokok iman dan refleksi:

Allah yang mencintai manusia berkehendak menyelamatkan manusia dari dosa-dosanya, dan untuk melaksanakan kehendakNya itu, Allah mengutus Yesus Puteranya datang ke dunia menjadi manusia. Tugas utama Yesus di dunia adalah menyelamatkan manusia. Keselamatan manusia tercapai bila manusia BERSATU dengan Allah, secara hati: sama dengan Allah; secara kehendak: sama dengan Allah; bahkan secara jasmani menyatu dengan Tuhan dalam komuni suci, hingga akhirnya kelak sesudah kehidupan di dunia ini, manusia diangkat dan secara DEFINITIF sungguh-sungguh bersatu dengan TUHAN ALLAH Penciptanya dalam kehidupan baru yang mulia di surga (Why 21:3-5a,22-25). Bagaimana supaya kita manusia dapat selamat ? Kita harus percaya pada Yesus, karena Yesus adalah Allah sendiri yang menjelma menjadi manusia.


Yesus melaksanakan karya keselamatannya di dunia dengan cara yang mendasar dan khas, yaitu : mewartakan Kerajaan Allah di dunia ini. Kerajaan Allah itu diwujudkan oleh Yesus melalui Sabda dan karyaNya, yang sekarang diteruskan oleh Gereja.

Sabda dan karya Yesus merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Apa yang Ia ucapkan adalah apa yang dilaksanakanNya. Yesus adalah keselamatan manusia, karena Yesus bersatu dengan Allah. Semua yang dikatakan dan dilakukan Yesus selaras dengan kehendak Allah, karena itu Yesus penuh kuasa, Ia disertai kuasa Allah. Semua Karya dan tindakan Yesus bertujuan untuk keselamatan manusia lainnya. Karya-karya besar yang dilakukan oleh Yesus, diantaranya : membela orang yang tersisih dan menderita dengan menentang penguasa yang bertindak semena-mena walaupun dengan itu ia terancam hidupnya karena melawan arus dunia, berkuasa atas alam dan ciptaan, menyembuhkan dan membebaskan orang dari belenggu dosa dan kuasa kegelapan, dan puncaknya adalah menyerahkan hidupnya sebagai korban penebus dosa manusia dengan mati di kayu salib, supaya semua manusia dapat diselamatkan. Yesus menghendaki semua manusia memperoleh keselamatan.

Sedangkan Sabda yang diucapkannya merupakan pewartaan/penjelasan atas apa yang dilakukanNya (karyaNya). Oleh karena itu tidak bisa kita berhenti pada karya Yesus (misalnya penyembuhan dan mujizat) tanpa tahu apa tujuan dari penyembuhan itu. Dengan mengetahui dan memahami SabdaNya, kita akan mengerti dan tahu apa maksud dari semua karya / tindakan yang dilakukan Yesus di dunia ini.

Yesus mengajar murid-muridnya dalam 3 hal :
 Yesus mengajar sambil mengadakan mujizat. Pengajarannya sering ditampilkan sebelum atau sesudah Ia melakukan sebuah mujizat untuk menjelaskan makna/arti mujizat yang dilakukanNya, sehingga orang tidak berhenti pada kekaguman pada mujizat itu tetapi menyelami makna kehendak Allah pada manusia yaitu supaya manusia memperoleh keselamatan dalam Yesus.
 Yesus memberikan ajaran-ajaran khusus tentang makna hidup dalam Kerajaan Allah, biasanya dalam bentuk perumpamaan-perumpamaan atau ajaran-ajaran khusus.
 Yesus menjelaskan diriNya dan hubunganNya dengan Allah : “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh 14:6).

Semua yang diajarkan oleh Yesus adalah merupakan jalan keselamatan dan sumber hidup manusia. Karena itu sangat penting mendalami setiap ajaran dan Sabda Yesus demi keselamatan kita.

Beberapa hal yang diajarkan oleh Yesus diantaranya :
 tentang KEBAHAGIAAN manusia: Kebahagiaan manusia tidak bergantung pada kebendaan dan hak milik manusia tetapi pada kedekatannya dengan Allah dan kepeduliannya pada sesama. (lih Mat 5:1-12, Luk 6:20-23)

 tentang TUGAS HIDUP orang beriman: Setiap orang yang percaya pada Yesus harus menjadi terang yang menerangi orang lain dan menjadi garam yang membawa keberuntungan bagi sesama (lih Mat 5:13-16)

 tentang ADAT ISTIADAT manusia: Setiap orang dalam menjalankan adat-istiadat dan budayanya hendaknya tidak melakukannya hanya karena itu adalah kebiasaan semata, tetapi harus mengerti makna dan artinya bagi hidup manusia dan menjalankannya atas kehendak Allah, menjalankan adat budaya harus berlandaskan hukum kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama manusia (lih Mat 5:17-48)

 tentang MEMBERI SEDEKAH : Kalau memberi sedekah atau memberi bantuan kepada orang lain janganlah kita mengingat-ingat kebaikan yang telah dilakukan, menolong sesama bukan untuk mendapat pujian atau balasan dari Tuhan tapi justru untuk membalas kasih Tuhan yang terlebih dahulu diberikan kepada kita.

 tentang BerDOA : dalam berdoa atau beribadat hendaklah tujuan utamanya adalah kedekatan dengan Allah. Dalam berdoa juga hendaknya jangan bertele-tele, karena Allah telah mengetahui apa yang kita butuhkan dan Ia akan selalu memberi yang terbaik untuk kita (lih Mat 6:5-15, 7:7-11). Doa yang paling baik adalah doa Bapa Kami adalah doa ini diajarkan oleh Yesus sendiri

 Menjalankan hukum yang terutama yaitu HUKUM KASIH : 1) kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan segenap kekuatanmu. 2) Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (lih Mrk 12:30-31). Yesus mengajarkan untuk menghormati / mengasihi / mengutamakan Tuhan dari segala sesuatu. Mengasihi orang lain seperti diri sendiri. Cinta kepada Allah dan cinta kepada sesama saling terkait. Tidak bisa kita mengatakan ‘Aku mencintai Allah’ tapi kita membenci sesama kita.

 tentang MENGAMPUNI: memaafkan kesalahan orang lain harus ikhlas dan tidak hitung-hitung kesalahan orang lain, ibaratnya memaafkan orang tujuhpuluh kali tujuh kali, seperti Allah yang selalu membuka pintu maaf bagi kita, betapa besar dan berapa kalipun kita melakukan dosa dan kesalahan.

 PASRAH kepada Tuhan : permasalahan selalu akan datang kepada setiap manusia, tapi orang beriman bukan menghadapinya dengan takut dan khawatir, tetapi Yesus mengajarkan untuk berpasrah dan menyerahkan segala kepada Allah, Allah selalu memberikan yang terbaik bagi yang memohon kepadaNya (Mat 6:25-34).

 tentang BERJAGA-JAGA (lih Mat 24:37-44): Setiap manusia hendaknya selalu berjaga-jaga dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya, karena tidak ada yang tahu kapan dan bagaimana kita dipanggil Tuhan. Maka hendaknya setiap orang banyak melakukan kebaikan sebagai bekal untuk hidup yang kekal (lih Mat 6:19-24).

Bila kita mendengarkan ajaran Tuhan dan melaksanakannya dalam hidup sehari-hari, sama dengan seorang yang menaburkan benih di tanah yang baik, seperti salah satu perumpamaan yang diungkapan oleh Yesus tentang seorang penabur. Benih adalah ajaran Tuhan, tanah yang baik adalah hati kita. Benih itu akan tumbuh besar dan akan berbuah 100 kali lipat. Barang siapa melakukan ajaran dan perintah Tuhan akan diberkati secara melimpah-limpah. Bagaimana sikap kita menanggapi ajaran Tuhan? Maukah kita melaksanakan setiap ajaran Tuhan dalam hidup kita agar kita selamat ?

MENYIAPKAN DAN MEMOTIVASI PENGURUS LINGKUNGAN

Salah satu kekhasan Gereja Katolik Indonesia adalah adanya sistem lingkungan/ kring/stasi dalam pelayanan pastoral parokial-teritorial yang memungkinkan semakin banyak kaum beriman awam terlibat dalam pengembangan Gereja seperti yang diharapkan oleh Konsili Vatikan II (lih. AA 10, AA 24, AG 21). Dan yang menarik, cikal-bakal lingkungan ini ternyata sudah ada jauh sebelum Konsili Vatikan II, bahkan sebelum Perang Dunia II. Pada masa itu para imam Jawa, yakni Rm. Hardjosuwondo SJ dan Rm. Sugiyopranoto,SJ, merintis sistem kring di paroki-paroki Wedi-Klaten, Ganjuran, dan Bintaran (lih. JWM Huub Boelaars, OFM Cap dalam Indonesianisasi: Dari Gereja Katolik di Indonesia Menjadi Gereja Katolik Indonesia, Kanisius, 2005, hlm. 353). Bahkan para pamong kring ini berperan sebagai gembala bagi umat kringnya, dimana mereka dipercaya untuk memimpin ibadat-ibadat, mengajar calon baptis, juga membimbing umat yang mengalami kesulitan.


Dalam perkembangan waktu, sistem “bapak pamong kring” ini kemudian berkembang menjadi sistem lingkungan yang kemudian juga dimasukkan dalam struktur dewan pastoral paroki. Dalam semangat kepemimpinan partisipatoris, “salib pelayanan” umat di lingkungan tidak lagi “dibebankan” pada pundak ketua lingkungan saja, tetapi menjadi tanggung jawab para pengurus lingkungan. Keterlibatan para pengurus lingkungan sungguh membantu dan melipatgandakan tenaga dan perhatian pastoral Pastor Paroki. Dan menarik untuk dicermati, “sekolah pelayanan dan kerjasama” para pengurus lingkungan ini sekaligus merupakan salah satu wahana dan peluang untuk mempersiapkan kader-kader pengurus Dewan pastoral paroki.
Menjaring Kader Pengurus Lingkungan

Namun, yang menjadi kendala di lapangan, ternyata tidaklah mudah mencari kader pengurus lingkungan. Ada kecenderungan di antara umat untuk “mengabadikan” para pengurus lingkungan. Kesulitan mencari pengurus lingkungan semakin nyata tatkala lingkungan hendak dimekarkan. Menurut saya, kesulitannya bukan lantaran tidak adanya orang yang mau dan mampu, melainkan karena belum adanya sistem yang mempersiapkan para kader pengurus lingkungan. Selama ini pembekalan dan penyegaran (ketua) pengurus lingkungan ditujukan kepada mereka yang baru atau sudah ditunjuk menjadi pengurus. Maka bila bermaksud menjaring “wajah baru” dalam kepengurusan lingkungan, terlebih demi regenerasi pelayanan umat di lingkungan, kesulitan yang sama terulang: mereka yang akan dipilih dan ditunjuk merasa belum siap lantaran pelbagai dalih dan alasan. Di lain pihak wacana dan literature pelayanan untuk para pengurus lingkungan juga belum tersedia. Selama ini yang ada baru buku panduan untuk misdinar, lektor, prodiakon, dewan paroki, dsb.

Menanggapi keprihatinan pastoral ini, pada liburan musim panas 2008 lalu saya menyempatkan dan memberanikan diri menulis buku “Siap Menjadi Pengurus Lingkungan” yang saya akui sebenarnya hanyalah “tiada rotan akar pun jadi”. Saya berharap, setidaknya wacana dalam buku ini bisa menjadi titik tolak untuk mempersiapkan dan memotivasi (kader) pengurus lingkungan secara lebih serius. Maka dalam tulisan singkat ini, perkenankan saya menyampaikan beberapa hal yang saya bahas dalam buku kecil itu.

Menghidupi Pancatugas Gereja dalam dan bersama Lingkungan

Setelah membahas keterlibatan kaum beriman awam dalam Gereja (bab 1) dan reksa pastoral Gereja melalui Lingkungan (bab 2), saya mengajak pembaca untuk menghidupi panca tugas Gereja bersama dan dalam lingkungan (bab 3). Mengapa kita perlu mewujudkan panca tugas ini? Sebab Tuhan Yesus sendiri telah memberi perintah kepada kita, para pengikut-Nya, untuk saling mengasihi (Yoh 13:34) dan saling melayani (lih. Yoh 13:14-15). Amanat Kristus ini secara konkret dan terus-menerus perlu kita wujud-nyatakan bersama orang-orang terdekat, yakni keluarga kita dan umat lingkungan terdekat. Dengan jumlah umat paroki yang sedemikian besar, bahkan tidak jarang kita selisih jalan saat merayakan Misa hari Minggu, mewujudkan semangat kasih dan pelayanan dalam lingkup keluarga dan lingkungan terdekat adalah pilihan yang paling realistis.

Memang ada sebagian umat yang merasa masih ”belum butuh lingkungan”, termasuk mereka yang sudah menjadi aktivis di aneka kelompok kategorial. Namun, menurut saya bergabung dalam persekutuan umat di lingkungan-teritorial ini patut diupayakan karena lingkungan merupakan salah satu wahana mewujudkan amanat Kristus tadi. Selain itu, persekutuan umat di lingkungan lebih menampilkan ”wajah Katolik”, dimana umat dari pelbagai latar belakang etnis, budaya, sosial-ekonomi, juga selera dan tingkat rohani, berhimpun dan bersekutu berdasarkan iman akan Kristus (dan tentu saja juga berdasarkan pembagian administrarif-teritorial paroki). Memang pelayanan rohani ”umum-teritorial” di lingkungan ini masih perlu dilengkapi dengan pelayanan aneka kelompok kategorial yang lebih menjawabi kebutuhan dan selera rohani masing-masing pribadi yang berbeda. Demikian pula, dalih betapa sibuknya anggota keluarga sampai tidak ada waktu untuk kegiatan lingkungan, bisa disiasati dengan keterlibatan ”wakil keluarga” sedemikian sehingga komunikasi antara keluarga dan umat lingkungan tidak terputus.

Untuk memahami lebih baik bagaimana mewujudkan panca-tugas gereja dalam dan bersama lingkungan, pembaca diajak merenungkan cara hidup Gereja Perdana dalam Kis 2:41-47. Dari sini selanjutnya pembaca diajak menggagas lebih lanjut bagaimana secara konkret panca tugas tersebut dapat diwujudkan dalam dan bersama lingkungannya.
Belajar dari ide Gereja Diaspora Romo Mangun

Untuk mendiskusikan penggembalaan dan pengembangan Gereja Katolik Indonesia, kita juga mesti belajar dari wacana Gereja Diaspora yang dilontarkan oleh Romo Mangun. Maka pada bab 4, saya menyajikan poin-poin gagasan Romo Mangunwijaya yang relevan untuk pengembangan Gereja di lingkungan. Seperti diingatkan oleh Romo Mangun, kita perlu menyadari bahwa saat ini umat Katolik Indonesia dihadapkan pada situasi diaspora, maka pelayanan teritorial-tradisional perlulah dilengkapi dengan pelayanan khusus bagi umat yang terdiaspora. Karena itu, para pengurus lingkungan hendaknya juga memahami dan memaklumi, seandainya ada umat yang tidak bisa aktif dalam aneka kegiatan lingkungan lantaran “kediasporaan”-nya. Di lain pihak, para pengurus lingkungan sebagai pribadi kiranya juga perlu mempersiapkan diri menjadi “gembala diaspora” bagi sahabat-kenalan dari lain lingkungan dan paroki. Namun, Romo Mangun berkeyakinan bahwa pelayanan teritorial-tradisional (termasuk lingkungan) ini tetaplah perlu karena hal ini justru menggambarkan kesatuan umat yang beragam dan juga memang ada beberapa sektor yang tetap membutuhkan pelayanan teritorial, seperti anak-anak dan remaja, dunia sekolah, mereka yang sakit, cacat, dan jompo.

Dalam buku Gereja Diaspora Romo Mangun ‘menggugat’ komitmen dan perhatian Gereja pada kaum miskin dan papa-menderita. Beliau berharap “Mudah-mudahan kejuaraan kita dalam 1001 acara doa, novena, lomba kor gereja, kolasi, rekoleksi, retret, membangun gedung-gedung gereja raksasa maupun kapel molek, dan yang terpenting, membanjiri tempat ziarah sambil berpiknik dan berekspresi kesalehan lain yang indah itu seimbang dengan karya-karya nyata yang meringankan pahit-pedih manusia lain yang menderita dalam segala bentuk. Sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Yesus dan Gereja di zaman para rasul” (Gereja Diaspora, Kanisius, hlm. 175). Maka pertanyaannya, bagaimana secara konkret hal ini bisa diwujudnyatakan dalam hidup menggereja di lingkungan. Demikian pula penekanan beliau akan pentingnya keluarga sebagai “benteng Gereja Diaspora”, hendaknya menjadi catatan dalam pengaturan aneka kegiatan lingkungan. Dan tidak kalah menariknya adalah menyimak “anjuran Romo Mangun” tentang kriteria pengurus lingkungan dan dewan paroki yang sebaiknya kita pilih dan tunjuk.
Menjadikan Lingkungan Sebagai KBG

Dalam SAGKI 2000, Gereja Katolik Indonesia mencanangkan Komunitas Basis Gerejani (KBG) sebagai cara baru hidup menggereja agar kehadiran Gereja sungguh memberi arti dan sumbangan bagi masyarakat sekitar (termasuk di kala masyarakat kita menderita akibat aneka bencana alam, “bencana lapindo”, kenaikan BBM, dsb). Memang masih ada perdebatan, apakah lingkungan itu sudah merupakan komunitas basis gerejawi? Daripada mempersoalkan “istilah”, akan lebih baik bila kita mengupayakan agar lingkungan/kring/stasi kita menjadi suatu komunitas basis gerejani. Maka sebagai suatu komunitas basis gerejani, kiranya pembicaraan bersama dengan diterangi Kitab Suci perlu dikembangkan agar umat lingkungan senantiasa menemukan bentuk-bentuk diakonia dan martiria yang relevan untuk situasi-kondisi setempat.
Motivasi dan Spiritualitas Pengurus Lingkungan

Pada bab-bab selanjutnya, saya memfokuskan perhatian pada pengurus lingkungan secara konkret, mulai dari peran dan kinerjanya, motivasi dan spiritualitas yang perlu dihidupi, sampai aneka “panduan praktis” mewujudkan pelayanan murah hati (termasuk pada umat yang jarang muncul di lingkungan).
Apa yang menjadi motivasi seseorang mau dipilih dan ditunjuk menjadi pengurus lingkungan? Saya memaparkan empat motivasi menerima tanggung jawab pelayanan di lingkungan ini (tentu dengan menimba inspirasi dari Kitab Suci dan Ajaran Gereja):
1. Merealisasikan tugas perutusan yang telah diemban sejak menerima Sakramen Krisma, khususnya tugas sebagai gembala.
2. Sebagai perwujudan cinta kepada Tuhan Yesus dan Gereja,
3. Mempersembahkan talenta untuk “pembangunan jemaat”
4. Ajakan untuk terus memurnikan motivasi pelayanan
Sementara berkaitan dengan Spiritualitas yang patut dihidupi oleh para pengurus lingkungan, saya paparkan tiga hal:
1. Mengemban pelayanan murah hati seperti diilustrasikan dalam cover buku (saling membasuh kaki).
2. Semangat misioner, yakni siap sedia diutus, tidak harus pergi ke luar negeri, tetapi berani keluar dari kepentingan diri dan mulai terarah pada orang lain. Maka bagaimana secara konkret semangat 2D2K: Doa-Derma-Korban-Kesaksian, dapat diwujudnyatakan oleh para pengurus lingkungan.
3. Makna bekerjasama sebagai satu tim, seperti halnya Kristus mengutus para murid-Nya pergi berdua-dua.

Menanggapi Dalih Tidak Mau Melayani

Ada banyak dalih dan alasan bisa disebut yang membuat para kader pengurus lingkungan merasa diri belum siap, seperti tidak layak dan tidak pantas, tidak mampu, tidak ada waktu, dst. Saya mencoba menanggapi aneka dalih tersebut untuk memotivasi para pengurus lingkungan. Asalkan ada kemauan, kemampuan dan ketrampilan bisa diupayakan dan ditingkatkan. Asalkan ada kemauan, akan berusaha menyempatkan waktu. Namun, untuk para “aktivis Gereja” yang sudah sibuk dengan aneka pelayanan dan tanggung jawab, sebaiknya membatasi diri menerima “jabatan” pelayanan ini agar tidak mengecewakan umat ataupun menelantarkan keluarga. Untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan para pengurus lingkungan, saya berikan daftar buku yang bermanfaat untuk pelayanan umat di lingkungan.

Selanjutnya, saya uraikan pula soal doa lingkungan dan bagaimana secara praktis memandu doa lingkungan dan menyusun renungan untuk ibadat syukur/permohonan di lingkungan. Dan tentunya saya bahas pula “Seputar Ketua Lingkungan” dan “Pengurus Lingkungan dan Keluarganya”.

Persoalan Klasik di Lingkungan

Berangkat dari pengamatan dan pengalaman mendampingi para pengurus lingkungan di paroki, saya mendapati setidaknya ada selusin persoalan klasik di lingkungan. Maka dalam buku ini saya juga mengangkat dan mendiskusikan aneka persoalan klasik itu agar bisa menjadi pembelajaran bersama bagi (kader) pengurus lingkungan, yakni:
1. "Jemput bola" gembala proaktif kepada: warga pindahan baru, katekumen, calon penerima sakramen, yang terbaring sakit, yang kurang aktif, dan yang miskin dan berkekurangan.
2. Pelayanan bagi yang berduka: penerimaan Sakramen Perminyakan, pelayanan bagi warga yang meninggal, dukungan bagi keluarga yang berkabung, dan pelayanan doa-misa arwah.
3. Pemberdayaan potensi umat
4. Transparansi keuangan lingkungan
5. Managemen Konflik dan Perbedaan
6. Guyon Berlebihan
7. Managemen Gossip
8. Alokasi Waktu dan Jam Karet
9. Koq Sedikit yang ikut Pendalaman Iman?
10. Melibatkan Generasi Muda
11. Lingkungan Vs Ekumene
12. Penyakit: Post Power Sindrom.

Tiada Rotan Akar Pun Jadi

Sebagaimana saya singgung di awal tulisan ini, buku Siap Menjadi Pengurus Lingkungan sungguh saya sadari dan akui sekedar ”tiada rotan akar pun jadi” mengingat keterbatasan pengalaman pastoral parokial saya dan saya tidak studi khusus bidang ini. Namun, saya menyadari akan ”bagian saya” (bdk. 1 Kor 12:18)) untuk merumuskan aneka pengalaman pendampingan para rekan pastor paroki (tentu sejauh yang saya amati dan alami) kepada para pengurus lingkungan dengan harapan buku kecil ini bisa menjadi titik tolak pembicaraan bersama untuk mempersiapkan dan memotivasi para pengurus lingkungan. Dan tentunya saya tidak berpretensi untuk menyelesaikan semua persoalan pelayanan di lingkungan, tetapi berharap bahwa lontaran ide dan wacana ini dibicarakan lebih lanjut oleh para pengurus lingkungan dan pastor paroki agar semakin relevan dan aplikatif di lapangan. Akhirnya, selamat mempersiapkan kader pengurus lingkungan demi pengembangan Gereja Katolik Indonesia di masa mendatang.

Diambil dari tulisan F.X. Didik Bagiyowinadi, Pr.
dimuat dalam www.imankatolik.or.id

Kamis, 13 Mei 2010

DI RUANG PENGADILAN

Di sebuah ruang pengadilan. Di Kerajaan Atas Awan, Seorang terdakwa dibawah masuk ....Lalu pengadilanpun dimulai.

Hakim : Nama anda?

Terdakwa : Pilatus, Lengkapnya Pontius Pilatus

Hakim : Jabatan terakhir anda ?

Terdakwa : Gubernur Jendral Romawi diwilayah Timur

Hakim : Anda sudah maklum, apa sebabnya anda dibawah kemari?

Terdakwa : Saya belum dapat memahaminya


Hakim : Baiklah... Anda telah dituduh memerintahkan penyaliban atas orang bernama Yesus, berasal dari Nazaret, walaupun anda tau benar bahwa orang ini tidak bersalah. bagaimana tanggapan Anda atas tuduhan ini?

Terdakwa : Paduka hakim, saya masih ingat benar peristiwa itu. dan inilah tanggapan saya...

Hakim : Bagaimana?

Terdakwa : Bahwa saya memerintahkan penyaliban itu, Dan saya sebenarnya tak mendapati kesalahan apapun dari orang yang benama Yesus ini. dan itupun tak dapat saya sangkal, Namun untuk semua tiu, saya dituduh melakukan kesalahan. Itu tak dapat saya terima karena belum ada check dan recheck. begitulah.

Hakim : apakah negara anda mempunyai undang undang?

Terdkawa : Undang - Undang Romawi, rasanya yang paling sempurna di dunia pada waktu itu.

Hakim ; Apakah dalam Undang - Undang itu, ada dibenarkan menghukum orang tanpa kesalahan ?

Terdakwa : tentu saja tidak!

Hakim : baik. Apakah sebagai Gubernur Jendral saudara mempunyai kekuasaan ?

Terdakwa : Ya. Gubernur Jendral adalah wakil Kaisar Romawi di wilayahnya.

Hakim : Itu berarti, Anda mempunyai kekuasaan juga untuk membebaskan juga orang yang benama Yesus itu, kalau saja anda mau?

Terdakwa : Ya. Saya tentu bisa membebaskannya, kalau saya mau. Lebih tepatnya, Kalau saya bisa.

Hakim : Itulah tuduhan atas anda. Anda melanggar undang-undang anda sendiri. Anda tidak menjalankan kekuasaan yan ada di tangan Anda. Sebaliknya, anda memerintahkan untuk menyalibkan Yesus.

Terdakwa : Paduka Hakim... itu tak dapat disimpulkan sedemikian sederhana.

Hakim : Maksud Anda ?

Terdakwa : Persoalan disini jauh lebih kompleks dari pada soal pidana atau perdata biasa. Sisini tersangkut paut soal dan pertimbangan politis. dan say paduka hakim sendiri maklum, bahwa kedudukan saya pada waktu itu, bukan sekedar untuk memberi keputusan hukum, tetapi terutama sebuah keputusan politik.

Hakim : Apakah menurut hemat Anda, pertimbangan politik itu tidak harus dibawah pertimbangan hukum?

Terdakwa : Bagi saya, Justru sebaliknya. Pertimbangan hukum itulah yang mesti diletakkan didalam kerangka pertimbangan politis. Paduka Hakim mesti membayangkan, apakah untungnya menegakkan hukum apabila mesti mengguncangkan negara ?

Hakim : Apa yang Anda maksudkan dengan mengguncangkan penguasa? Apa itu kedudukan Anda ?

Terdakwa : Dalam kenyataan apa bedanya? Keguncangan kuasa bukankan berarti keguncangan Negarta ?

Hakim : Baik saya ajak Anda melihat persoalannya dari sudut yang lain.Sebenarnya , apa benar ruginya bagi Anda sekiranya Anda membebaskan Yesus pada waktu itu ?

Terdakwa : Ruginya ? Bukan terutama kerugian saya pribadi, Paduka Hakim. Tettapi kerugian bagi negara. Bila say membebaskan Yesus, akan timbul keresahan dikalangan rakyat Yahudi yang tidak puas. Keresahan smacam itu bisa mengganggu stabilitas. Atau mereka akan melapor langsung ke Roma, dengan akibat saya mesti diganti. Persoalannya bukanlah kedudukan saya, tetapi pergantian kekuasaan seperti ini sungguh merugikan kesatua yang sedang diusahakan untuk wilaya kekaisaran Romawi yang luas itu.

Hakim : Apa Anda menganggap itu jauh lebih bermanfaat dan berharga dari pada tegaknya kebenaran ?

Terdakwa : Apa itu Kebenaran? Menegakkan kebenaran dengan akibat menimbulkan keguncangan, apakah itu tindakan yang bijaksana?

Hakim : Namun Anda sebagai pribadi, bila anda membiarkan hati nurani Anda bicara, apakah Anda masih dapat membenarkan keputusan Anda ?

Terdakwa : Paduka Hakim, Saua adalah seorang pejabat. Saya tak mungkin membiarkan suara hati nurani berbicara terlampau banyak. Sebab siapa berbuat demikian, ia tidak akan pernah sanggup menjadi pejabat yang baik.

Hakim : Maksud Anda ?

Terdakwa : Pejabat itu berarti pemegang kuasa. Seperti saya ini, Paduka Hakim< Kepada atasan saya , saya berutang kuasa. Sefang kepada bawahan saya, saya mesti menjalankan kuasa. Dan bicara tentang kuasa, Paduka Hakim, itu tak mengenal hati nurani. Begitu kuasa ada di tangan kita, satu satunya prinsip adalah Live and let die. Membunuh atau dibunuh. Hakim : Tapi Toh tak berarti anda hanya sekadar sekrup dalam sebuah mesin Kekuasaan ? Terdakwa : Tidak! Di kamar tidur, aaya adalah Pontius Pilatus. Disitu selama proses pengadilan itu berlangsung, saya sebagai pribadi yang bergumul mengenai bagaimana jalan yang bijaksana untuk membebaskan Yesus yang tidak bersalah. Paduka Hakim, saya yakin bahwa saya telah mengusahakan pembebasan itu sebaikbaiknya. Hakim : Dan Anda gagal ? Terdakwa : Bagi saya itu dukan kegagalan. Istilah sekarang itu adalah usaha yang maksimal. Hakim : O. ya saya mafhum. Sebab mengikuti jalan pikiran Anda, yang Anda kerjakan dan usahakan bukanlah membebaskan yang tidak bersalah, tetapi bagaimana mempertahankan kekuasaan Anda. Untuk yang kedua ini, anda cukup berhasil. Terdakwa : Saya tidak punya pilihan lain. Hakim : Pilihan sebenarnya selalu ada. Soalnya Anda cuma mau memilihsatu yaitu kepentingan anda sendiri. Nah Apakah masih ada yang lain yang mau dikatakan ? Terdakwa :" Sementara ini tidak, Paduka Hakim.. Hakim : Baiklah. Saya tunda persidangan ini sampai disini. saya masih ingin mendengar saksi saksi lain. Tapi satu hal yang mesti saya ingatkankepada Anda, disini.... pada akhirnya.. setiap orang akan diadili sebagai pribadi, seluruh pertimbangan hati nuraninya. Dikerajaanini tidak dikenal pejabata atau rakyat, atasa atau bawahan. Anda juga tidak akan diadili sebagao Gubernur Jendral, tapi sebagai Pontius Pilatus. Anda mengerti ? Terdakwa : Ya, Paduka Hakim, daya mengerti. Hakim : Lalu yang terakhir, sebelum sidang ini ditunda. Tahukah anda siapa saya ? Terdakwa : Maaf, Paduka Hakim, saya tidak tau Hakim :Saya adalah Orang yang Anda salibkan itu! Nah bila sekarang saya memakai cara dan pertimbangan yang sama dengan anda pergunakan waktu mengadili saya dahulu, bagaimana pendapat Anda ? Terdakwa : ( Ketakutan Sekali )

TEMA VII : YESUS DEKAT DENGAN YANG SAKIT DAN MENDERITA

Pertemuan 7 Katekese Lansia :
TEMA : YESUS DEKAT DENGAN YANG SAKIT & MENDERITA

Referensi biblis
• Luk 7:1-17, Mat 8:1-4, Mat 9:27-31, Mrk 2:1-11, Mrk 5:21-43, Yoh 9:1-40

Pokok-pokok iman dan refleksi:

 Salah satu karya Yesus yang banyak dilakukannya adalah memulihkan keadaan orang-orang sakit & menderita. Pemulihan ini dapat terjadi dengan cara memberikan kesembuhan pada yang sakit, membangkitkan kembali orang yang telah mati atau mentahirkan (menyucikan kembali) orang-orang yang dikucilkan dalam masyarakat. Tujuan utama dari karya-karya Yesus ini adalah agar mereka memiliki iman dan karenanya memperoleh keselamatan (baik keselamatan secara jasmani = kesembuhan dari sakit, maupun keselamatan secara rohani = dosa-dosanya diampuni)


 Ada 2 (dua) hal yang penting dalam karya-karya penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus, yaitu : (1) HATI YESUS yang tergerak oleh belas kasihan, dan (2) IMAN dari yang sakit atau IMAN dari mereka yang membantu/mendoakan yang sakit. Dalam bacaan Kitab Suci ditampilkan dari Injil Lukas ditampilkan dua hal ini.

 Dalam kutipan Injil ditampilkan bagaimana iman seorang perwira yang memohon kesembuhan bagi salah seorang hambanya yang sakit. Walaupun hamba yang sakit tidak ikut serta memohon tetapi karena IMAN tuannya yang memohon kepada Yesus kesembuhan bagi hambanya maka kesembuhan itu terjadi karena IMAN perwira yang mengasihi hambanya itu dan karena Yesus yang tergerak oleh Iman yang besar dari perwira itu.

 Orang sakit biasanya membutuhkan saudara/ teman untuk mendukung, menemani dan mendoakannya. Yesus melibatkan peran orang berIMAN (cerita perwira kapernaum, 4 orang yang menggotong). Dukungan semangat/ moril / doa orang beriman dibutuhkan membantu orang lain dalam proses kesembuhan. Pernahkah kita peduli, mengunjungi, mendoakan saudara / teman yang sakit ?

 Apakah Yesus dapat berbuat sesuatu? Yesus menjawab “Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!”. IMAN berarti kekuatan karena percaya pada kebaikan Allah. (lih Mrk 9:22-23). Peran IMAN orang yang akan disembuhkan juga menjadi modal terlaksanya karya Yesus. Rasa tidak percaya / ragu-ragu akan kesanggupan Yesus akan menggagalkan karya Yesus, katanya ”Imanmu telah menyelamatkan engkau“ (lih Mrk 10:52, Luk 18:42). Apakah kita percaya bahwa Yesus sanggup menyembuhkan sakit dan penderitaanku ?

 Memohon kesembuhan kepada Yesus juga dapat dilakukan langsung oleh yang sakit. Dalam banyak kutipan Kitab Suci, Yesus sering menyembuhkan orang-orang sakit karena permohonan dari si sakit sendiri yang memohon belas kasihan Yesus agar menyembuhkan mereka. Sudahkan Anda memohon belaskasihan Tuhan Yesus saat Anda dalam kesulitan/penderitaan ? Bagaimana caranya ?

 Yesus seorang yang berbelaskasih, Dia tidak membiarkan kita sakit dan menderita. Hal ini nampak jelas dengan peristiwa pertemuan Yesus seorang janda yang kehilangan anaknya. Yesus yang dengan sendirinya tergerak oleh belas kasihan melihat kesedihan seorang janda yang memiliki seorang putera yang kini telah meninggal dunia. Tanpa diminta, tetapi karen adorongan hatinya yang penuh BELAS KASIHAN Yesus datang dan membangkitkan kembali anak janda yang tadinya telah meninggal. Walaupun demikian, inisiatif/permohonan dari manusia tetap diperlukan, dibutuhkan keRENDAHAN HATI dan kemauan kita untuk mohon belaskasih dan perlotonganNYA. Perkataan “Tuhan, kasihanilah kami” yang membuat hati Yesus tergerak, dipakai oleh gereja katolik menjadi pernyataan TOBAT yang selalu kita doakan / nyanyikan diawal perayaan ekaristi, agar kita layak untuk menghadap Tuhan. Maukah kita membuka hati dan mohon belas kasih dari Tuhan atas kelemahan kita ?

 Adakalanya penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus juga diawali/disertai dengan PENGAMPUNAN DOSA kepada si sakit (lih Mrk 2:1-5). Inilah keselamatan rohani yang diterima oleh mereka yang memohon kepadaNya. Dosa adalah akar dari semua sakit dan penderitaan manusia, maka ketika dosa-dosa itu diampuni, maka beban hidup, sakit-penyakit jasmani yang berawal dari sakit hati, dendam juga akan sembuh seiring dengan pengampunan dosa yang diberikan. Yesus menyembuhkan tidak setengah-setengah, Dia mencabut akar dari segala masalah dan penderitaan, yaitu dosa.

 Penyakit dapat menyebabkan rasa takut, sikap menutup diri, rasa putus asa dan pemberontakan kepada Allah. Tapi, karena sakit juga dapat membuat kita bertumbuh secara rohani, kita mencari Allah, bertobat dan kembali kepadaNya. Manakah yang lebih penting: kesembuhan secara jasmani atau keselamatan secara rohani ?

 “... Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu”. SEMBUH secara jasmani, bukan menjadi tujuan akhir dari karya / mujizat Yesus, melainkan sarana untuk menumbuhkan iman. Orang yang telah disembuhkan jasmani kemudian di UTUS (Pergilah!), perutusan bertujuan bukan hanya untuk mewartakan Yesus sebagai juru selamat dunia. Yesus adalah keselamatan, rahmat, dan penyembuh bagi umat yang sakit.

 Kuasa yang ada pada Yesus yang membuat IA berkuasa untuk menyembuhkan penyakit / mengusir setan/ membangkitkan orang mati, menandakan bahwa Yesus adalah Putera Allah dan bahwa Kuasa Allah selalu beserta Yesus.

 Ungkapan perwira Kapernaum: “Tuan, aku tidak layak untuk Tuan dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh” (lih Mrk 8:8) dipakai oleh Gereja dalam setiap perayaan ekaristi ketika akan menerima komuni “Ya Tuhan saya tidak pantas Tuhan datang pada saya, tapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh”.

KATEKIS? APA DAN SIAPA.

Kehidupan dan jati diri seorang Katekis tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga, lingkungan maupun sebagai anggota Gereja dan Masyarakat. Mengingat keberadaan katekis di kalangan masyarakat dan umat beriman Katolik lainnya, sudah sepantasnya seorang katekis harus memenuhi beberapa kriteria atau persyaratan, dimana kriteria atau persyaratan tersebut bertujuan untuk menjamin kualitas hidup dan tugas perutusannya dengan baik dan penuh tanggung jawab, serta diharapkan dapat tampil sebagai sosok pribadi yang bermutu, baik menyangkut hidup rohani maupun pribadinya sehingga ia mampu membawa orang lain sungguh mengenal dan mengimani Yesus Kristus.


Berikut aneka Kriteria atau persyaratan yang diperlukan untuk menjadi seorang katekis :
• Memiliki Hidup rohani yang mendalam (doa, membaca kitab suci, devosi)
• Memiliki nama baik sebagai pribadi dan keluarga (dalam hidup iman dan moral)
• Diterima oleh umat (dapat diterima oleh umat di mana ia tinggal)
• Mempunyai komitmen yang tinggi untuk mewartakan kabar gembira (dedikasi).
• Mempunyai pengetahuan yang memadai (kitabsuci, moral, teologi, liturgy, dsb)
• Mempunyai keterampilan yang cukup (yang diperlukan dalam proses pewartaannya)

Dalam upaya menghayati dan menyadari jati diri sebagai katekis, seorang katekis mampu mengembangkan semangat hidup yang dapat dijadikam tolak ukur tugas perutusannya, antara lain :
• Katekis adalah orang beriman (dapat menjadi contoh orang beriman lainnya).
• Katekis mempunyai intimitas dengan yang ilahi (dengan memiliki hidup rohani yang mendalam).
• Katekis terbuka pada karya Roh Kudus (menyadari sepenuhnya bahwa dasar pertama dan utama kegiatan ini adalah Roh Kudus.
• Menyadari panggilan dan dan perutusannya (bersyukur karena merupakan panggilan dari Allah).
• Katekis adalah anggota keluarga (relasi dengan keluarga).
• Katekis adalah anggota umat (relasi yang baik dengan umat).
• Katekis adalah pribadi yang sederhana dan rendah hati (tidak sombong dan arogan).
• Katekis bersemnagat melayani (memiliki sikap dan semangat melayani seperti Yesus Kristus).
• Katekis rela berkorban (berkorban waktu, tenaga, kepentingan pribadi, keluarga, harta).
• Katekis tetaplah awam (tetaplah seorang awam dan bukan hierarki).
• Katekis mau belajar terus menerus (belajar terus menerus agar dirinya berkembang dan karyanya dapat dipertanggunjawabkan).
• Katekis dapat bekerja sama (dapat bekerjasama baik dengan pastor paroki, pengurus dewan paroki, lingkunan dan pihak-pihak lainnya, karena keberadaannya tidak dapat dilepaskan dari keseluruhan reksa pastoral).

Metode pengajaran yang effektif dan effisien dewasa dalam mewartakan kabar gembira haruslah berciri diagoanal, yang menekankan pentingnya hubungan pribadi antara katekis dan para pendengarnya. Bilamana hubungan pribadi antara keduanya sudah terbangun dengan baik, proses pewartaan ini sungguh menarik karena keduanya dapa merasakan perkembangan bersama dalam iman dan hidup rohani.

Katekis juga diharapkan mau dan mampu mengusahakan dan menggunakan media komunikasi yang sesuai dan memadai.
“Kan. 779 Hendaknya pengajaran kateketik diberikan dengan mempergunakan segala bantuan, sarana didaktis dan alat-alat komunikasi sosial yang dipandang lebih efektif, agar kaum beriman, mengingat sifat, kemampuan, umur dan keadaan hidupnya, dapat mempelajari ajaran katolik dengan lebih lengkap dan dapat mempraktekkannya dengan lebih tepat.”

Katekis disamping secara pribadi terus menerus belajar untuk meningkatkan pengetahuannya, maka hendaknya katekis juga mengikuti pembinaan-pembinaan yang dilakukan oleh Ordinaris Wilayah, dimana sesuai dengan Kitab Hukum Kanonik sebagai berikut : Kan. 780 “Hendaknya para Ordinaris wilayah berusaha agar para katekis disiapkan dengan semestinya untuk dapat melaksanakan tugas mereka dengan sebaik-baiknya, yakni supaya dengan diberikan pembinaan yang terus-menerus mereka memahami dengan baik ajaran Gereja dan mempelajari secara teoretis dan praktis norma-norma yang khas untuk ilmu-ilmu pendidikan.”

Pembinaan-pembinaan yang hendaknya di ikuti oleh katekis adalah :Meningkatkan kualitas katekis, baik hidup pribadi maupun tugas perutusannya, Meningkatkan kerjasama antar katekis, mewujudkan regenerasi dan kaderisasi katekis dengan cara membuka diri dan hati terhadap keterlibatan katekis yang masih muda dan belum berpengalaman. Dimana pembinaan tersebut bisa terjadi bilamana katekis mempunyai kesetaraan, keterbukaan dan tanggungjawab.

Apakah anda terpangil menjadi katekis "berdoalah dan mohon terang Roh Kudus" untuk menjawab perutusan yang Allah berikan kepada diri kita.

"Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit." (Mat 9:37)

Rabu, 12 Mei 2010

TEMA VI : YESUS MENGHADAPI DAN MELAWAN GODAAN

Pertemuan 6 Katekese Lansia :
TEMA : YESUS MENGHADAPI DAN MELAWAN GODAAN

Referensi biblis
Mat 3:13-17 Yesus dibaptis & Mat 4:1-11 Pencobaan di padang gurun

Pokok-pokok iman dan refleksi:

 Di perjanjian lama, manusia pertama Adam & Hawa mengalami godaan. Dalam perjanjian baru godaan itu juga dihadapi oleh Yesus. Tetapi ada perbedaan besar di sini: Adam dan Hawa jatuh dalam dosa ketika dicobai iblis, sedangkan Tuhan Yesus tidak jatuh dalam dosa walaupun cobaan yang dihadapi jauh lebih banyak (3 kali) dan berat (tersamar dalam kebutuhan, keinginan dan kerohanian manusiawi).


 Peristiwa Yesus dicobai terjadi tidak lama setelah Yesus dibaptis (Mat 3:13-27). Setelah dibaptis Yesus yang penuh Roh Kudus dibawa ke padang gurun. Di situ Ia tinggal 40 hari berpuasa dan di sana Ia dicobai iblis. Setelah Yesus (termasuk kita) dibaptis, bukan berarti hidup dengan aman dan terbebas dari segala gangguan, gangguan dan cobaan masih akan tetap ada, tetapi sikap hati dan iman orang-orang yang telah dibaptis menjadikan mereka berbeda saat dicobai. Pembaptisan menjadikan kita menjadi putera/i Allah sendiri. Tuhan Allah akan memberi kita kekuatan untuk melawan cobaan dan godaan. (lebih jelas nanti saat penjelasan Sakramen baptisan)

 Godaan pertama yang dihadapi Yesus adalah tentang KENIKMATAN duniawi, misalnya makanan. Makanan memang menjadi kebutuhan, tetapi bila berlebihan dan tidak disyukuri sebagai anugerah Allah, akan membawa hal yang tidak baik bagi kita. Makanan juga menjadi simbol kenikmatan duniawi. Kenikmatan duniawi yang berlebihan : makan berlebihan/ foya-foya / hiburan dan nafsu yang tidak sehat / malas-malasan/ nonton tv, dll. Ketika kita merasakan kenikmatan duniawi berlebihan, biasanya melupakan hal-hal bersifat rohani dan hubungan dengan Tuhan. Contoh: nonton sinetron kelamaan mengakibatkan ngantuk sehingga lupa berdoa. Kenikmatan duniawi yang mana yang sering membuat aku lupa pada Tuhan?

 Godaan kedua adalah KESOMBONGAN. Yesus digoda untuk menunjukkan keALLAHan DiriNya dan membuat kagum semua orang, sehingga Yesus menjadi orang terkenal dan dikagumi. Yesus menolak godaan ini. Apakah kita juga memiliki hati yang rendah hati ? Bagaimana jika kita direndahkan dan dihina ? Apakah kita dengan rendah hati mau memaafkan sesama? Kesombongan juga bisa terjadi dalam hal-hal rohani, yaitu menyombongkan segala kebaikan yang telah pernah kita lakukan.

 Godaan ketiga berkaitan dengan KEKUASAAN. Dengan kuasa (kekayaan, pangkat, ketenaran, gila hormat) manusia merasa bisa melakukan dan mendapatkan segala sesuatu di dunia ini dengan mengandalkan kekuatan sendiri dan melupakan bahwa sesungguhnya Tuhan yang sudah memberikan anugerah/berkat dan menitipkan ini kepada manusia untuk diolah dan dikembangkan. Kuasa (dapat diartikan juga kemampuan/talenta) seharusnya dimanfaatkan untuk melayani sesama.

 Iblis memberi cobaan beberapa kali, pantang menyerah dan selalu mengimingi-imingi iming yang enak/ nyaman/ hebat untuk diri sendiri, tapi sementara (duniawi) saja.
 Bagaimana menghadapi pencobaan ? mengHINDARI segala kesempatan yang membawa kita kedalam pencobaan , HADAPI pencobaan dengan tenang dan sabar, MENOLAK secara tegas setiap godaan atau pencobaan yang datang dalam diri kita. Makanan rohani yaitu berdoa, membaca firman Tuhan, ajaran-ajaran gereja, misa kudus, pertemuan lingkungan dll menjadi alat manjur untuk menghindari, menghadapi dan menolak godaan. Sudahkan aku menempatkan porsi yang seimbang antara kebutuhan jasmani dan rohani ? Sudahkah aku berdoa, menghadiri misa, dan membaca kitab suci secara teratur?

 Tuhan tidak mencobai putera-puteriNya. Tuhan membiarkan kita manusia dicobai/digoda untuk mendewasakan anak-anak Nya. Tapi Dia tidak akan meninggalkan kita begitu saja. Kalau kita mau percaya dan bergantung pada Tuhan, segala cobaan dan godaan dapat di lalui dengan baik. Ijinkanlah Tuhan untuk selalu terlibat dalam segala permasalahan yang kita hadapi ! Sudahkah kita melibatkan Tuhan dalam permasalahan hidup kita ?

 Yesus yang telah dibaptis dalam Roh Kudus telah memiliki kuasa untuk mengusir setan/godaan. Kita-pun yang telah dibaptis dalam Roh Kudus sanggup mengusir segala kekuatan jahat, bila memang kita menghendakinya dan selalu memilih kehendak Tuhan yang terjadi atas diri kita.

 Dalam menghadapi godaan dan cobaan, jawaban Yesus selalu bersumber pada kehendak Allah, mengutamakan Allah di atas segala-galanya, bukan kepentingan pribadi & duniawi. Kekuatan yang ada pada Yesus untuk menghadapi godaan dan cobaan bersumber pula dari kedekatanNya dengan Allah.

KATEKESE DAN TANTANGAN MULTITASK (V)

3. Metode bahasa gambar

Media gambar mempunyai daya pikat tersendiri ketika dijadikan sarana katekese. Sebab, melalui gambar, baik dalam bentuk poster, cergam, karikatur, ataupun lukisan, ada sentuhan yang dapat mengajak peserta semakin memperdalam maksud gambar yang disajikan, baik maksud untuk memperkuat isi-memberi peneguhan, merefleksikan, ataupun sampai memperbandingkan.

Misalnya, gambar karikatur, kata karikatur berasal dari bahasa Latin dan Italia caricare yang berarti “memuat beban atau bobot (makna)”. Kata tersebut memberi makna lebih kepada kata caricatura, yang berarti gambar yang membawa parodi mengenai kehidupan, sehingga gambar itu dapat ditertawakan. Gambar karikatur jika diperdalam dapat bersifat mengguggah, lucu, menyindir dan cerdas (lateral thingking). Sifatnya yang menyindir dan cerdas itu dapat digunakan sebagai media katekese.

TEMA V : MENELADANI MARIA

Pertemuan 5 Katekese Lansia :
TEMA : MENELADANI MARIA

Referensi Kitab Suci

 Luk 1:26-45 pemberitahuan tentang kelahiran Yesus

Pokok-pokok iman dan refleksi:

“Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau”  Maria adalah seorang gadis desa, yang sederhana dan dipilih Allah untuk menunjukan karya kemuliaan dan kerahiman Allah kepada manusia. Mengapa Allah memilih Maria? Hanya Allah yang tahu. Tetapi dari telaah Kitab Suci: Allah selalu memilih/memakai yang lemah/sederhana/tersisih untuk melakukan karya-karya besar supaya hanya kemuliaan Tuhan yang nampak. Tuhan juga memilih kita orang berdosa untuk diselamatkanNya.


Maria sebagai manusia biasa juga ber-reaksi kaget/ terkejut/ ragu-ragu/ takut, pada mulanya tidak percaya ketika mendapat kinjungan dari Malaikat / utusan Tuhan sendiri, tetapi maria tidak berhenti dengan ketakutan dan kerahu-raguannya. Maria berusaha mencari jawaban dari si pembawa berita yaitu Malaikat Tuhan yang bernama Malaikat Agung Gabriel. Apakah kita pun mencari jawaban dari Tuhan ketika mengalami keraguan/bimbang dalam memutuskan sesuatu ?

“Tidak ada yang mustahil bagi Allah”  Secara manusia hamil tanpa berhubungan sex adalah tidak mungkin. Ini adalah karya Roh Kudus yang ingin menunjukan bahwa Allah sanggup melakukan segala sesuatu. Kita harus melihat ini dengan iman. Iman berarti kepercayaan dan penyerahan diri secara total kepada kehendak Allah. Maria adalah Musa baru dalam teladan iman dan penyerahan diri kepada Allah (Bdk. Abraham siap mengorbankan anak tunggalnya karena perintah Allah - Kej 22:1-11)

Maria menjadi teladan setiap orang beriman, terutama orang katolik, dalam iman dan kepercayaannya kepada Allah. Pengabdiaan Maria kepada Allah terungkap lewat sikap yang siap menerima tugas dan perintah Allah sekalipun akan berakibat penghinaan, penolakan dan bahaya kematian dari masyarakat sekitarnya pada waktu itu. “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Lukas 1:38). Rencana penyelamatan Allah tidak akan terlaksana jika Maria tidak mengatakan “YA” kepada kehendak Allah. Kita diselamatkan oleh Yesus yang ada di dunia ini karena jawaban “YA” (FIAT) Maria itu.

“Malaikat itu meninggalkan Maria”  Allah membiarkan dan membebaskan Maria untuk melaksanakan tugas yang telah diutuskan kepadanya (menggugurkan kandungannya karena dia tidak bersuami atau merawat bayinya dengan baik sesuai kehendak Allah). Maria di hadapkan pada ketidakpastian dan ketidakjelasan panggilan Allah yang penuh dengan resiko. Kita pun diberi kebebasan oleh Allah untuk melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendakNYA atau kehendakku dengan segala resiko masing-masing. Apakah kita selalu memilih yang baik dan benar apapun resikonya?

Sama seperti Maria, Allah pun memilih kita bukan karena kita pandai/ kaya/ hebat/ cantik, tapi Allah selalu melihat hati; ketulusan/ ketaatan/ kerendahan hati/ kepasrahan kepada Allah yang ditunjukan Maria itulah yang selalu menjadi teladan bagi orang katolik. Mengapa kita yang dipilih? Hanya Tuhan yang tahu. Itulah tanda cinta dan kasih setia Tuhan pada kita manusia berdosa. Sudahkah kita bersyukur untuk itu?

Dengan iman dan penyerahan diri Maria kepada Allah, selain menjadi teladan kita, Maria, karena kedekatannya dengan Allah juga menjadi perantara orang katolik untuk menyampaikan segala permohanan kita kepada Yesus. Yesus dan Maria menjadi Adam dan Hawa baru untuk menebus dosa para leluhur kita di taman Firdaus. Yesus adalah sumber Rahmat dan Maria adalah perantara rahmat yang membuat kita lahir kembali dan mendapat tempat di surga.

Pribadi Maria dalam kehidupan orang katolik mendapat tempat yang istimewa. Penghormatan (devosi) Gereja Katolik kepada Maria dilakukan dengan beberapa hal, misalnya memperingati hari-hari penting Bunda Maria, berdoa Salam Maria dan Rosario, Novena Tiga Salam Maria, puji-pujian kepada Maria dan berziarah ke Gua Maria. Gereja menetapkan bulan Mei dan Oktober sebagai bulan penghormatan (devosi) kepada Bunda Maria. Dalam bulan-bulan ini akan banyak kegiatan di Gereja dan lingkungan/wilayah untuk menghormati Bunda Maria.

Doa Salam Maria bersumber dari ucapan salam dari Malaikat Utusan Allah kepada Maria (Salam Maria, penuh Rahmat, Tuhan besertamu) dan ungkapan Elisabeth ketika bertemu Maria (Terpujilah Engkau antara wanita dan terpujilah buah Tubuhmu: Yesus).

Keberadaan gua maria, patung maria bukan untuk menggeser atau menyamakan posisi Yesus. Patung atau gambar bukan dewa yang disembah. Orang katolik tidak menyembah berhala, patung dll. Itu hanyalah sarana untuk lebih mudah berkonsentrasi dalam berdoa, seperti halnya kita melihat foto. Tujuan utama adalah satu yaitu Tuhan Yesus sendiri. Maria adalah pengantara untuk menyampaikan segala permohonan, keinginan, menyatukan, mendekatkan kita kepada Putranya Yesus.

KATEKESE DAN TANTANGAN MULTITASK (IV)

2. Metode bahasa foto

Foto merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk penyadaran (konsientisasi). Melalui foto, ada kisah dan peristiwa yang terajut utuh bagi setiap pikiran dan setiap keprihatinan. Foto menghadirkan kembali kenangan akan peristiwa, yang tentu saja mempunyai nilai jika didiskusikan dan direfleksikan. Upaya yang bersifat teknis dan pemilihan obyek, dengan kuatnya telah dirajut oleh kesadaran seorang fotografer untuk membidik sebuah peristiwa agar hadir di ruang-ruang setiap orang yang melihatnya .

Foto mempunyai bahasa yang luas dan kuat untuk menyentuh perasaan, misalnya bagaimana menghadirkan sebuah pemaknaa akan kesadaran ekologis melalui foto. Hal itu seperti apa yang telah terjadi di tahun 1970-an, seorang fotografer W. Eugene Smith mampu menunjukan kepada publik mengenai upaya perjuangan lingkungan hidup melalui foto kasus pencemaran lingkungan, yang dikenal dengan Minamata. Melalui karya itu, dipaparkan betapa ruang foto, mampu menjadi medan dialog reflektif bagaimana realisasi gamblang dari rusaknya hubungan antara manusia dan kemajuan yang diinginkannya9). Foto mampu berdampak provokatif mengurai batas-batas kesadaran kritis.

Senin, 10 Mei 2010

TEMA IV : KELAHIRAN YESUS : SANG TERANG

Pertemuan 4 Katekse Lansia:
TEMA: KISAH KELAHIRAN YESUS

Referensi biblis
 Luk 2:1-21 : kisah kelahiran Yesus

Pokok-pokok iman dan refleksi:

 Yusuf dan Maria melakukan segala cara yang terbaik untuk dapat melahirkan Yesus di tempat & suasana yang layak, tetapi tidak ada tempat di penginapan, hanya ada kandang hewan  Orang tua selalu mengusahakan yang terbaik untuk keluarga dan anaknya, tetapi sering ada kendala tapi mereka tidak menyerah.


 Yesus dilahirkan dalam suasana kesederhanaan (kandang domba) dan kelahiran Yesus pertama kali diwartakan kepada para gembala  mau menyatakan bahwa Yesus datang untuk orang-orang yang sederhana (miskin/tua /sakit/ tersisih) tapi sekaligus penghargaan Allah akan tingginya nilai hidup manusia (manusia berharga di mataNya).

 Bintang terang menjadi petunjuk bagi para gembala untuk menemui tempat Bayi Yesus (Mat 2:2). Bintang yang menunjukan bahwa Yesus adalah Sang Terang. Sudahkah kehadiran Yesus dalam hidup menjadi Sang Terang untuk hidup kita ?

 Sikap gembala yang percaya dan cepat tanggap ketika mendapat berita dari malaikat Tuhan. Mereka menyembah bayi Yesus dan mempersembahkan apa yang mereka miliki kepada bayi Yesus (emas, mur, kemenyan). Sudahkah kita peka terhadap suara Tuhan dan menanggapi ajakan Tuhan? Sudahkan kita mempersembahkan segala yang kita miliki (kemampuan/ kaya/ sakit/ sedih) kepada Tuhan??

 Sulit dipahami bahwa Allah menjadi manusia dan bahwa yang Mahakuasa menjadi seorang bayi yang lemah, yang dalam segala-galanya bergantung dari asuhan dan bantuan seorang ibu manusia. Motif satu-satunya yang tersirat dalam rencana Allah yang mengagumkan itu ialah kasih dan kebaikan. Kelahiran Yesus ini memberi kita warisan memberikan sebagai anak-anak Allah.

 Natal juga mau merayakan Allah yang senasib dengan manusia. Ia menjadi manusia seperti kita, terkecuali dalam hal dosa. Ia lahir sebagai seorang bayi yang lemah & dari seorang perempuan. Ia datang ke dunia memanggil semua orang kepada keselamatan; Ia membiarkan diriNya dibaptis oleh Yohanes. Oleh kelahiranNya, Allah menyatu dengan kita.

 Dengan kelahiran Yesus, keselamatan telah masuk ke dalam dunia. Allah mengutus Putera-Nya dengan tujuan untuk menerangi semua orang dalam kegelapan dan menjadikan mereka anak-anak terang. Merayakan Natal berarti mengakui dan menerima rencana Allah yang mengutus Putera-Nya ke dunia untuk mengundang semua orang kepada keselamatan.

 Peristiwa kelahiran Yesus ini diperingati orang katolik setiap 25 Desember atau yang lebih dikenal perayaan Natal.

KATEKESE DAN TANTANGAN MULTITASK (III)

C. Membangun Isi dan Suasana Katekese yang menarik dan menyentuh melalui bahasa media komunikasi.

Media komunikasi populer dan performance art dapat digunakan dalam proses katekese, misalnya dengan beberapa pendekatan metodologi sebagai berikut:

1. Metode apresiasi film

Metode ini mempergunakan sarana film sebagai obyek-media yang dapat menjadi bahan analisa, diskusi dan refleksi. Namun juga dapat dipergunakan sebagai pengantar atau peneguh kesimpulan, maupun sebagai ilustrasi di dalam proses katekese. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah:
Pertama, setiap film, mempunyai nilai-nilai yang perlu diperhatikan, agar apresiasi menjadi lebih mempunyai nilai yang reflektif, nilai-nilainya yaitu:

a. Pernyataan moral. Pernyataan moral biasanya muncul melalui dialog-dialog tokoh atau visualisasi kisah, baik secara langsung maupun yang bersifat hanya tersurat. Peryantaan moral ini biasanya terlihat dari alur plot film, misalnya dari orang yang jahat yang berubah menjadi orang baik (pertobatan), orang yang mengurbankan dirinya untuk menolong sahabat-sahabatnya (pengurbanan).

b. Cermin atau potret kehidupan manusia. Dalam film termuat kisah kehidupan manusia, kisah yang dituturkan kembali sebagai cermin kehidupan. Untuk itu tutur kisah dalam film dapat dijadikan sebagai media batin betapa kehidupan memuat makna yang kaya. Biasanya, film-film yang memuat potret kehidupan manusia adalah film yang berjenis biografi seseorang, atau film yang diangkat dari kisah nyata. Kisah film yang disajikan dalam hal ini dapat menjadi sebuah pernyataan tentang kehidupan, pernyataan tentang kebenaran kehidupan manusia, bagaimana manusia mencari dan menjalani kehidupannya. Misalnya, bagaimana ketegaran hati seorang ibu, perjuangan di kamp pengungsian, dan lain sebagainya.

Kamis, 06 Mei 2010

SEJARAH GEREJA KATOLIK DI JAKARTA

Sebelum mengetahui perkembangan Gereja Katolik di Jakarta, ada baik kita mengetahui perkembangan gereja katolik masuk ke Indonesia karena baru pada tahun 1642 diperkirakan masuk ke Batavia/Jakarta. Di Indonesia, orang pertama yang menjadi katolik adalah orang Maluku pada tahun 1534. Ketika itu pelaut-pelaut Portugis baru menemukan pulau-pulau rempah itu dan bersamaan dengan para pedagang dan serdadu-serdadu, para imam Katolik juga datang untuk menyebarkan Injil. Salah satu pendatang di Indonesia adalah Santo Fransikus Xaverius tahun 1546 sampai 1547 datang mengunjungi pulau Ambon, Saparua, dan Ternate. Ia membaptis beberapa ribu penduduk setempat, mereka melakukan pesta perutusan Yesus,“Pergilah jadikanlah semua bangsa muridku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus “ (Mat 28:19).
Selama Kota Batavia menjadi pusat jaringan perdagangan Vereenigde Oostindische Compagnie atau kita kenal dengan sebutan VOC tahun 1616 hingga 1799, VOC pada umumnya beragama Protestan, hanya gereja Umat Reformasi yang diperbolehkan berdiri didalamnya. Orang Portugis tidak pernah berkuasa di Jakarta, akan tetapi tidak jauh dari “Stasiun Beos”, terdapat sebuah Gereja Portugis, kebanyakan orang Portugis dan juga Portugis peranakan beragama Katolik karena mereka tidak diizinkan oleh Kumpeni mengamalkan agama mereka dalam wilayah kekuasanya selama abad ke 17 dan ke 18, lama kelamaan banyak diantara mereka menjadi Protestan. kebencian orang Belanda terhadap agama Katolik bersumber pada perang dengan spanyol (1568-1648). Para tawanan Portugis yang miskin dan para budak yang dibeli di India, tinggal di luar Kota di sebelah timur tembok yaitu di sekitar Gereja Sion sekarang. Banyak di antara mereka menyandang nama Portugis, tetapi darah Portugis tidak banyak mengalir dalam tubuh mereka.


Nama Portugis diterima dari wali baptis mereka. Mereka dijanjikan kebebasan oleh pihak Belanda dengan syarat mau menjadi anggota Gereja Reformasi. Oleh karena itu, mereka disebut “ Mardiiker “ atau orang yang dimerdekakan. Lama – kelamaan hampir semua menjadi orang Protestan, Namun demikian selama beberapa generasi perpindahan itu bersifat lahiriah saja.

Setiap kali seorang Iman Katolik dengan diam – diam singgah di Batavia dan merayakan Misa Kudus, para Mardijker berbondong – bondong ikut serta. Gejala seperti ini berlangsung sampai pertengahan abad ke 18. Pada tahun 1622 kapal yang ditumpangi Aegidius de Abrue ,seorang imam Jesuit karena dirampok di Selat Singapuradan dia dibawa ke Batavia. Dalam penjara kota ini ia bertemu dengan seorang imam dan seorang burder Dominikan dan banyak orang awam Portugis.
Mulanya, de Abrue hanya diinternir dan cukup bebas untuk mengunjungi orang Katolik di empat penjara, yang pada waktu itu sudah terdapat di Batavia. Ia mendengarkan Pengakuan dosa dan merayakan Misa bersama mereka. Orang Belanda tidak mencegah kegiatan tersebut supaya tawanan yang banyak itu tetap tenang dan jangan melarikan diri, sebab tenaga mereka sangat dibutuhkan untuk membangun kota. Tetapi , akhirnya kegiatan de Abreu itu dilarang, dan ia dimasukkan ke dalam ruang terkunci, yang berbau busuk tanpa ada ventilasi. Didalam penjara de Abreu dan imam Dominikan tersebut merayakan ibadat bersama para tawanan yang seiman dan mengkhususkan satu pojok sebagai tempat untuk berdoa. Waktu kegiatan itu diketahui, dua imam dimarahi, dimaki-maki, dipukul dan jatah makanan mereka dikurangi, sedangkan pekerjaan diperberat. Imam Dominikan meninggal karena diperlakukan buruk. Pada Maret 1624 Pater de Abreu meninggal. Mengapa orang – orang VOC begitu kejam terhadap para imam Katolik Portugis? VOC didirikan untuk merampas monopoli cengkeh serta lada dari Portugal. Sebab, sejak tahun 1585 raja Spanjol Philip sekaligus menjadi raja Portugal. Dan Spanyol adalah musuh bebuyutan orang Belanda.

Selama dua puluh tahun setelah pembunuhan P.A de Abreu SJ, kurang lebih sepuluh imam Katolik dilaporkan singgah di Batavia. P. Antonio Caballero OFM ditangkap waktu kapalnya mencari tempat berlindung disuatu pelabuhan di Formosa, yang di kuasai oleh Belanda (1636). Ia dirantai dan dibawa ke Batavia, tempat ia dipenjarakan bersama 300 tahanan, Selama delapan bulan dalam penjara, Ia dikunjungi beberapa pendeta untuk mendiskusikan pokok – pokok perselisihan antara umat Katolik dan Protestan.

Pada tahun 1645 - 46 Pedro Francesco Jaque SJ, karena angin sakal terpaksa mendarat di Batavia dan ia berjumpa dengan banyak orang Katolik yang menurut taksiran kurang lebih 3.000 orang. Ia membaptis 6 (enam) sampai 8 (delapan) orang setiap hari dan umumnya orang dewasa. Pada tahun yang sama terjadi skandal besar P.Alexander de Rhodes SJ, adalah seorang bangsawan Perancis, misionaris Vietnam dan pencipta abjad, tiba di Batavia. Sebelumnya ia diterima baik di Malaka oleh Gubernur A. de Vlamingh van Outshoorn dan diperbolehkan merayakan Misa secara terbuka untuk tentara VOC yang berbahasa Perancis. Gubernur berkata kepada de Rhodes, waktu memandang lukisan S.Fransiscus Xaverius di rumahnya.
“Aku mengaku dengan terus terang” Pater” seandainya aku seorang Katolik aku masuk Serikat anda. Sebab aku melihat dengan mataku sendiri betapa beraninya Pater-pater Jesuit menanggung siksaan kejam sekali untuk membuat mereka murtad.”
Karena tiada kapal dari Malaka ke Eropa, maka P. de Rhodes berangkat ke Batavia, pada tanggal 5 Maret 1646 P. de Rhodes bertemu dengan Francesco Jaqua yang melaporkan bahwa ia diutus ke Malaka (1646) untuk menolong orang Katolik yang baru saja kehilangan kebebasan beragama di bawah kekuasaan VOC (1641). Karena kerasulannya tercium oleh Dwan ereja setempat, maka ia terpaksa harus meninggalkan Malaka, tetapi berhasil berlayar ke Batavia lagi. Di Batavia ia sempat melaksanakan karya pastoral selama setengah tahun.

Pada hari minggu 29 Juli 1696 P.de Rhodes ditangkap waktu merayakan Misa dirumah Tuan Innocent Viera de Compos. Sesudah konsekrasi, terdengar keributan besar di muka rumah itu. Kepala pengadilan dan polisi sekonyong konyong menggerebek tempat orang katolik berkumpul untuk merayakan Misa Kudus. De Rhodes langsung membagikan semua hosti yang sudah dikonsekrasi. Waktu Iman ini masih berdoa, tiga polisi menyeret dan mau membawanya dengan pakaian Misa ke penjara. Tetapi, tujuh orang Portugis menghunuskan pedang untuk mencegah penghinaan atas agama mereka. Pada ruang tahanan yang gelap Imam Jesuit ini menggunakan waktunya untuk menjalankan latihan rohani tahunnannya (exercitia) selama sepuluh hari. Dua minggu sesudahnya ia dituduh secara resmi, bahwa merayakan Misa Kudus membakar buku agama Protestan dan menobatkan Gubernur Malaka A de Vlamingh, akhirnya pada tanggal 25 September de Rhodes dipanggil untuk menghadap hakim dan dijatuhi hukuman, yaitu meninggalkan wilayah VOC, membayar empat ratus keping emas dan Salib dan Patung serta alat Misa dibakar dibawah tiang gantung, bersama dua orang penjahat akan digantung pada waktu yang sama juga.

Bulan Agustus 1661 FR. Manuel Soares SJ ke Batavia untuk meneruskan pelayaran ke Muangthai, ia hanya singgah sembilan hari. Tetapi lima tahun kemudian Manuel Soares SJ, mengirim suatu laporan kepada pembesarnya di Roma. Ia menyebut antara lain bahwa pada malam pertama ia membaptis sembilan orang dalam rumah seorang Portugis. Laporan Soares memberi gambaran berharga tentang banyaknya orang Katolik dan keadaan mereka di Batavia pada tahun 1660 an. P. Martino Martini SJ (1661), seorang ahli geografi dan perancang atlas Tiongkok yang pertama, singgah di Batavia bersama sembilan Jesuit lain.

Dua puluh tahun sesudahnya ( 1682 ) P. Andreas Gomes SJ, diutus Raja muda Portugis dari GOA untuk memperbaiki hubungan dengan VOC di Asia setelah perdamaian baru diadakan di Eropa. Kepergian Gomes dengan kapal didalam kapal ada yang penyelundup seorang Pater Ordo Agustin, akhirnya pada tahun 1664 dikeluarkan plakat yang melarang imam-imam Katolik mendarat di pelabuhan Batavia. Pada tahun 1688 P. Johan Baptista de Visscher dari Rotterdam menulis kepada provinsialnya di Belgia bahwa ia berencana belayar lewat Manila dan Makassar ke Batavia untuk menyelidiki.
Kemajuan Missie Katolik bertambah pesat setelah pada tahun 1874 Mgr. Francken digantikan oleh Mgr. Claessen yang sejak tahun 1848 bertugas di India. Didirikannya pos-pos di Cirebon, Magelang, Bogor, Malang dan Madiun. Untuk Sumatra di Medan dan Tanjung Sakti. Di Kalimantan dibangunnya pangkalan untuk kristenisasi suku Dayak. Mgr. Claessen digantikan oleh Vicarius Apostoles M.J. Staal, kemudian pada tahun 1898 oleh Mgr. E.S Luypen SJ, sejak masa itulah agama katolik mulai berkembang di pulau Jawa.

Pada tahun 1902 di Batavia (Jakarta) mulai didirikan Apostolisch Vicariaan Van Batavia. Tujuh tahun kemudian yaitu 1904 Pusat Missie Katolik di negeri Belanda mengirimkan 2 orang utusannya ke Jakarta yaitu Jacob Nellisen dan Lambert Prinsen, kedudukan Missie dipusatkan di Jakarta, Semarang dan Surabaya. Uskup Indonesia yang pertama ditahbiskan adalah Romo Agung Albertus Sugiyopranoto pada tahun 1940,Kardinal pertama di Indonesia adalah Justinus Kardinal Darmojuwono diangkat pada tanggal 29 Juni 1967. Gereja Katolik Indonesia aktif dalam kehidupan gereja katolik. Uskup Indonesia mengambil bagian dalam Konsili Vatikan II ( 1962-1965 ).

KISAH KELAHIRAN YESUS

Pertemuan 4 katekese Lansia
TEMA : KISAH KELAHIRAN YESUS

Referensi biblis
 Luk 2:1-21 : kisah kelahiran Yesus

Pokok-pokok iman dan refleksi:

 Yusuf dan Maria melakukan segala cara yang terbaik untuk dapat melahirkan Yesus di tempat & suasana yang layak, tetapi tidak ada tempat di penginapan, hanya ada kandang hewan  Orang tua selalu mengusahakan yang terbaik untuk keluarga dan anaknya, tetapi sering ada kendala tapi mereka tidak menyerah.


 Yesus dilahirkan dalam suasana kesederhanaan (kandang domba) dan kelahiran Yesus pertama kali diwartakan kepada para gembala  mau menyatakan bahwa Yesus datang untuk orang-orang yang sederhana (miskin/tua /sakit/ tersisih) tapi sekaligus penghargaan Allah akan tingginya nilai hidup manusia (manusia berharga di mataNya).

 Bintang terang menjadi petunjuk bagi para gembala untuk menemui tempat Bayi Yesus (Mat 2:2). Bintang yang menunjukan bahwa Yesus adalah Sang Terang. Sudahkah kehadiran Yesus dalam hidup menjadi Sang Terang untuk hidup kita ?

 Sikap gembala yang percaya dan cepat tanggap ketika mendapat berita dari malaikat Tuhan. Mereka menyembah bayi Yesus dan mempersembahkan apa yang mereka miliki kepada bayi Yesus (emas, mur, kemenyan). Sudahkah kita peka terhadap suara Tuhan dan menanggapi ajakan Tuhan? Sudahkan kita mempersembahkan segala yang kita miliki (kemampuan/ kaya/ sakit/ sedih) kepada Tuhan??

 Sulit dipahami bahwa Allah menjadi manusia dan bahwa yang Mahakuasa menjadi seorang bayi yang lemah, yang dalam segala-galanya bergantung dari asuhan dan bantuan seorang ibu manusia. Motif satu-satunya yang tersirat dalam rencana Allah yang mengagumkan itu ialah kasih dan kebaikan. Kelahiran Yesus ini memberi kita warisan memberikan sebagai anak-anak Allah.

 Natal juga mau merayakan Allah yang senasib dengan manusia. Ia menjadi manusia seperti kita, terkecuali dalam hal dosa. Ia lahir sebagai seorang bayi yang lemah & dari seorang perempuan. Ia datang ke dunia memanggil semua orang kepada keselamatan; Ia membiarkan diriNya dibaptis oleh Yohanes. Oleh kelahiranNya, Allah menyatu dengan kita.

 Dengan kelahiran Yesus, keselamatan telah masuk ke dalam dunia. Allah mengutus Putera-Nya dengan tujuan untuk menerangi semua orang dalam kegelapan dan menjadikan mereka anak-anak terang. Merayakan Natal berarti mengakui dan menerima rencana Allah yang mengutus Putera-Nya ke dunia untuk mengundang semua orang kepada keselamatan.

 Peristiwa kelahiran Yesus ini diperingati orang katolik setiap 25 Desember atau yang lebih dikenal perayaan Natal.

KATEKESE DAN TANTANGAN MULTITASK (II)

B. Membangun Isi dan Suasana Katekese yang menarik dan menyentuh.

Dalam proses katekese, ada dua unsur penting yang harus diperhatikan, yaitu isi dan suasana. Isi memuat proses edukatif dan konsientisasi menyangkut visi dan pengetahuan iman, nilai dan pesan moral bagi peserta katekese. Isi katekese tidak dapat dilepaskan dari pengaruh suasana, baik faktor perkembangan psikologis peserta katekese itu sendiri dan aspek-aspek eksternalnya, yaitu lingkungan, sarana, pendekatan dan metodenya. Maka diperlukan suasana akomodatif yang mampu menghantar isi kepada peserta katekese. Suasana tanpa isi akan membuat proses katekese hanya sekedar ruang hiburan, tetapi isi tanpa suasana akan membuat proses katekese bagaikan ruang ceramah yang membosankan dan sama sekali tidak edukatif bagi segi afektifitas peserta katekese. Untuk itu segi isi dan suasana menjadi bagian yang tak terpisahkan. Isi haruslah berjalan dengan suasana, begitupun suasana haruslah memuat isi yang membangun iman peserta katekese.


Untuk membangun isi dan suasana katekese yang lebih menyapa orang dewasa ini, pertama, proses katekese harus mempertimbangkan segi himbauan pesan yang bersifat himbauan emosional melalui berbagai media yang tepat dan mampu menyentuh cita rasa. Kedua, proses katekese harus menjadi proses komunikatif, dimana berbagai metode pendekatan komunikasi digunakan. Katekese tidak hanya bersifat intruksional saja, tetapi juga mempergunakan prinsip symbolic way,3) dimana pengertian-pengertian didapat dari proses yang bersifat simbolis, baik dari gambar, film, cerita, dan lain sebagainnya.

Senin, 03 Mei 2010

KATEKESE DAN TANTANGAN MULTITASK (I)

Sebuah catatan singkat penggunaan media komunikasi populer untuk kepentingan proses katekese


(Saya ambil tulisan dari Purwono Nugroho Adhi, Komisi Kateketik Keuskupan Agung Semarang, tentang Tantangan katekese di jaman ini, denga beberapa catatan saya pribadi, untuk memperkaya para katekis dalam mempersiapkan diri dalam melaksanakan tugas panggilan dan pewartaannya. Semoga bermanfaat)



A. Melihat Kembali Ciri Khas dan perkembangan Katekese dewasa ini

Pertama, katekese merupakan salah satu metode dan bentuk pemberitaan Injil yang khas. Kekhasan tersebut terletak bahwa katekese menjadi karya ampuh yang memuat segi pemahaman dan pengetahuan iman. Kekhasan tersebut tampak melalui rumusan, bentuk dan metode katekese, serta isi pemahaman dan pengetahuan iman itu sendiri dalam upaya membentuk pola-pola hidup kristen yang sejati. Katekese mempunyai tujuan sebagai tahap pengajaran dan pendewasaan. Tujuan ini memungkinkan seseorang dimekarkan menuju kepenuhan Kristen. Melalui taraf pengetahuan ini seseorang diajak sampai kepada penghayatan dan pengertian tentang misteri Kristus yang sejati.
Kedua, Dalam proses katekese dibutuhkan jembatan antara tradisi iman dengan visi atau nilai kristianitas dalam situasi yang baru saat ini. Hal itu membutuhkan hubungan yang bersifat timbal balik dan selaras antara apa yang menjadi visi dengan kenyataan faktual yang dihadapi.

Dalam hubungan tersebut, pengalaman-pengalaman faktual berhadapan dengan berbagai nilai, makna dan pengalaman manusiawi itu menjadi muara bagaimana Gereja harus berbuat mengupayakan perjuangan visi Injil sebagai sebuah warta sejati mengenai Kerajaan Allah di kancah hidup masyarakat saat ini. Warta tersebut diharapkan mampu menjadi bentuk penyadaran atau konsientisasi yang berdampak spiritual baik secara perorangan maupun bersama.

Maka, agar warta Injil sungguh menyentuh dan berdampak pada segi spiritual orang-orang di zaman sekarang, katekese harus senantiasa mampu membuat jembatan antara nilai kristianitas dan pengalaman hidup itu. Untuk itu, ketika orang-orang zaman sekarang telah dipengaruhi dengan gaya hidup dan berbagai perkembangan tehnologi modern, katekese hendaknya juga memanfaatkan sarana-sarana dan metode-metode modern itu, agar secara efektif mampu menyapa hidup orang di zaman sekarang.
Dalam berkatekese selama ini, metode apakah yang sering Anda pergunakan? Pernahkah Anda mengevaluasi proses katekese Anda sendiri agar lebih menyentuh dan mengena di hati umat?

Bersambung

(dari www.imankatolik.or.id)

PENDERITAAN MANUSIA AKIBAT DOSA

Pertemuan 3 Katekese lansia:
Tema: PENDERITAAN MANUSIA AKIBAT DOSA

Referensi biblis
 Kej 3: 1- 24, Kej 11: 1-9

Renungan sebagai bahan refleksi dan sharing :
 Pernahkan saya mengalami sakit, penderitaan, kegagalan atau kepedihan dalam hidup?
 Apa penyebabnya ?
 Ketika saya melakukan kesalahan, apa yang saya kemudian saya alami? Bagaimana perasaan saya?
 Bagaimana cara memperbaiki kesalahan yang telah saya lakukan ?
 Pernahkah saya mengalami godaan untuk berbuat yang tidak baik ? Bagaimana mengatasinya ?


Pokok-pokok iman dan refleksi:
 Pada awal penciptaan Allah memberi semua yang baik, Allah juga memberi perintah / nasehat / batasan dan resiko bagi setiap pilihan (baik atau buruk), tetapi Allah memberi manusia kebebasan untuk memilih. Apakah saya selalu memilih yang baik untuk hidupku ?

 Godaan (disimbolkan dengan ular  Godaan itu datang justru membuat kita tergiur, sesuatu yang “kelihatan” nikmat/ mudah/ enak/ menarik/ menguntungkan dll. Bila manusia jatuh dalam godaan dan melawan perintah Allah maka ia berbuat dosa.

 Dosa berasal dari keinginan manusia untuk melawan/memberontak terhadap Allah bahkan menyamai Allah sendiri (lih ayat 3)  manusia menginginkan segala sesuatu, serakah, tidak pernah puas dan selalu merasa kurang (kurang kaya, kurang cantik dll). Dengan keserakahannya, manusia menjadi tidak pernah tenang dan akhirnya menderita. Apa yang paling aku inginkan saat ini ?

 Bila manusia berbuat dosa maka ia mendatangkan maut atas drinya; bukan berarti setelah berdosa akan langsung mati. Tapi malalui proses hukuman dalam diri manusia (rasa malu, bersalah, ketakutan, menderita). Kematian yang pertama dialami manusia adalah kematian hati/rohani, yaitu ketika manusia tidak lagi merasa bersalah ketika ia berbuat dosa.

 Dosa menghancurkan hubungan baik antar manusia dan manusia dengan Allah, dan sampai akhirnya manusia selalu memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa. Inilah hukuman yang diwariskan manusia pertama Adam dan Hawa serta kepada keturunannya, yang disebut Dosa Asal.

 Godaan akan selalu ada di hadapan kita, untuk itu manusia harus waspada dan berdoa agar hubungan manusia dengan Allah tetap baik, sehingga setan tidak berkuasa atas diri manusia. Apakah aku sudah berdoa memohon kekuatan kepada Tuhan untuk selalu kuat melawan godaan dalam hidup ?

 Allah yang Mahabaik kadangkala memakai penderitaan / sakit / kegagalan untuk mendewasakan manusia. Pada saat menderita / sakit / gagal manusia akan bergantung (berdoa, memohon) kepada Tuhan. Dan ketika itu sudah berlalu, maka manusia menjadi lebih dewasa dan kuat dalam menghadapi hidupnya.

 Tapi Allah tidak membiarkan manusia sengsara / menderita karena kedosaannya. Allah telah menunjukan merencanakan dan menjanjikan akan adanya Sang Juru Selamat manusia, yang akan menyelamatkan manusia dari kedosaannya (lih ayat 15).

 Kisah Kejadian ini mau menunjukan bukan hanya tentang dosa, tapi mau menunjukkan kehadiran pribadi Allah yang mengasihi manusia dan menghendaki agar manusia selalu hidup damai dan bahagia dengan mendasarkan hidupnya dari Kasih Tuhan.

Minggu, 02 Mei 2010

HIDUP MANUSIA BERASAL DARI ALLAH

Katekese Lansia Pertemuan 2 :
TEMA : HIDUP MANUSIA BERASAL DARI ALLAH.


Referensi biblis
 Kej 1 : 1-31 & Kej 2 : 1-25 kisah penciptaan

Renungan sebagai bahan refleksi dan sharing :

 Apa saja +/ siapa saja yang selalu Anda syukuri (kehadirannya) dalam hidup Anda?
 Mengapa itu Anda syukuri ?
 Bagaimana jadinya kalau ia (yang kita syukuri) itu tidak ada ?
 Masih ingatkah Anda pada leluhur: orang tua, kakek/nenek, buyut (kongtjo) (dst) Anda ?
 Apa yang Anda ingat dari mereka ini ?
 Masih ingatkah Anda, kalau ditelusuri lebih jauh, siapa orang pertama (yang menurunkan marga/keluarga) yang membuat Anda ada/hadir di dunia ini ?


Pokok-pokok iman & refleksi :

Menurut kitab suci, Allah menciptakan dunia dan isinya hanya dalam waktu 6 hari. Secara logika hal ini tidak mungkin, jadi kita harus melihat penciptaan ini dari kaca mata IMAN.

Allah itu Esa & Mahakuasa  telah ada sejak permulaan dan berkuasa menciptakan segala sesuatu di dunia menurut kehendakNya. IA juga telah menciptakan kita manusia menurut kehendakNya. (Menurut kehendakNYA, orang tua kita bertemu satu sama lain, sehingga kita hadiri di dunia. Menurut kehendakNYA pula, kakek nenek kita bertemu sehingga orang tua kita lahir. Demikian seterusnya.) Sudahkah kita bersyukur atas hidup yang diberikan pada kita ?

Karya penciptaan ini dipahami sebagai Karya Agung Allah yang mengatur situasi chaos (dalam arti rohani adalah hati/perasaan/iman yang kacau/tidak menentu/tidak punya pegangan hidup) agar menjadi cosmos (dalam arti rohani adalah hati/perasaan/iman yang teratur/terarah/mempunyai tujuan/pegangan hidup) (lih ayat 1-2). Artinya bahwa Allah membawa keteraturan dan ketiadaan Allah akan membawa kegelapan & ketidakteraturan. Allah tidak menciptakan kegelapan/kejahatan. Sudahkah kita mengisi hidup kita dengan baik?

Allah menciptakan makhluk diciptakan mulai dari yang rendah martabatnya lalu sampai pada makhluk yang paling mulia yaitu manusia. Segala ciptaan dijadikan terarah pada manusia, puncak dan mahkota penciptaan, sebagai yang paling mulia dari segala ciptaan. Sudahkah kita bersyukur untuk semua yang kita terima dalam hidup kita ?

Walaupun begitu, Allah membentuk manusia (hanya) dari debu tanah dan mengembuskan napas hidup ke dalamnya (Kej 2:7)  mau menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah, yang hidupnya sungguh tergantung pada Allah. Hidup manusia adalah milik Allah sepenuhnya. Allah berhak memberi dan mengambil kembali hidup manusia itu menurut kehendakNYA.Sudah siapkah kita ?

Manusia diciptakan oleh Allah dan Allah menghendaki agar manusia membentuk keluarga/komunitas serta beranak cucu. Dari sini kita sadar bahwa kita ada di dunia ini karena semata-mata kehendak Allah yang menghendaki kita ada di dunia ini melalui orang tua, kakek/nenek, buyut/kongtjo, leluhur mereka dan seterusnya, tanpa mereka kita juga tidak akan ada di dunia ini. Sudahkah kita mensyukuri kehadiran mereka dan mendoakan orang tua / leluhur kita ?

Setelah selesai menciptakan sesuatu, Allah selalu mengatakan “Allah melihat bahwa semuanya itu baik”. Menunjukkan bahwa Allah selalu memberi yang baik kepada dunia ini, kerusakan alam yang menyebabkan bencana alam dan penderitaan manusia disebabkan karena manusia bersalah dalam mengelola alam ini. Pernahkah kita mensyukuri anugerah alam pada kita ?

Karya Allah berakhir pada hari yang ke-7 dan mengkuduskan Nya  Allah memberi contoh keseimbangan dunia, untuk bekerja dan beristirahat, antara berusaha dan berdoa, karena Allah sendiri mengkuduskan hari ketujuh, yang dikenal dengan hari Sabat, hari untuk berdoa dan beribadat. Sudahkah kita memiliki kebiasaan berdoa/beribadat ?

Renungan : Sudah tahukah Anda, mengapa Anda ADA di dunia ini? Apa perbedaannya jika Anda TIDAK ADA di dunia ini?