Pada suatu hari ada seorang nenek yang kagum pada sebuah cangkir teh yang ia miliki, ketika ia sedang memuji-muji keindahannya tiba-tiba Si Cangkir berkata kepada nenek itu.
“Terimakasih atas pujiannya, tetapi saya tidak selalu indah.”
Nenek itu terkejut lalu kembali bertanya tentang apa maksud dari perkataan Si Cangkir tadi.
“Apa maksud dari perkataanmu tadi bahwa dirimu tidak selalu indah ?.”
“Baiklah”, kata cangkir itu, “pada waktu itu saya hanyalah tanah liat yang jelek dan lembab. Hingga pada suatu hari dengan tangan yang kotor dan basah menciduk saya lalu melemparkannya ke dalam jentera. Kemudian ia mulai memutar roda semakin lama semakin cepat hingga saya menjadi pusing. Lalu saya berteriak.
“Berhenti ! berhenti !.
Tetapi ia berkata , “Belum”.
“Akhirnya ia berhenti ,tetapi ia melakukan hal yang lebih menyakitkan dari pada sebelumnya. Ia menaruh saya pada tungku pembakaran, tungku itu semakin lama semakin panas. Sampai saya tidak bisa menahan lagi dan lagi-lagi saya berteriak, “Berhenti !, Berhenti !”
Dan lagi-lagi ia berkata, “Belum”.
“Akhirnya , ketika saya berpikir bahwa saya akan terbakar ia mengeluarkan saya dari tungku itu.
Kemudian beberapa wanita berambut panjang, mulai mengecat saya. Uap cat itu begitu buruk bagi saya sehingga membuat pernapasan saya tidak enak. Dan saya memohon
“Berhenti ! Berhenti !.”