(Pengembangan Bahan dari : Evangelii Nuntiandi Bab VI)
A. PENDAHULUAN
Yesus Kristus sesudah kebangkitanNya, sebelum terangkat ke surga memberikan perintah untuk mewartakan Injil ke seluruh dunia, dan dengan itu pula mempercayakan tugas perutusan DiriNya di dunia kepada para murid-muridNya. Perintah inilah yang menjadi dasar dari Gereja untuk tidak henti-hentinya mewartakan Injil karya keselamatan. Selain itu, bersama dengan Bapa, Yesus Kristus juga mengutus Roh Kudus, agar dengan itu para murid dengan penuh semangat dengan kharisma-kharisma tertentu yang dimilikinya melanjutkan tugas perutusan ke seluruh dunia.
Jadi nampaklah dengan jelas bahwa karya misioner tidak lain adalah penampakan rencana Allah serta pemenuhannya di dunia dalam sejarahnya. Dalam sejarah itu, Allah menyempurnakan secara nyata sejarah keselamatan melalui tugas-tugss perutusan. Tugas perutusan adalah suatu realitas tunggal yaitu membawa Kristus kepada dunia, namun mungkin rumit dan tugas perutusan itu berkembang melalui cara-cara yang beraneka ragam.
Tugas perutusan ini dilaksanakan oleh para murid yang kini diteruskan oleh Gereja, karena itu dalam sebuah teks dokumen Gereja tertulis dengan jelas dan nyata : seluruh Gereja adalah misioner dan karya evangelisasi merupakan salah satu tugas mendasar dari umat Allah. Jadi yang memiliki kewajiban (tugas) untuk ber-evangelisasi adalah Gereja secara keseluruhan, yaitu mencakup semua anggota-anggotanya, baik para hierarki, yang telah dipilih oleh belas kasih Gembala tertinggi dalam tahbisan imamatnya, untuk mewartakan Injil lebih daripada anggota lain dalam Gereja, maupun kaum awam.
Tugas perutusan itu dilaksanakan dalam berbagai cara, di antara cara-cara ini, ada beberapa yang mempunyai kepentingan khusus dan sangat menyentuh dalam situasi Gereja dalam dunia dewasa ini.
B. SETIAP ORANG DIUTUS MENJADI PEWARTA KABAR GEMBIRA
Secara eksplisit telah dijelaskan tugas Gereja yang utama dan hakiki yaitu memberitakan Injil kepada semua bangsa yang belum mengenal Kristus, Penebus umat manusia. Seluruh umat Allah berkewajiban melaksanakan tugas perutusan kepada para bangsa ini.
Tujuan dari setiap karya pewartaan Injil adalah agar setiap orang dapat mengenal dan menerima Yesus Kristus sebagai penebus pribadinya, itulah iman. Iman adalah menjawab "ya" terhadap panggilan Allah untuk menikmati keselamatan melalui Yesus Kristus. Jawaban "Ya" kepada Yesus Kristus ini, yang adalah kepenuhan wahyu Bapa, memiliki dua unsur yaitu : penyerahan penuh kepasrahan kepada Allah dan persetujuan penuh cinta akan segala sesuatu yang telah diwahyukan kepada kita. Hal ini hanya mungkin karena karya Roh Kudus. Iman mencakup suatu perubahan hidup, suatu metanoia, yakni suatu perubahan budi dan hati yang mendalam. Iman membuat seorang beriman menghayati pertobatan, yaitu perubahan hidup, yang ternyatakan dalam segala bentuk hidup kristiani : dalam hidup batinnya yang penuh pujian dan dalam penerimaan akan kehendak ilahi, dalam tindakannya, partisipasi dalam perutusan Gereja, dalam hidup perkawinan dan keluarga, dalam pekerjaan, dalam memenuhi tanggung jawabnya dalam bidang ekonomi dan sosial, dan aneka bentuk lainnya.
Panggilan kaum awam untuk ikut serta dalam karya perutusan bermula dan muncul dari Sakramen Permandian, yang dikuatkan oleh sakramen krisma. Melalui Sakramen Permandian dan Krisma, mereka dipanggil untuk mengambil bagian dalam pelayanan Kristus, sebagai imam, nabi dan raja. Perlunya kaum awam ikut ambil bagian dalam tugas dan tanggung jawab perutusan ini bukanlah hanya semata soal usaha untuk lebih mengefektifkan karya kerasulan saja, melainkan lebih dari itu, karena ini adalah hak dan kewajiban yang dilandaskan pada martabat Permandian yang telah mereka terima. Karena melalui Permandian, kaum awam beriman berpartisipasi, demi bagian mereka di dalam perutusan sebagai Imam, nabi dan Raja. Karena itu kaum awam terikat kewajiban umum dan mempunyai hak, baik sendiri sendiri maupun dalam kelompok-kelompok untuk berjuang agar kabar sukacita ilahi dikenal dan diterima oleh semua orang di seluruh dunia. Kewajiban itu semakin mendesak dalam hal terdapat keadaan-keadaan dimana injil tidak dapat diperdengarkan dan Kristus tidak dapat dikenal selain lewat para awam ini. Lagipula, karena ciri keduniaan mereka, kaum awam itu dipanggil khususnya untuk mencari kerajaan Allah dengan mengurusi hal-hal yang fana dan mengaturnya seturut kehendak Allah.
Kegiatan kateketik kaum awam juga mempunyai sifat sendiri yang sesuai dengan kedudukan mereka di dalam Gereja, yakni karakter sekular kaum awam yang sesuai dan khas bagi para awam. Kaum awam giat dalam katekese berdasarkan keberadaan mereka dalam dunia dengan mengambil bagian pada segala tuntutan umat manusia dan membawa nuansa dan kepekaan khusus pada pewartaan injil, yakni pemakluman injil kepada dunia melalui kesaksian hidup. Hal ini memperoleh sifat khusus dan keberhasilan yang khas karena dilaksanakan dalam lingkungan dunia yang biasa.
Manusia dewasa ini lebih percaya pada pemberi-pemberi kesaksian daripada pada para pengajar-pengajar; lebih percaya pada pengalaman daripada pada ajaran-ajaran, dan lebih percaya pada kehidupan dan tindakan-tindakan daripada pada teori-teori. Karena itu kesaksian hidup kaum awam kristen merupakan bentuk tugas perutusan yang pertama dan tidak tergantikan. Kristus sendiri sebagai saksi dan model kesaksian kristen. Bentuk esaksian pertama adalah kehidupan dari para pewarta itu sendiri, dari keluarga kristen dan dari persekutuan Gereja, yang menyingkapkan suatu cara hidup yang baru, yang dilandasi oleh cinta kasih, kesederhanaan dan kepedulian. Dalam hal ini kesaksian yang paling menarik bagi dunia adalah perhatian dan cinta kasih terhadap orang-orang miskin, lemah dan menderita.
C. ANEKA BENTUK KARYA PERUTUSAN AWAM
Dalam panggilan kerasulan umum itu, beberapa kaum awam merasa terpanggil oleh Allah untuk menerima tugas pelayanan sebagai katekis. Perasaan terpanggil ini seringkali timbul karena adanya kedekatan hubungan pribadi dengan pribadi Yesus Krisus, yang merupakan daya gerak untuk menjadikannya sebagai pewarta kabar gembira. Dari pengenalan penuh kasih akan Kristus, muncullah kerinduan untuk memaklumkan Dia, mewartakan injil dan menuntun orang lain untuk menjawab "ya" akan iman dalam Yesus Kristus.
Para ketekis menduduki tempat yang istimewa dalam tugas / karya perutusan. Dalam dekrit tentang kegiatan misioner Gereja, para katekis disebut sebagai barisan yang pantas dipuji, yang berjasa begitu besar dalam karya misioner di antara para bangsa, yakni barisan para katekis baik pria maupun wanita, yang dijiwai semangat merasul, dengan banyak jerih payah memberi bantuan yang istimewa dan sungguh-sungguh perlu demi penyebaran iman dan Gereja.
Bahkan dengan perluasan pelayanan-pelayanan yang diberikan oleh orang awam baik di dalam maupun di luar Gereja, kebutuhan dari para katekis tetap selalu ada, karena bentuk pelayanan katekis mempunyai ciri dan corak khas tersendiri. Katekis-katekis adalah kaum spesialis, orang-orang yang memberikan kesaksian langsung dan para penginjil yang tidak tergantikan, yang memperlihatkan kekuatan dasariah dari komunitas-komunitas Kristen. Pola dan tuntutan hidup para katekis yang tidak berbeda dari orang-orang yang mendapat pewartaan, membuat para katekis awam itu mempunyai kepekaan khusus untuk mengejawantahkan Injil dalam kehidupan konkret.
Dalam dunia modern ini perutusan katekis ke tengah-tengah dunia memiliki bermacam jenis dengan aneka ragam orang yang dilayani pula. Diantaranya adalah :
- para katekis di negeri-negeri misi; sebagai pembuka jalan bagi Kristus dan mempersiapkan manusia untuk menyambut sakramen-sakramen inisiasi. Mereka ini bagaikan Yohanes Pembaptis yang berseru-seru di padang gurun untuk menyiapkan kedatangan Tuhan. Tugas mereka sangatlah berat, karena itu Gereja memandang dan menghargai secara khusus para katekis yang bekerja di daerah-daerah misi.
- Para katekis di beberapa Gereja dengan tradisi kristiani yang panjang tetapi kekurangan klerus; sangat dibutuhkan katekis yang dalam beberapa segi tertentu memiliki kesamaan dengan keadaan di negeri-negeri misi. Tuntutannya ialah menghadapi kebutuhan-kebutuhan yang mendesak yaitu penjiwaan komunitas, terutama di daerah-daerah pedesaan kecil yang kurang mengalami kehadiran seorang imam. Hal yang sama dapat terjadi di daerah kota-kota besar, dimana budaya individualisme dan liberalisme telah mengakar dan tertanam sangat dalam.
- Katekis di negara-negara yang memiliki tradisi kristiani, yang menuntut suatu model evangelisasi baru,
- katekis yang melakukan pelayanan khusus bagi kaum muda, dalam hal ini katekis harus menjamin kelanjutan ketekese. Dalam tugas demikian, peranan seorang imam sama fundamentalnya.
- Katekis bagi anak-anak dan kaum remaja tetap tidak boleh diabaikan. Dalam hal ini katekis mempnyai tugas berat untuk memberikan pengertian pertama tentang iman dan persiapan untuk menerima sakramen-sakramen inisiasi. Tanggung jawab ini semakin mendesak dewasa ini bila anak-anak dan kaum remaja tidak menerima
pendidikan religius yang memadai di dalam keluarga.
- Katekis bagi keluarga-keluarga; dalam hal ini katekis melakukan pendampingan bagi keluarga-keluarga kristiani, serta membantu mereka untuk memperoleh sakramen-sakramen dari para imam. Ini diperuntukkan bagi orang dewasa pada kesempatan-kesempatan seperti permandian atau komuni pertama dari anak-anak mereka atau perayaan Sakramen Perkawinan.
- Katekis-katekis yang lain, yang melakukan pelayanan dalam situasi-situasi tertentu yang kadang-kadang berbahaya; mencakup katekis bagi orang lanjut usia yang membutuhkan suatu penyajian Injil yang disesuaikan dengan keadaan mereka; katekis bagi para penyandang cacat yang membutuhkan pedagogi khusus sebagai tambahan pada integrasi mereka dalam komunitas-komunitas, katekis bagi kaum migran dan mereka yang tersisihkan pleh perkembangan masyarakat modern.
Di samping pelayanan para katekis, satu hal yang tidak boleh dilupakan ialah cara-cara lain untuk melayani Gereja dan tugas perutusannya, yaitu para petugas Gereja yang lain : para pemimpin doa, koor dan liturgi, para pemimpin komunitas-komunitas basisdan kelompok-kelompok Kitab Suci, orang-orang yang melakukan karya-karya cinta kasih, para pengelola sumber-sumber daya Gereja, para pemimpin dalam berbagai bentuk kerasulan serta para guru di sekolah-sekolah. Intinya Semua kaum awam harus membaktikan sebagian dari waktunya kepada Gereja dengan menghayati iman mereka secara otentik. Juga keluarga-keluarga, terutama para orang tua, hendaknya sadar bahwa mereka mesti memberikan suatu persembahan khusus kepada karya misioner Gereja yaitu dengan mendorong memajukan panggilan-panggilan di antara anak-anak mereka. Hal itu dapat dilaksanakan pertama-tama melalui suatu hidup doa yang padat, suatu latihan kepekaan pelayanan yang tulus murni kepada sesamanya dan suatu yang murah hati di dalam kegiatan-kegiatan Gerejani. Hal-hal ini memungkinkan timbulnya suatu kondisi yang menumbuhkan panggilan-panggilan untuk melakukan pelayanan di antara orang-orang muda
Satu hal lain yang juga dibutuhkan adalah kebutuhan-kebutuhan material dan keuangan untuk kepentingan tugas kerasulan. Kebutuhan-kebutuhan material itu tidak hanya untuk membangun Gereja dengan struktur minimal saja, melainkan juga untuk mendukung karyakarya cinta kasih, pendidikan serta memajukan manusia. Suatu bidang pelayanan yang teramat dibutuhkan terutama di tempat-tempat yang miskin. Dalam hal ini sangatlah diperlukan orang-orang yang lebih kaya dan murah hati untuk menyumbangkan suatu hal material untuk mendukung karya-karya kerasulan Gereja. Pengorbanan-pengorbanan mereka dan keterlibatan mereka teramat penting untuk membangun Gereja dan untuk memperlihatkan cinta.
D. SEBUAH PROSES KATEKESE
Tema :
SETIAP ORANG DIUTUS MEWARTAKAN INJIL
I. Tujuan
1. Peserta menyadari cinta dan penyertaan Allah yang tiada batas
2. Peserta menyadari panggilannya untuk mewartakan Injil
3. Peserta dapat merencanakan bentuk karya pewartaannya
II. Sumber Bahan
1. Kitab Suci : Matius 28:16-20
2. Dokumen Gereja : Evangelii Nuntuandi (Mewartakan Injil)
III. Sasaran : Remaja / muda-mudi / dewasa
IV. Perkiraan Jumlah peserta : 20 - 30 orang
V. Sarana : Kitab Suci
VI. Waktu : 2 X 60 menit
VII. Langkah-langkah katekese :
Langkah 1 : Lagu Pembukaan dan Doa Pembukaan
Lagu Pembukaan : Aku Dengar Bisikan Suara-Mu
Doa Pembukaan (spontan oleh pendamping untuk menyentuh hati dan membangkitkan semangat peserta)
Langkah 2 : Pengantar
Pendamping memperkenalkan diri dan menyapa secara pribadi peserta.
Langkah 3 : Permainan Panggilan
- Peserta diminta membuat lingkaran besar, masing-masing peserta berjarak kira-kira satu setengah meter. Lingkaran menghadap keluar sehingga nampaknya masing-masing peserta saling membelakangi.
- Pembimbing memanggil salah seorang nama peserta dan meminta orang tersebut melakukan seuatu yang harus dilakukannya di tempatnya berdiri, setelah selesai, orang tersebut harus memanggil (menyebutkan nama) seorang peserta yang lain untuk melakukan sesuatu yang dikehendakinya, demikian seterusnya, sampai semua nama disebutkan. Nama yang telah disebutkan tidak boleh disebutkan lagi, kalau disebutkan lagi, peserta yang menyebutkan nama dinyatakan gugur.
Langkah 4 : Pendalaman
Peserta diminta menjawab secara spontan pertanyaan-pertanyaan tentang permainan, sebagai berikut :
1. Siapa tadi yang dipanggil ?
2. Bagaimana perasaanmu saat namamu disebut ?
3. Apa yang kamu rencanakan setelah namamu disebut ?
4. Mengapa kamu memanggil orang tersebut ?
5. Apa yang kamu harapkan dari orang tersebut ?
6. Bagaimana perasaanmu setelah menyaksikan orang yang kamu sebut itu melakukan pekerjaannya ? dilakukan atau tidak ?
Langkah 5 : Pendalaman Kitab Suci
- Kitab Suci dibacakan secara bergantian oleh Pendamping dan peserta.
- Peserta diminta untuk membaca kembali kutipan Kitab Suci dan menanyakan hal-hal informatif yang belum diketahui.
- Peserta diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut secara berkelompok:
1. Apa yang Yesus perintahkan ?
2. Kepada siapa perintah itu dilaksanakan ?
3. Pernahkah kamu melihat seorang mewartakan Injil ? Bagaimana caranya ?
4. Apakah arti kesaksian menurutmu ?
5. Bagaimanakah kesaksian itu dilakukan ?
6. Apa saja yang menunjang dan menghambat seseorang untuk melakukan kesaksian ?
7. Pernahkah kamu memberikan kesaksian atau mewartakan Injil ? Sharingkan pengalamanmu dalam kelompok.
- Peserta diminta untuk menyajikan jawaban kelompoknya
Langkah 6 : Renungan / Refleksi
Pendamping memberikan sebuah peneguhan yang intinya menyadarkan bahwa setiap orang dipanggil untuk menikmati rahmat keselamatan dalam Yesus dan kemudian diutus untuk menyampaikan/membagikan kabar keselamatan yang telah diterimanya itu kepada semua orang.
Langkah 7 : Membuat niat
Peserta diminta untuk hening sendiri-sendiri dan membuat niat untuk mewartakan Injil dalam lingkungan nya masing-masing. Niat harus dilengkapi dengan menyebutkan secara rinci siapa orang-orang yang akan diwartai, kapan hari-harinya dan bagaimana rencana pelaksanaannya.
Langkah 6 : Ibadat Singkat
- Dilakukan ibadat untuk menutup pertemuan, sekaligus untuk meneguhkan niat yang sudah dibuat, dan memohon rahmat dan bimbingan Tuhan agar rencana-rencana itu dikarunia berkat yang melimpah dan berhasil mengajak orang-orang mengenal ataupun kembali dan semakin dekat kepada Tuhan.
- Di akhir ibadat ditetapkan kapan akan diadakan pertemuan selanjutnya untuk melakukan evaluasi dan sharing pengalaman mewartakan Injil, serta untuk membuat perencenaan-perencanaan sebagai tindak lanjutnya.
E. KESIMPULAN
Setiap orang yang telah menerima rahmat Pembatisan memiliki tugas mendasar sebagai bagian dari umat Allah (Gereja) untuk mewartakan kabar gembira (Injil). Hal itu haruslah benar-benar disadari oleh semua orang, tidak terkecuali bagi para awam. Bagi kaum awam tugas perutusan mewartakan Injil itu memiliki dimensi tersendiri yang khas, yang sangat menunjang bahkan menambah keefektifan karya pewartaan yang mereka lakukan. Dimensi khas itu berasal dari pola dan tuntutan hidup yang sama dengan mereka yang menerima pewartaan. Kekhasan lain dari dimensi pewartaan Injil oleh kaum awam ini adalah karena para awam dapat melakukan tugas perutusan itu pada setiap bidang pekerjaan dan kegiatan profan / sekular yang dijalaninya. Tetapi bagaimanapun juga kebutuhan akan klerus sebagai pembawa dan pewarta sakramen-sakramen masih sangat diperlukan juga. Karena itu, perlu sekali diadakan suatu bentuk kerjasama antara kaum awam dan klerus dalam hal pewartaan agar karya pewartaan itu lebih efektif dan berkembang seturut perkembangan budaya dan kehidupan manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar