Suatu hari seorang penambang menemukan harta karun berupa emas batangan dalam jumlah yang sangat banyak. Tanpa berpikir lama, emas-emas batangan tersebut dimasukan dalam sebuah tas. Setiap hari kemanapun dia pergi, tas tersebut selalu ditentengnya hingga dia meninggal dan kini berada di pintu masuk surga. Saat penambang itu tiba, seorang malaikat bertanya mengapa ia membawa-bawa aspal dalam tasnya. "Ini bukan aspal..!" jelasnya, "Ini emas."
Sang Malaikat menanggapi perkataan manusia itu dengan berkata, "Di bumi, benda itu memang disebut emas, tetapi disini, di surga, kami memakainya untuk mengeraskan jalan-jalan."
Kisah di atas memang hanya sebuah lelucon. Namun, cerita ini mengajak kita berpikir tentang apa yang kita anggap berharga, dan apa yang benar-benar berharga bagi Allah.
Dalam Wahyu 21, digambarkan bagaimana jalan-jalan di surga adalah "emas murni bagaikan kaca bening" (ayat 21). Di dunia, kita bisa menilai emas sebagai logam yang paling berharga dan menjadikannya sebagai harta milik kita yang paling berharga. Namun di surga, itu hanya dipakai sebagai bahan pengeras jalan, seperti aspal, kita berjalan di atasnya. Sungguh kontras!
Apa yang Anda anggap paling berharga di bumi ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar