Catatan Alkitab terus-menerus menghadapi berbagai ujian berkaitan dengan keakuratan sejarahnya. Orang-orang skeptis dan para arkeolog kerap mempertanyakan hal itu. Namun demikian, Alkitab terbukti memiliki keakuratan sejarah yang unik dan tidak tertandingi oleh kitab-kitab keagamaan lainnya.
Marilah kita terlebih dahulu membahas beberapa contoh arkeologis awal tentang ujian Alkitab dan kesimpulan ilmiah yang dihasilkannya. Sebagai contoh, pada abad kesembilan belas orang-orang skeptis dan para arkeolog menuduh Alkitab membuat pernyataan fiktif ketika menyebutkan bangsa Het karena tak ada satu pun bukti di luar Alkitab tentang bangsa itu. Tetapi setelah tahun 1906, penggalian di Hattushash – yang terbukti sebagai ibukota bangsa Het – mengubah apa yang semula dianggap mitos sebagai kenyataan sejarah yang akurat. Arkeologi mengungkapkan bahwa bangsa Het pemah muncul sebagai bangsa yang kuat. Penggalian tersebut mengesahkan sepenuhnya catatan Alkitab. Sebuah loh batu dari Mesir mencatat pertempuran sengit antara Ramses II dan bangsa Het di Kadesy di Sungai Orontes. Catatan Alkitab terbukti sebagai sejarah yang akurat.
Ilmuwan semula menuduh catatan Alkitab tentang Belsyazar sebagai catatan yang salah karena tidak ada catatan selain Alkitab yang menyebutkan raja ini. Akan tetapi, pada tahun 1853 para arkeolog menemukan sebuah prasasti di Ur yang memperkuat catatan Alkitab. Prasasti itu menunjukkan bahwa Belsyazar memerintah dengan ayahnya Nabonides. Arkeologi terus menguatkan catatan Alkitab. Dr. J.O. Kinnaman menegaskan keakuratan sejarah Alkitab yang menakjubkan ini dengan mengatakan, "Dan ratusan ribu benda purbakala yang ditemukan oleh para arkeolog. tak satu pun yang berlawanan atau menyangkal satu kata, frasa, klausa atau kalimat dalam Alkitab, namun justru selalu menguatkan dan membuktikan fakta catatan Alkitab."
Dr. Nelson Glueck, arkeolog Yahudi yang terkenal pada abad kedua puluh, menegaskan keakuratan Alkitab dalam bukunya River in the Desert, dengan mengatakan, "Dapat dikatakan secara tegas bahwa tidak ada penemuan arkeologi yang berlawanan dengan acuan Alkitab. Sekian banyak penemuan arkeologi yang ada meneguhkan, baik secara garis besar maupun secara terperinci, pernyataan historis dalam Alkitab."
Seorang penanya yang jujur, yang menyadari panjangnya rentang sejarah yang dicakup oleh catatan Alkitab dan beragamnya penulis Alkitab, tentunya akan semakin takjub oleh keakuratan catatan sejarah Alkitab ini.
Dr. Werner Keller, penulis The Bible in History dan buku bergambar The Bible as History in Pictures, mengevaluasi keakuratan sejarah Alkitab secara menantang: "Sebagai seorang jurnalis, saya telah bertahun-tahun secara khusus memperhatikan hasil-hasil ilmu pengetahuan dan penelitian modem.... Laporan sensasional ini – dan, memang, kalau mengingat pentingnya penemuan ini, tidaklah berlebihan kalau kita menggunakan kata `sensasional' – membangkitkan hasrat dalam diri saya untuk lebih mencermati arkeologi Alkitab, area penyelidikan dunia purba yang yang paling muktahir dan, secara umum, paling jarang dibicarakan. Oleh karena itu, saya memburu bahan bacaan dari Jerman dan negara-negara lainnya untuk mendapatkan kesimpulan yang menyeluruh dan jelas atas hasil-hasil penelitian terdahulu. Saya tidak menemukan apa pun karena memang tidak ada yang bisa ditemukan. Jadi, saya mendatangi secara langsung perpustakaan berbagai negeri – ditolong oleh antusiasme istri saya dalam pekerjaan yang mirip tugas seorang detektif ini – dan mengumpulkan semua hasil penyelidikan ilmiah yang telah dilakukan sampai saat ini sehubungan dengan arkeologi Alkitab."
Hasil penelitian Dr. Keller diterbitkan oleh William Morrow and Company, New York, tahun 1956 dengan judul The Bible in History. Pada tahun 1964 diterbitkan cetakan kelima belas, setelah direvisi sepenuhnya, menjadikannya sumber yang terpercaya. Dr. Keller menutup bagian pendahuluannya dengan menegaskan sumbangan arkeologi dalam mendukung kesahihan catatan Alkitab: "Berdasarkan bukti yang berlimpah-limpah dan telah teruji dengan baik yang tersedia saat ini. saat saya memikirkan kecaman orang skeptis dari abad kedelapan belas dan selanjutnya yang berusaha memusnahkan Alkitab, kalimat ini terus menggema dalam pikiran saya: 'Alkitab itu benar,' akhirnya."
Tahun 1929 saya mendengar Dr. Robert Dick Wilson, profesor Bahasa-bahasa Semitis yang terkenal dari Seminari Teologi Princeton, memberitahu para mahasiswanya, "Saya telah mempelajari semua bahasa yang digunakan oleh bangsa-bangsa yang tercantum dalam Kitab Kejadian. Tidak ada satu pun pernyataan Alkitab yang terbukti salah." Orang-orang skeptis tertantang sewaktu Dr. Wilson menuliskan peneguhannya: "Setelah empat puluh tahun melakukan penelitian ilmiah dalam studi tekstual Alkitab dan dalam kebahasaan, sekarang saya yakin bahwa tidak ada seorang pun yang memiliki pengetahuan memadai untuk membantah kebenaran Perjanjian Lama. Berdasarkan bukti dokumenter yang memadai untuk melakukan penyelidikan, pernyataan Alkitab, dalam naskah aslinya, lulus dalam ujian tersebut." Peneguhan ini secara singkat menegaskan fakta yang teruji tentang keakuratan unik dari catatan Alkitab. Tidak ada kitab suci lain yang sejajar dengan Alkitab dalam hal keakuratan sejarahnya.
Arkeologi terus meneguhkan keakuratan sejarah Alkitab dengan bukti yang faktual dan eksternal yang dikumpulkan dalam penggalian ilmiah. Arkeologi terus meneguhkan bahwa Alkitab itu unik dalam keakuratan pernyataan sejarahnya. Apa pun bentuk ujian keakuratan tersebut, Alkitab selalu berhasil menunjukkan kesahihannya.
Harry Thomas Frank menulis sebuah buku yang sangat bagus tentang keakuratan Alkitab, berjudul Discovering the Biblical World. la mengatakan, "Jika, misalnya, penemuan kembali kehidupan Timur Tengah kuno menunjukkan bahwa penulispenulis Alkitab salah baik dalam sejarah yang mereka laporkan maupun mereka mencoba untuk memalsukannya, tak ayal kejujuran pernyataan Alkitab yang lain pun akan dipertanyakan. Tetapi, kenyataannya justru sebaliknya. Penemuan arkeologis tentang kehidupan kuno terus-menerus menunjukkan betapa setianya penulis Alkitab mencatat kejadian pada zamannya. Hal ini menunjukkan bahwa Alkitab sebagai dokumen sejarah utama merupakan penuntun yang dapat dipercaya tentang kejadian dan situasi yang digambarkannya."
Meskipun penegasan ini berasal dari ilmuwan yang sudah meninggal beberapa dasawarsa yang lalu, penggalian arkeologi sejak saat itu menemukan bukti yang semakin banyak dan semakin tepat. Pada kenyataannya, baik arkeolog maupun pakar Alkitab sejak abad yang lalu telah membuat kemajuan yang nyata. Mari kita babas beberapa fakta yang berhubungan dengan keakuratan Alkitab secara historis.
Kita harus sadar bahwa, saat ini, penegasan Alkitab tidak lagi mendominasi penyelidikan arkeologi. Baik universitas maupun masyarakat arkeologi mengkhususkan diri dalam penggalian yang berhubungan dengan berbagai peradaban kuno. Fokusnya pada obyek yang lebih luas daripada informasi seputar Alkitab. Sebagai contoh adalah pernyataan tokoh Israel. Israel Finkelstein, yang menyatakan bahwa Alkitab tidak relevan sebagai kesaksian sejarah tentang kebangkitan Israel. Namun, Dr. Finkelstein menunjukkan bahwa motivasinya bukanlah membuktikan ataupun menyangkal catatan Alkitab. Dia hanya mencari apa yang akan diungkapkan oleh catatan arkeologis selain berbagai penemuan yang telah mendukung keakuratan Alkitab. Singkatnya, ilmu pengetahuan sekuler sedikit sekali, atau malah sama sekali tidak, tertarik untuk meneguhkan keakuratan Alkitab.
Pikirkanlah beberapa contoh berikut ini dari sekian banyak penemuan arkeologis yang meneguhkan keakuratan Alkitab. Yang pertama adalah catatan tentang peristitiva:
- Tembok kuil Amun meneguhkan serangan raia Mesir, Sisak, terhadap Israel dalam 1 Raja-raja 14:25-26.
- Prasasti Mesa meneguhkan perlawanan Moab terhadap Israel yang dicatat dalam 2 Raja-raja 3:4-27.
- Tembok Istana Sargon II meneguhkan kekalahan Asdod yang dicatat dalam Yesaya 20:1.
- Catatan tentang pemberian jatah makanan yang berlangsung di Babilonia meneguhkan penangkapan Yoyakin yang dicatat dalam 2 Raja-raja 24:15-16; 25:27-30.
- Pembebasan tawanan Yehuda oleh Koresy Agung (mendukung Ezra 1:1-4) diteguhkan oleh Cyrus Cylinder.
Pikirkan juga bagaimana arkeologi telah meneguhkan tempat-tempat berlangsungnya berbagai kejadian yang dicatat dalam Alkitab:
- kuil Baal di Sikhem
- kolam Gibeon, Hesybon dan Samaria
- terowongan air di bawah Yerusalem yang digali Raja Hizkia
- istana Raja Belsyazar yang megah di Babilonia
- istana Susan yang megah (dengan kenangan kepada Ester dan Mordekhai)
- pendirian sinagoga di Kapernaum
Pikirkan beberapa tokoh yang diteguhkan oleh arkeologi sehingga Alkitab dan penemuan arkeologis bersesuaian:
- Yehu
- Hazael
- Sargon II
- Esar-haddon
- Merodakh-Baladan
- Darius I
- Herodes Agripa I
- Pilatus
- Kayafas
Hug Williamson. seorang profesor dari Universitas Oxford, menyatakan bahwa menyangkal "dasar historis" Alkitab adalah suatu hal yang bertentangan dengan akal sehat. Shmuel Ahituv. dari Universitas Ben-Gurion, Negev. berpendapat, "Marilah kita mengakui bahwa kabut yang menutupi asal mula dan fase awal sejarah Israel kuno belum bisa disingkapkan. Alkitab tetap merupakan sumber informasi kita yang paling penting untuk mempelajari hal ini." Tanpa mengabaikan motivasi para arkeolog minimalis untuk mencari data non-Alkitab, para ilmuwan ini menegaskan adanya sekian banyak informasi yang meneguhkan keakuratan sejarah catatan Alkitab. Jonathan Tubb dari Museum Inggris menyatakan bahwa adalah "suatu kebodohan yang tidak berguna kalau kita berusaha mencari katalisator lain (yang mengubah persepsi diri orang Kanaan terhadap orang Israel) di luar Kitab Keluaran dan penaklukan yang dicatat dalam Perjanjian Lama."
Penjelasan tambahan bagi keakuratan Alkitab adalah apa yang tidak terkandung di dalam Alkitab. Berikut ini salah satu contoh yang jelas.
Apakah Kitab Keluaran hanyalah "cerita rakyat" sebagaimana dinyatakan berbagai penyanggah Alkitab belakangan ini? Alan Millard, pakar Bahasa Ibrani dan Bahasa Semit Kuno di Universitas Liverpool, Inggris, walaupun tidak secara khusus berpendapat tentang penulisan Kitab Keluaran seperti yang dilakukan ilmuwan konservatif sebelumnya. (dalam Biblical Archaeology Review edisi Juli/Agustus 2000), ia antara lain mengatakan. "Saya hanya membahas bukti naskah yang masih ada. Seperti yang saya tunjukkan dalam artikel saya, tidak adanya kosa kata dan pengaruh tata bahasa Aram, Persia atau Yunani dalam Kitab Keluaran menjelaskan bahwa naskah tersebut ditulis sebelum zaman pembuangan ke Babel (enam abad Sebelum Masehi). Lebih lanjut. rincian sejarah dalam Kitab Keluaran menunjukkan bahwa catatan itu merekam dengan tepat informasi tentang zaman yang digambarkannya: Zaman Perunggu Akhir, atau sekitar seribu tahun lebih awal dari naskah Kitab Keluaran tertua yang masih ada (dari pertengahan abad ketiga Sebelum Masehi)."
Saya memang bukan seorang arkeolog, tetapi saya tidak mau menantang konsensus yang dihasilkan melalui penyelidikan sekian lama oleh sarjana Alkitab dan arkeolog. Tanpa kecuali, para ilmuwan menegaskan bukti-bukti arkeologis dan filologis (ilmu bahasa) bahwa catatan sejarah Alkitab itu akurat. Dalam ilmu pengetahuan masa kini, penemuan tersebut memberikan bukti yang berlimpah mengenai keakuratan catatan Alkitab. Bahkan dalam debat dengan orang-orang minimalis, masalahnya tampaknya lebih berfokus pada apa yang dapat mendorong penggalian tambahan, bukannya pada keakuratan faktual dari penemuan yang telah ada.
Penemuan arkeologis terus mencengangkan orang-orang skeptis yang, meskipun hanya memiliki sedikit pengetahuan sejarah umum ataupun pengetahuan tentang catatan Alkitab, dengan tanpa alasan menyatakan bahwa Alkitab itu penuh dengan kesalahan. Para ilmuwan yang terdidik justru bersaksi tentang banyaknya bukti yang menunjukkan keakuratan catatan Alkitab. Dan bila dipertimbangkan bahwa Alkitab ditulis oleh lebih dari lima puluh penulis, dan kebanyakan dari mereka sama sekali tidak terlatih dalam ilmu sejarah, sanggahan orang-orang skeptis itu jadi tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Penilaian yang adil menuntut penjelasan yang masuk akal tentang keakuratan catatan sejarah umat manusia dalam Alkitab. Bila orang menyangkal Alkitab sebagai Finnan Allah, bagaimana mungkin catatan sejarahnya begitu akurat? Tidak seorang pun berani untuk mengusulkan teori khayalan bahwa seorang ilmuwan atau sekelompok ilmuwan yang tidak dikenal telah mengedit catatan Alkitab dan menghilangkan semua kesalahannya. Sejarah tidak mencatat adanya staf editor semacam itu. Tidak ada pula aliran filsafat yang berani mengemukakan teori menggelikan bahwa beragam penulis Alkitab itu, yang menulis dalam rentang waktu yang panjang, memiliki kemampuan tertentu – kemampuan yang tidak dimiliki manusia lain – sehingga mereka dapat tidak melakukan kesalahan sama sekali. Para penulis Alkitab bukanlah manusia super.
Penilaian yang adil atau akal sehat dapat menerima penjelasan bahwa ilham Allah melindungi penulis Alkitab dari kesalahan karena Alkitab memang sebagaimana yang dinyatakannya: Firman Allah.
Alternatif apa lagi yang tersedia? Keakuratan sejarah yang unik ini memberikan kesahihan yang unik pada Alkitab.
Pengetahuan tentang peneguhan para ilmuwan berkenaan dengan keakuratan sejarah Alkitab mendorong Dr. W.A. Criswell pada tahun 1969 untuk menegaskan di muka umum secara be-rani dan tanpa takut akan perlawanan, "Tidak ada seserpih pun bukti arkeologis yang telah ditemukan yang berlawanan dengan Firman Allah."
Dan tetap tidak ada kontradiksi! Pada kenyataannya, dalam artikel utama US. News & World Report (25 Oktober 1999) yang berjudul "Apakah Alkitab itu Benar?" Jeffery L. Sheler, penulis Is the Bible True, menyatakan, "Sebelum penemuan prasasti `Rumah Daud' di Dan tahun 1993, kalangan akademisi cenderung menganggap cerita Daud sebagai propaganda para imam setelah pembuangan ke Babel untuk mengangkat kembali martabat Israel. Tetapi, sebagaimana diakui oleh ahli arkeologi minimalis Universitas Tel Aviv, Israel Finkelstein, `nihilisme terhadap Alkitab runtuh dalam satu malam dengan ditemukannya prasasti Daud.'"
Setiap pembaca yang jujur seharusnya bersedia mengajukan pertanyaan penting ini kepada dirinya sendiri: Bila sekian banyak ilmuwan dan ahli arkeologi terkenal selama lebih dari dua abad meneguhkan keakuratan sejarah catatan Alkitab, bagaimana saya secara egois dapat menyatakan bahwa para ahli tersebut tidak benar dan bahwa saya mendapati Alkitab itu penuh dengan kesalahan dan kekeliruan?
Disadur oleh Duladi
Diambil dari buku "The Bibel: Fact or Fiction" oleh Dr. Robert G. Witty
Dikutip dari: http://www.sarapanpagi.org/keakuratan-sejarah-alkitab-vt2432.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar