Sabtu, 19 November 2011

Naskah Gulungan Laut Mati

Naskah Laut Mati terdiri dari lebih kurang 900 dokumen, termasuk teks-teks dari Kitab Suci Ibrani, yang ditemukan antara tahun 1947 dan 1956 dalam 11 gua di Wadi Qumran dan sekitarnya (dekat reruntuhan pemukiman kuno Khirbet Qumran, di sebelah barat daya pantai Laut Mati). Teks-teks ini mempunyai makna keagamaan dan sejarah yang penting, karena mereka praktis merupakan satu-satunya dokumen-dokumen Alkitab yang berasal dari masa sebelum tahun 100 Masehi.

WAKTU PENULISAN DAN ISINYA

Menurut perhitungan tanggal karbon dan analisis teks, dokumen-dokumen ini ditulis pada berbagai masa sejak pertengahan abad ke-2 SM hingga abad pertama M. Sekurang-kurangnya satu dokumen, berdasarkan perhitungan tanggal karbon berasal dari tahun 21 SM–61 M. Papirus Nash dari Mesir, yang mengandung salinan Dasa Titah, adalah satu-satunya dokumen berbahasa Ibrani lainnya yang sangat kuno. Bahan-bahan tertulis serupa lainnya telah ditemukan dari situs-situs di dekatnya, termasuk benteng Masada. Sebagian dari naskah ini ditulis di atas papirus, namun cukup banyak pula yang ditulis di kulit binatang yang berwarna kecoklatan, yang tampaknya gevil.

Potongan-potongan ini terdiri dari sekurang-kurangnya 800 teks yang mewakili pandangan-pandangan yang berbeda-beda, dari keyakinan orang-orang Esene hingga sekte-sekte yang lain. Sekitar 30%nya adalah potongan-potongan dari Kitab Suci Ibrani, dari semua kitab kecuali Kitab Ester. Sekitar 25% merupakan teks-teks keagamaan israel tradisional yang tidak ada di dalam Kitab Suci Ibrani yang kanonik, seperti misalnya Kitab Henokh, Kitab Yobel, dan Perjanjian Lewi. Sekitar 30% lagi mengandung tafsiran-tafsiran Alkitab dan teks-teks lainnya seperti misalnya "Manual Disiplin" (1QS, yang dikenal pula sebagai "Naskah Disiplin" atau "Aturan Komunitas") dan Aturan Peperangan (1QM, juga dikenal sebagai "Naskah Peperangan") yang terkait dengan kepercayaan, peraturan, dan tuntutan keanggotaan dari sebuah sekte kecil Yahudi, yang dipercaya banyak peneliti hidup di wilayah Qumran. Sisanya (sekitar 15%) dari potongan-potongan ini belum dapat diidentifikasikan. Kebanyakan dari mereka ditulis dalam bahasa Ibrani, namun sebagian juga ditulis dalam bahasa Aram dan beberapa dalam bahasa Yunani.

Teks-teks penting mencakup Gulungan Yesaya (yang ditemukan pada 1947), sebuah tafsiran Habakuk (1947); Peraturan Komunitas (1QS), yang memberikan banyak informasi mengenai struktur dan teologi sekte ini; dan versi yang paling awal dari Dokumen Damsyik. Apa yang disebut Gulungan Tembaga (1952), yang mendaftarkan tempat-tempat penyimpanan emas, naskah, dan senjata yang tersembunyi barangkali adalah yang paling terkenal.

Sabtu, 05 November 2011

Rangkuman Surat Kedua Tesalonika

Surat Paulus yang Kedua kepada Jemaat di Tesalonika adalah salah satu dari keenam surat dalam Perjanjian Baru selain Efesus, Kolose, 1 dan 2 Timotius, dan Titus yang dikelompokkan sebagai surat-surat deutro Paulus. Disebut demikian karena diduga bahwa penulis surat ini bukanlah Paulus melainkan murid Paulus atau paling tidak orang yang menganut teologi Paulus. Surat ini disebut sebagai salah satu tulisan pseudopigraf yang dengan sengaja menggunakan nama Paulus sebagai penulisnya.


Latar Belakang

Penulis

Pada awalnya, Paulus diyakini sebagai penulis asli surat ini. Dalam 2 Tesalonika 1:1 jelas dikatakan bahwa surat ini berasal dari Paulus beserta dua orang rekan sekerjanya yakni, Silwanus dan Timotius. Akan tetapi, keyakinan bahwa Paulus yang menuliskan surat ini mulai diragukan oleh para pakar Perjanjian Baru dengan beberapa alasan.

Tujuan

Tujuan Paulus mirip dengan tujuan penulisan surat yang pertama:

  1. menghibur orang percaya baru yang dianiaya;
  2. menasihatkan mereka untuk hidup berdisiplin dan bekerja untuk mencari nafkah; dan
  3. memperbaiki beberapa kepercayaan yang keliru tentang peristiwa akhir zaman yang berkaitan dengan "hari Tuhan" (2Tes 2:2).

Selasa, 01 November 2011

Sulitnya Menggapai Kesucian di Masa Kini

Hari ini gereja memperingati Hari Raya Semua Orang Kudus. Asal mula yang tepat dari perayaan ini tidak diketahui dengan pasti, walau, sesudah disahkannya kekristenan pada tahun 313 M, suatu peringatan umum demi menghormati para kudus, khususnya para martir, muncul di berbagai wilayah di segenap penjuru Gereja. Sebagai contoh di Timur, kota Edessa merayakan pesta ini pada tanggal 13 Mei; Siria merayakannya pada hari Jumat sesudah Paskah; kota Antiokhia merayakannya pada hari Minggu pertama sesudah Pentakosta. Baik St Efrem (wafat 373) dan St Yohanes Krisostomus (wafat 407) menegaskan akan adanya perayaan ini dalam khotbah mereka. Di Barat, suatu peringatan demi menghormati semua orang kudus juga dirayakan pada hari Minggu pertama sesudah Pentakosta. Alasan utama menetapkan suatu pesta umum ini adalah karena kerinduan untuk menghormati sejumlah besar martir, teristimewa yang wafat dalam masa penganiayaan oleh Kaisar Diocletion (284-305), yaitu masa penganiayaan yang paling luas, keji dan bengis. Singkatnya, tidak akan ada cukup hari dalam satu tahun apabila masing-masing martir dirayakan tersendiri, lagipula kebanyakan dari para martir ini wafat dalam kelompok. Sebab itu, suatu pesta umum bagi semua orang kudus, dianggap paling tepat.

Penetapan tanggal 1 November sebagai Hari Raya Semua Orang Kudus berkembang seturut berjalannya waktu. Paus Gregorius III (731-741) mempersembahkan suatu oratorium di Basilika St Petrus yang asli demi menghormati semua orang kudus pada tanggal 1 November (setidaknya demikian menurut beberapa catatan), maka kemudian tanggal ini menjadi tanggal resmi untuk merayakan Hari Raya Semua Orang Kudus di Roma. St. Beda (wafat 735) mencatat HR Semua Orang Kudus dirayakan pada tanggal 1 November di Inggris, dan perayaan serupa juga ada di Salzburg, Austria. Ado dari Vienne (wafat 875) menceritakan bagaimana Paus Gregorius IV meminta Raja Louis yang Saleh (778-840) untuk memaklumkan tanggal 1 November sebagai HR Semua Orang Kudus di seluruh wilayah Kekaisaran Romawi yang Kudus. Buku Doa Misa dari abad ke-9 dan ke-10 juga menempatkan HR Semua Orang Kudus dalam penanggalan liturgi pada tanggal 1 November.

Menurut seorang sejarahwan Gereja perdana, John Beleth (wafat 1165), Paus Gregorius IV (827-844) secara resmi memaklumkan tanggal 1 November sebagai HR Semua Orang Kudus, memindahkannya dari tanggal 13 Mei. Tetapi, Sicard dari Cremona (wafat 1215) mencatat bahwa Paus Gregorius VII (1073-85) akhirnya menghapus tanggal 13 Mei dan mengamanatkan 1 November sebagai tanggal perayaan HR Semua Orang Kudus.

Di masa lalu kekudusan identik dengan kemartiran. Bilamana karena imannya seorang kristen pengikut Yesus menderita bahkan menumpahkan darah, maka ia disebut martir. Hal ini terjadi terutama di masa awal Gereja berdiri. Tidak terhitung jumlah kaum beriman yang dibunuh untuk menghadang laju perkembangan iman kristiani. Namun kenyataannya: dimana darah martir tertumpah, di situ justru panggilan iman melimpah. Kejahatan manusia tidak mampu menghambat karya Roh Kudus. Di masa kini karya kemartiran nampak dalam perjuangan umat manusia menegakkan kebenaran, keadilan dan kejujuran yang bersumber dari hati nurani yang bersih. Masalahnya adalah kini hal itu sudah menjadi barang langka. Dimana budaya manusia justru menampakkan kebrobrokan moral, upaya menegakkan kebenaran justru dipandang sebagai penghambat kemajuan. Padahal hasil apapun yang dicapai dari ketidakjujuran adalah awal dari kehancuran. Pelajaran berharga bagaimana sulitnya menjadi orang kudus di masa kini nampak dalam perjuangan manusia kecil berikut :

Si Jujur yang Malah Hancur

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...