Tampilkan postingan dengan label Teknik Berkatekese. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Teknik Berkatekese. Tampilkan semua postingan

Minggu, 18 Maret 2012

Contoh Renungan Tuguran Kamis Putih Malam



Setelah Perayaan Hari Kamis Putih Malam, setelah altar dilucuti, Gereja mengadakan ibadat tuguran untuk berjaga-jaga selama kurang lebih 1 jam sambil berdoa bersama Yesus. Dalam ibadat tuguran banyak terjadi suasana hening untuk melakukan renungan dan refleksi. Berikut adalah contoh renungan yang pernah saya bawakan dalam Ibadat Tuguran Kamis Putih malam. Renungan berikut baik bila dibawakan dengan perlahan (tidak terburu-buru) namun tegas, sambil diiringi musik instrumental reflektif. Renungan ini dapat Anda modifikasi sendiri, terutama di bagian pertanyaan-pertanyaan reflektif, dengan memperhatikan : Tema APP Keuskupan ybs atau situasi dan kondisi umat setempat. Semoga bermanfaat.



“BETAPA LEBAR DAN PANJANGNYA, BETAPA TINGGI DAN DALAMNYA KASIH KRISTUS" (Ef 3:18b)

Bapak Ibu dan Saudara-saudari yang terkasih, malam ini kita bersama-sama dengan Yesus, berjaga bersamaNya, menemaniNya dalam kesendirian dan kegelisahannya, kita mempersatukan hati dengan hatiNya yang kini diliputi ketakutan dan dukacita yang mendalam. Lihatlah Ia yang sendirian, gentar dan ketakutan dalam doaNya.

"Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."

Kita mau malam ini bersama-sama berjaga bersama Yesus, menemaniNya yang sedang mengambil keputusan tersulit dalam tugas dan perutusanNya ke dunia, yaitu untuk menyelamatkan kita dengan menderita dan wafat di kayu salib. Itu sebabNya Yesus sangat ketakutan, peluhNya menjadi seperti tetes-tetes darah. Ia sangat sedih dan gentar. Tetapi dalam ketakutan dan kegelisahanNya, Yesus telah mengambil keputusan yang luar biasa: “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"


Yesus telah menunjukkan tanggung jawab yang luar biasa akan tugas dan perutusan yang diembanNya dari Bapa. Ia menyerahkan seluruh kekuatan, kehendak, dan bahkan hidupnya sendiri Ia serahkan untuk menyelesaikan tugas dan tanggungjawab yang telah diterimaNya dari Bapa. Saat-saat terakhir hidupNya saat tergantung di kayu salib Ia berkata: “Sudah selesai’. Ia telah menyelesaikan dengan sempurna tugas perutusanNya di dunia, dan terlaksanalah karya penyelamatan Allah lewat penderitaan dan kematian Yesus itu. Kita diselamatkan karena Yesus telah mati untuk kita. Sungguh “Betapa lebar dan panjangnya, betapa tinggi dan dalamnya kasih Kristus”. tak terukur kasihNya… Tak terhingga kebaikanNya… Telah dibuktikanNya kesetiaan dan kasihNya… Yesus telah menyerahkan segala-galanya demi cinta kasihNya kepada kita. Ia ingin kita selamat, Yesus menghendaki kita menerima hidup yang baru sebagai putera-puteri Allah, serupa dengan Ia yang telah setia sampai menyerahkan semuanya demi kehendak BapaNya.

Minggu, 16 Oktober 2011

Katekis sebagai Ujung Tombak Pelaksanaan Tugas Magisterium Gereja

Relevansi Kanon 747 dan 773 KHK 1983


1. Panggilan hidup sebagai Katekis

Siapakah katekis itu? Katekis adalah semua umat beriman kristiani, baik klerus maupun awam yang dipanggil dan diutus oleh Allah menjadi seorang pewarta Sabda Allah. Dengan kata lain profesi kehidupan seorang katekis adalah mengajar, mewartakan Sabda Allah.
Kita harus menyadari bahwa pewartaan Sabda Allah adalah bagian penting dari tugas pokok Gereja. Pewartaan Sabda Allah adalah juga tugas pokok dari semua umat beriman sebagai murid-murid Kristus. Hal itu diperintahkan oleh Kristus kepada murid-muridNya: “Pergilah jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu” (Mat. 28,19). Lebih jelas dan terang lagi dalam Markus 16:15-16: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum”. Dari apa yang telah dijelaskan di atas jelas bahwa seorang katekis tidaklah harus seorang awam, kleruspun adalah katekis.

Pastor paroki adalah katekis utama (katekis dari para katekis) dalam parokinya yang bertugas mengajar agama dan moral kristiani kepada umat yang dipercayakankan kepadanya. Sangat disayangkan, tidak banyak Pastor atau katekis yang bekerja di Paroki tekun dalam pengajaran bagi umat (katekese bagi anak-anak, remaja, mudika, orang tua, pembinaan umat tahap mistagogi sesudah komuni pertama, pembinaan keluarga pasca perkawinan tidak terurus). Katekese seringkali hanya sebatas pendalaman iman pada masa Prapaskah (APP) dan masa Advent (AAP) saja, bukan menjadi kegiatan rutin bulanan.Sudah semestinya Pastor Paroki mendukung dan mengembangkan karya-karya katekese umat karena katekese adalah ujung tombak karya pewartaan Gereja. Tanpa karya katekese tidaklah mungkin Gereja dapat berkembang.

Selasa, 31 Agustus 2010

HAL-HAL PENTING TENTANG KATEKESE

(Melanjutkan penjelasan tentang praksis Katekese, saya posting hal-hal penting yang lain tentang Katekese. Sudah waktunya kita kembali ke katekese sebagai salah satu dari 5 tugas pokok Gereja kita. Semoga bermanfaat.)

Dasar Katekese
Dasar katekese adalah “penugasan Kristus kepada para rasul dan pengganti-pengganti mereka”. Dalam Mat 28 : 19-20, Yesus mengutus para rasul untuk “pergi”, “menjadikan semua bangsa murid-Ku”, “baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”, dan “ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu”.
Dalam tafsir Injil Matius dijelaskan bahwa tugas para rasul mencakup pewartaan awal kepada orang yang belum mengenal Tuhan, pengajaran kepada para katekumen, dan pengajaran kepada orang yang telah menjadi anggota Gereja agar iman mereka lebih mendalam

Subyek Katekese
Katekese adalah karya Gereja yang mendasar. Gereja dipanggil untuk melanjutkan tugas Yesus, Sang Guru, dan diutus menjadi pengajar iman, dengna dijiwai oleh Roh Kudus. Oleh karena itu subyek katekese adalah Gereja. Iman yang diajarkan oleh Gereja dalam iman yang dihidupi oleh Gereja itu sendiri, yaitu :
• Pemahaman tentang Allah dan rencana penyelamatan-Nya
• Pandangan tentang manusia adalah ciptaan yang paling mulia
• Warta Kerajaan Allah
• Harapan dan Kasih

Obyek Katekese
Tujuan definitif katekese adalah bukan hanya membuat orang saling berkontak, melainkan juga dalam kesatuan dan kemesraan, dengan Yesus Kristus. Segala kegiatan mewartakan Kabar Gembira dimengerti sebagai usaha mempererat kesatuan dengan Yesus Kristus. Mulai dengan pertobatan ‘awal’ seseorang kepada Tuhan yang digerakan oleh Roh Kudus melalui pewartaan Injil yang pertama, katekese berusaha mengukuhkan dan mematangkan kesetiaan pertama ini.

Minggu, 22 Agustus 2010

KATEKESE UMAT

(Baru-baru ini saya berdiskusi dengan sesama pewarta/katekis - Admin blog Kristianitas - tentang pentingnya katekese umat dalam proses katekese, entah di lingkungan/wilayah, kategorial atau dalam pembinaann iman menyambut penerimaan sakramen-sakramen suci. Sebagai kesimpulan dari diskusi tersebut ialah bahwa Katekese Umat sebagai prnsip dasar dalam berkatekese tetaplah aktual dalam pelayanan pewartaan Sabda Allah dalam masyarakat yang semakin kritis dan majemuk. Cara-cara katekese masa "purba" - misalnya Pengajaran yang searah - telah ditinggalkan dan hanya akan mempersempit proses dinamika dalam katekese dan akan menjadikan katekese hanya menjadi riasan/kulit luar tanpa memiliki makna yang mendalam (seperti rumah yang dibangun di atas pasir). Dari sebab itu saya kutipkan lagi prisnsip-prinsip dasar Katekese umat dalam posting kali ini. Semoga bermanfaat)


PKKI I (Pertemuan Kateketik antar-Keuskupan se-Indonesia) yang diadakan pada tahun 1977 di wisma Samadi Syalom, Sindanglaya-Jawa Barat berusaha untuk menentukan Arah Katekese di Indonesia dan menghasilkan gagasan Katekese Umat dilihat sebagai Arah Katekese di Indonesia masa kini.

Dalam PKKI II tahun 1980 di wisma Samadi, Klender – Jakarta kembali ditegaskan gagasan Katekese Umat dari PKKI I agar lebih operasional dan akhirnya ditemukan rumusan katekese umat yang terdiri dari 6 hal pokok, yakni :

1. Katekese Umat (KU) diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman/penghayatan iman antara anggota umat/kelompok. Melalui kesaksian, para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna. Dalam Katekese Umat tekanan terutama diletakkan pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan. Katekese Umat mengandaikan ada perencanaan.

2. Dalam Katekese Umat itu kita bersaksi tentang iman kita akan Yesus Kristus, pengantara Allah yang bersabda kepada kita dan pengantara kita menanggapi Sabda Allah. Yesus Kristus tampil sebagai pola hidup kita dalam Kitab Suci, khususnya dalam Perjanjian Baru, yang mendasari penghayatan iman Gereja di sepanjang tradisinya.

Jumat, 02 Juli 2010

CONTOH PROSES KATEKESE UNTUK BINA IMAN ANAK

TEMA : BERJAGA-JAGA

I. Tujuan
Setelah proses pertemuan, anak bina iman dapat :
1. memahami bahwa Tuhan Yesus akan datang pada akhir jaman
2. memahami tujuan kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya
3. memahami makna berjaga-jaga

II. Pokok-Pokok Iman
1. Kedatangan Tuhan Yesus untuk kedua kalinya terjadi pada akhir jaman
2. Kedatangan Tuhan Yesus untuk menyelamatkan umat manusia
3. Umat manusia semestinya berjaga-jaga untuk menyambut kedatangan Yesus dengan berbuat hal-hal baik.

III. Sumber bahan
Injil Markus 13 : 24 - 37

Rabu, 30 Juni 2010

CONTOH PROSES KATEKESE LINGKUNGAN/WILAYAH DAN EVALUASINYA

Proses Katekese yang saya muat di sini pernah dilaksanakan di Paroki St. Petrus dan Paulus Mangga Besar Jakarta Barat di Wilayah I (St Theresia) pada Hari Kamis Tanggal 7 September 2001 dalam rangka Renungan Bulan KS Nasional. Semoga bermanfaat.


TEMA KATEKESE :
BERSIKAP POSITIP DALAM MENGALAMI KETIDAKADILAN


1. Tujuan

• Membangun kesadaran bahwa keadilan dapat terjadi di mana saja dan bahwa semua orang bertanggung jawab atas terjadinya ketidakadilan.
• Menumbuhkan kesadaran dalam perjuangan keadilan, kasih persaudaraan dan perdamaian
• Membangun sikap positif terhadap pengalaman hidup dalam ketidakadilan
• Mengusahakan pertobatan dengan berbuat hal-hal nyata dalam kehidupan sehari-hari

2. Pemikiran Dasar

Kerenggangan dan ketimpangan yang terjadi di dalam masyarakat, antara lain disebabkan karena adanya perlakuan yang tidak adil yang membedakan antara satu dengan yang lain berdasarkan hal-hal tertentu dan adanya sikap perilaku yang negatif dan kurang bersahabat dengan orang lain di luar kelompoknya dalam pergaulan hidup bersama.

Minggu, 20 Juni 2010

SEBUAH PROSES KATEKESE UNTUK ANAK TUNANETRA

Katekese Bagi Tunanetra
TEMA : "KASIH DAN KERENDAHAN HATI"

I. Pemikiran Dasar
Setiap manusia dipanggil untuk mencintai dan berbuat kasih. Panggilan itu senantiasa menggema dalam hatinya yang terdalam. Tetapi seringkali terjadi, panggilan itu tidak terdengar atau tidak didengarkan oleh manusia sendiri. Pengabaian panggilan suara hati ini dapat terjadi karena adaya upaya pelampiasan manusia yang mau melarikan diri dari permasalahan yang menekan dirinya. Bila seseorang menghadapi permasalahan yang berat, ada 3 kemungkinan yang dapat dilakukannya yang semuanya tergantung dari pengalaman psikologisnya selama ini :
1. Menghadapi dan berusaha menyelesaikan, bagaimanapun cara dan apapun hasilnya
2. Tidak mengindahkannya dan bersikap tidak peduli (tidak mau tahu / cuek)
3. Melarikan diri dari masalah dan mencari pelampiasan

Hal terbaik yang dapat dilakukan memang adalah berusaha menghadapi dan menyelesaikan oermasalahan, bagaimanapun dan apapun hasilnya. Tapi memang hal demikian ini tidaklah mudah, apalagi jika permasalahan yang dihadapi adalah permasalah yang sangat berat. Beratnya masalah dapat bertambah jika ada konsep diri yang salah, yaitu konsep pemikiran yang memandang diri terlalu lemah, sehingga tidak mungkin dapat menghadapi permasalahan-permasalahan yang ada, atau suatu konsep diri yang tidak memandang talenta-talenta yang dimiliki, sehingga membuat seseorang berpikiran negatif terhadap dirinya sendiri: merasa diri tidak berguna dan tidak dapat melakukan segala sesuatu. Konsep diri yang demikian memang tidak dapat dilepaskan dari sikap dan perlakuan lingkungan (terutama keluarga) yang dialami orang tersebut. Sedangkan Konsep diri yang positif membuat seseorang mampu berpandangan yang positif pula.

Konsep diri yang positif atau negatif ini menentukan sekali sikap dan cara penyelesaian suatu permasalahan yang dihadapi seseorang. Berkaitan dengan kecacatan, konsep diri yang salah (negatif) membuat seorang penyandang cacat merasa dirinya semakin terpuruk oleh penderitaan dan permasalahan kecacatannya. Dalam hal inilah kemudian serng kali terjadi upaya melarikan diri dari masalah dengan mencari pelampiasan-pelampiasan yang berakibat negatif dan menjebak penyandang cacat sendiri dalam permasalahan lainnya.

Dalam Kitab Kejadian, Kisah Yusuf menceritakan perjuangan seseorang yang terpuruk dan terbuang oleh keluarganya, tetapi kemudian dia bangkit dari keterpurukan itu dengan terus berjuang dan tidak pernah berhenti memperbaiki keadaan. Konsep diri dan kematangan Yusup membuat dia dengan berani dan tulus mengampuni para saudara-saudaranya yang dahulu membuatnya mengalami penderitaan panjang.
Bertolak dari situ, peserta katekese, yang adalah para tunanetra, diharapkan dapat membangun sikap yang positif tentang keadaan dirinya. dengan demikian mereka dapat mengembangkan dirinya dengan berbekal talenta-talenta yang melekat pada diri mereka. Selain itu, diharapkan para tunanetra dapat membangun relasi yang positif dengan orang-orang di sekitarnya.

Rabu, 12 Mei 2010

KATEKESE DAN TANTANGAN MULTITASK (V)

3. Metode bahasa gambar

Media gambar mempunyai daya pikat tersendiri ketika dijadikan sarana katekese. Sebab, melalui gambar, baik dalam bentuk poster, cergam, karikatur, ataupun lukisan, ada sentuhan yang dapat mengajak peserta semakin memperdalam maksud gambar yang disajikan, baik maksud untuk memperkuat isi-memberi peneguhan, merefleksikan, ataupun sampai memperbandingkan.

Misalnya, gambar karikatur, kata karikatur berasal dari bahasa Latin dan Italia caricare yang berarti “memuat beban atau bobot (makna)”. Kata tersebut memberi makna lebih kepada kata caricatura, yang berarti gambar yang membawa parodi mengenai kehidupan, sehingga gambar itu dapat ditertawakan. Gambar karikatur jika diperdalam dapat bersifat mengguggah, lucu, menyindir dan cerdas (lateral thingking). Sifatnya yang menyindir dan cerdas itu dapat digunakan sebagai media katekese.

KATEKESE DAN TANTANGAN MULTITASK (IV)

2. Metode bahasa foto

Foto merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk penyadaran (konsientisasi). Melalui foto, ada kisah dan peristiwa yang terajut utuh bagi setiap pikiran dan setiap keprihatinan. Foto menghadirkan kembali kenangan akan peristiwa, yang tentu saja mempunyai nilai jika didiskusikan dan direfleksikan. Upaya yang bersifat teknis dan pemilihan obyek, dengan kuatnya telah dirajut oleh kesadaran seorang fotografer untuk membidik sebuah peristiwa agar hadir di ruang-ruang setiap orang yang melihatnya .

Foto mempunyai bahasa yang luas dan kuat untuk menyentuh perasaan, misalnya bagaimana menghadirkan sebuah pemaknaa akan kesadaran ekologis melalui foto. Hal itu seperti apa yang telah terjadi di tahun 1970-an, seorang fotografer W. Eugene Smith mampu menunjukan kepada publik mengenai upaya perjuangan lingkungan hidup melalui foto kasus pencemaran lingkungan, yang dikenal dengan Minamata. Melalui karya itu, dipaparkan betapa ruang foto, mampu menjadi medan dialog reflektif bagaimana realisasi gamblang dari rusaknya hubungan antara manusia dan kemajuan yang diinginkannya9). Foto mampu berdampak provokatif mengurai batas-batas kesadaran kritis.

Senin, 10 Mei 2010

KATEKESE DAN TANTANGAN MULTITASK (III)

C. Membangun Isi dan Suasana Katekese yang menarik dan menyentuh melalui bahasa media komunikasi.

Media komunikasi populer dan performance art dapat digunakan dalam proses katekese, misalnya dengan beberapa pendekatan metodologi sebagai berikut:

1. Metode apresiasi film

Metode ini mempergunakan sarana film sebagai obyek-media yang dapat menjadi bahan analisa, diskusi dan refleksi. Namun juga dapat dipergunakan sebagai pengantar atau peneguh kesimpulan, maupun sebagai ilustrasi di dalam proses katekese. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah:
Pertama, setiap film, mempunyai nilai-nilai yang perlu diperhatikan, agar apresiasi menjadi lebih mempunyai nilai yang reflektif, nilai-nilainya yaitu:

a. Pernyataan moral. Pernyataan moral biasanya muncul melalui dialog-dialog tokoh atau visualisasi kisah, baik secara langsung maupun yang bersifat hanya tersurat. Peryantaan moral ini biasanya terlihat dari alur plot film, misalnya dari orang yang jahat yang berubah menjadi orang baik (pertobatan), orang yang mengurbankan dirinya untuk menolong sahabat-sahabatnya (pengurbanan).

b. Cermin atau potret kehidupan manusia. Dalam film termuat kisah kehidupan manusia, kisah yang dituturkan kembali sebagai cermin kehidupan. Untuk itu tutur kisah dalam film dapat dijadikan sebagai media batin betapa kehidupan memuat makna yang kaya. Biasanya, film-film yang memuat potret kehidupan manusia adalah film yang berjenis biografi seseorang, atau film yang diangkat dari kisah nyata. Kisah film yang disajikan dalam hal ini dapat menjadi sebuah pernyataan tentang kehidupan, pernyataan tentang kebenaran kehidupan manusia, bagaimana manusia mencari dan menjalani kehidupannya. Misalnya, bagaimana ketegaran hati seorang ibu, perjuangan di kamp pengungsian, dan lain sebagainya.

Kamis, 06 Mei 2010

KATEKESE DAN TANTANGAN MULTITASK (II)

B. Membangun Isi dan Suasana Katekese yang menarik dan menyentuh.

Dalam proses katekese, ada dua unsur penting yang harus diperhatikan, yaitu isi dan suasana. Isi memuat proses edukatif dan konsientisasi menyangkut visi dan pengetahuan iman, nilai dan pesan moral bagi peserta katekese. Isi katekese tidak dapat dilepaskan dari pengaruh suasana, baik faktor perkembangan psikologis peserta katekese itu sendiri dan aspek-aspek eksternalnya, yaitu lingkungan, sarana, pendekatan dan metodenya. Maka diperlukan suasana akomodatif yang mampu menghantar isi kepada peserta katekese. Suasana tanpa isi akan membuat proses katekese hanya sekedar ruang hiburan, tetapi isi tanpa suasana akan membuat proses katekese bagaikan ruang ceramah yang membosankan dan sama sekali tidak edukatif bagi segi afektifitas peserta katekese. Untuk itu segi isi dan suasana menjadi bagian yang tak terpisahkan. Isi haruslah berjalan dengan suasana, begitupun suasana haruslah memuat isi yang membangun iman peserta katekese.


Untuk membangun isi dan suasana katekese yang lebih menyapa orang dewasa ini, pertama, proses katekese harus mempertimbangkan segi himbauan pesan yang bersifat himbauan emosional melalui berbagai media yang tepat dan mampu menyentuh cita rasa. Kedua, proses katekese harus menjadi proses komunikatif, dimana berbagai metode pendekatan komunikasi digunakan. Katekese tidak hanya bersifat intruksional saja, tetapi juga mempergunakan prinsip symbolic way,3) dimana pengertian-pengertian didapat dari proses yang bersifat simbolis, baik dari gambar, film, cerita, dan lain sebagainnya.

Senin, 03 Mei 2010

KATEKESE DAN TANTANGAN MULTITASK (I)

Sebuah catatan singkat penggunaan media komunikasi populer untuk kepentingan proses katekese


(Saya ambil tulisan dari Purwono Nugroho Adhi, Komisi Kateketik Keuskupan Agung Semarang, tentang Tantangan katekese di jaman ini, denga beberapa catatan saya pribadi, untuk memperkaya para katekis dalam mempersiapkan diri dalam melaksanakan tugas panggilan dan pewartaannya. Semoga bermanfaat)



A. Melihat Kembali Ciri Khas dan perkembangan Katekese dewasa ini

Pertama, katekese merupakan salah satu metode dan bentuk pemberitaan Injil yang khas. Kekhasan tersebut terletak bahwa katekese menjadi karya ampuh yang memuat segi pemahaman dan pengetahuan iman. Kekhasan tersebut tampak melalui rumusan, bentuk dan metode katekese, serta isi pemahaman dan pengetahuan iman itu sendiri dalam upaya membentuk pola-pola hidup kristen yang sejati. Katekese mempunyai tujuan sebagai tahap pengajaran dan pendewasaan. Tujuan ini memungkinkan seseorang dimekarkan menuju kepenuhan Kristen. Melalui taraf pengetahuan ini seseorang diajak sampai kepada penghayatan dan pengertian tentang misteri Kristus yang sejati.
Kedua, Dalam proses katekese dibutuhkan jembatan antara tradisi iman dengan visi atau nilai kristianitas dalam situasi yang baru saat ini. Hal itu membutuhkan hubungan yang bersifat timbal balik dan selaras antara apa yang menjadi visi dengan kenyataan faktual yang dihadapi.

Dalam hubungan tersebut, pengalaman-pengalaman faktual berhadapan dengan berbagai nilai, makna dan pengalaman manusiawi itu menjadi muara bagaimana Gereja harus berbuat mengupayakan perjuangan visi Injil sebagai sebuah warta sejati mengenai Kerajaan Allah di kancah hidup masyarakat saat ini. Warta tersebut diharapkan mampu menjadi bentuk penyadaran atau konsientisasi yang berdampak spiritual baik secara perorangan maupun bersama.

Maka, agar warta Injil sungguh menyentuh dan berdampak pada segi spiritual orang-orang di zaman sekarang, katekese harus senantiasa mampu membuat jembatan antara nilai kristianitas dan pengalaman hidup itu. Untuk itu, ketika orang-orang zaman sekarang telah dipengaruhi dengan gaya hidup dan berbagai perkembangan tehnologi modern, katekese hendaknya juga memanfaatkan sarana-sarana dan metode-metode modern itu, agar secara efektif mampu menyapa hidup orang di zaman sekarang.
Dalam berkatekese selama ini, metode apakah yang sering Anda pergunakan? Pernahkah Anda mengevaluasi proses katekese Anda sendiri agar lebih menyentuh dan mengena di hati umat?

Bersambung

(dari www.imankatolik.or.id)

Minggu, 02 Mei 2010

DASAR-DASAR KATEKESE III

KATEKESE UMAT

Pemahaman katekese umat adalah sebagai komunikasi iman umat, katekese dari umat dan untuk umat, katekese yang menjemaat, yang berdsarkan pada situasi konkret setempat, dan berpola pada Yesus Kristus.
Dimana batasan Kateksese, yaitu usaha saling menolong terus menerus dari setiap orang untuk mengartikan dan mendalami hidup pribadi meupun bersama menurut pola Yesus Kristus menuju kepada hidup kristianilah yang penuh.
Rumusan Katekese umat hasil rangkuman dari segala sumbangan pikiran dan kelompok-kelompok Regio Gerejawi terdiri dari 6 poin


• Katekese umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan ima)( antar anggota jemaat/kelompok.
• Melalui kesaksian, peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semangkin sempurna. Dalam katekese umat, tekanan terutama dilektakan pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan. Katekese umat mengandaikan ada perencanaan
• Dalam katekese umat, kita bersaksi tentang iman kita akan Yesus Kristus, pengantara Allah yang bersabda kepada kita dan pengantara kita menanggapi sabda Allah. Yesus Kristus tampil sebagai pola hidup kita dalam kitab suci, khususnya dalam Perjanjian baru, yang mendasari penghayatan iman Gereja sepanjang tradisinya.
• Yang berkatekese ialah umat, artinya semua orang beriman yang secara pribadi memilih Kristus secara bebas berkumpul untuk lebih memahami Kristus; Kristus menjadi pola hidup pribadi, pun pola hidup kelompok, jadi yang berkatekese adalah seluruh umat yang baik yang berkumpul dalam kelompok-kelompok basis. Penekanan pada seluruh umat ini justru merupakan salah satu unsure yang memberi arah pada katekese sekrang.
• Dalam katekese umat, pimpinan katekese bertindak terutama sebagai pengarah dan fasilitator. Ia adalah pelayan yang menciptakan suasana komunikatif. Ia berupa membangkitkan gairah supaya para peserta berani berbicara secara terbuka
• Katekese umat merupakan komunikasi iman peserta sebagai sesame dalam iman yang sederajat, yang saling bersaksi tentang iman mereka.
Tujuan dari komunikasi iman adalah
• Supaya dalam terang injil, kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari
• Kita bertibat kepada allah dan semakin menyadari kehadiranNYA dalam kenyataan hidup kristiani sehari-hari
• Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan hidup kristiani kita makin dikukuhkan
• Sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat.


Dari www.imankatolik.or.id

DASAR-DASAR KATEKESE II

Tugas konkret katekese

• Menyuburkan dan membangkitkan pertobatan
Pertobatan sebagai momen fundamental dan pemersatu dinamisme iman termasuk bidang katekese sekalipun pertobatan itu pada dirinya adalah sasaran evangelisasi dalam arti sempit. Akan tetapi kenyataan menunjukan-terutama dalam gereja yang telah bertradisi kristiani-bahwa penyerahan diri secara menyeluruh pada awal satu katekese tidak mungkin terjadi. Hal ini sebagian disebabkan oleh kebiasaan pembatisan pada usia kanak-kanak dan sebagian lagi oleh kekurangan pelayanan pastoral. Yang berakibat terhambatnya perkembangan iman secara teratur dan tidak tercapainya pertobatan (bdk CT 19)

• Membimbing umat beriman untuk memahami misteri Kristus.
Katekese yang berfungsi sebagai media pendidikan iman tidak boleh melupakan aspek pengetahuan iman dan juga sikap iman. Tugasnya adalah mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam dan lengkap perihal Misteri Kristus sebagai obyek sentral iman.

DASAR-DASAR KATEKESE I

Kata katekese ditemukan dalam Kitab Suci :
o Luk 1:4 (diajarkan),
o Kis 18:25 (pengajaran dalam jalan Tuhan),
o Kis 21:21 (mengajar),
o Rm 2:18 (diajar);
o 1 Kor 14;19 (mengajar)
o Gal 5:6 (pengajaran) katekese

Katekese ialah pembinaan anak-anak, kaum muda dna orang-orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistemastis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (Cathechesi Tradendae 18)
dalam konteks ini dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman, dan pendidikan iman agar seorang Kristen semakin dewasa dalam iman, tetapi Dewasa ini katekese juga dimengerti sebagai pengajaran sekaligus latihan-latihan bagi para calon baptis, atau kita kenal dengan istilah katekese baptis dan katekese mistagogi
Dengan kata lain katekese adalah usaha-usaha dari pihak Gereja untuk menolong umat agar semakin memahami, menghayati dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pelaksanaannya terdapat unsur pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman, pembinaan pengukuhan serta pendewasaan

Jumat, 30 April 2010

APA YANG PERLU DIPERBAIKI DALAM PROSES KATEKESE?

Saya tergelitik dengan pertanyaan Tim Katolisitas.org (Bpk. Stefanus dan Ibu Inggrid) yang mempertanyakan: APA YANG HARUS DIPERBAIKI DALAM PROSES KATEKESE? Yang mengakibatkan banyak anggota Gereja “menyeberang” atau meninggalkan Gereja. Ada 2 komentar yang menurut saya jawabannya essensial dari Georgius dan Julius Paulo, sebagai berikut:

georgius says:

Syallom…..
Hal ini sudah lama menjadi beban pikiran saya pak stef, apalagi ketika saya mengikuti prosesnya secara langsung ketika saya mau menikah….
Ada beberapa hal yang menjadi ganjalan saya, DAN INI ADALAH MASALAH nya :


1. Umat mengikuti Kursus Perkawinan (selanjutnya akan saya singkat KP) hanya untuk formalitas saja. Ikut dengan ogah-ogahan.
2. Petugas yang memberikan materi tidak mempersiapkan dengan baik, hal ini mungkin karena pekerjaan tersebut merupakan rutinitas atau mungkin mereka juga berpikir seperti pesertanya, hanya untuk formalitas belaka. Parahnya lagi, kadang mereka tidak menguasai dengan baik materinya, jadi ada kesan asal jawab saja. Dan yang makin parah, materi yang harusnya diberikan oleh Pastur, karena Pastur berhalangan, diisi oleh kaum awam yang tidak punya back ground yang sama, jadi “kurang” menguasai materi. Saat ada pertanyaan, jawabannya adalah… nanti saya tanyakan ke Pastur dulu…, trus kapan menjawabnya???? kalau orang jawa bilang, benar2 cilaka dua belas…. hehehehe…
3. Umat yang terpilih menjadi pembantu Pastur(diakon, ketua lingkungan, dewan paroki), umumnya “gila hormat” dan egonya semakin menjadi-jadi, kurang mau menerima saran maupun masukan dari sesama umat apalagi melayani, (mungkin mereka lupa ajaran Tuhan Yesus yang membasuh para kaki murid-muridNya). Mereka tidak peduli dengan KP. Hati ini rasanya kheki dan sedihhh banget….
Apa yang terjadi, kita sedang mengalami stagnasi atau bahkan kemunduran IMAN… (maaf, saya berbicara untuk wilayah Kalimantan, karena saat ini saya tinggal di Kalimantan pak Stef). Sangat mengkuatirkan.
Kalau kita perduli, maka kita harus mulai dari sekarang. Dari mana? ya, betul, DARI proses KATEKESE nya (KP). Karena dari KP ini akan membawa pengaruh kemana-mana… ya ke keluarga, ke lingkungan, ke Gereja, dan ke masyarakat umum.

Selasa, 27 April 2010

5 Langkah Dasar Dalam Pendidikan Iman Kristen

Langkah I : Menyebutkan Perbuatan Kini

Adalah ajakan kepada peserta untuk menyebutkan perbuatan kini dalam hubungannya dengan tema tertentu yang sedang dibahas. Perbuatan kini adalah segala bentuk pengungkapan diri, baik secara badani, emosional, intelektual atau spiritual, baik dalam hubungan pribadi maupun sosial. Dalam langkap pertama digali pengalaman pribadi diri sendiri, dan bukan pengalaman orang lain atau "apa yang dikatakan orang". Untuk membantu hal tersebut dapat digunakan beberapa pertanyaan yang konkret bagi peserta, yang akan membantunya mengungkapkan diri. Pertanyaan yang diajukan kepada peserta jangan sampai membuat peserta merasa terancam, diselidiki, dievaluasi atau ditantang, tetapi berupa ajakan, untuk itu perlu diciptaan suasana saling percaya agar peserta dapat mengungkapkan pengalamannya dengan bebas. Pembentukan kelompok kecil baik untuk dilakukan bila kelompok terlalu besar, tetapi mesti ditekankan bahwa langkah ini bertujuan agar peserta dapat mengungkapkan dirinya secara bebas.


Langkah II : Pengalaman dan Visi Peserta

Langkah kedua ini adalah awal refleksi kritis tentang : "mengapa kita berbuat itu dan apa yang kita harapkan darinya" dalam kaitannya dengan pokok pembicaraan. Langkah ini memungkinkan peserta untuk secara kritis merefleksikan perbuatan kini mereka, alasan-alasannya dan akibat-akibatnya. Langkah kedua ini pertama-tama meninjau dengan tajam ada apa dibalik perbuatan kini untuk menjadi sadar akan sumber atau asal-usulnya, dan dengan memandang ke depan, apa kira-kira akibat-akibat dari perbuatan kini dan apa yang diharapkan dari perbuatan kini tersebut. Seringkali terdapat ketidakcocokan antara akibat-akibat yang mungkin terjadi dan apa yang diharapkan, tetapi dalam hal ini terdapat kemungkinan untuk perubahan, perkembangan dan pertumbuhan.

Langka III : Pengalaman dan Visi Jemaat Kristen.

Langkah ketiga ini bertujuan untuk memampukan peserta menemukan pengalaman dan visi jemaat yang lebih luas yang berasal dari tradisi iman Kristen, dan menghadirkannya dalam konteks pengalaman hidupnya. Dalam langkah ini, pengalaman peserta dipertemukan dengan pengalaman jemaat Kristen tentang pokok yang sedang diperbincangkan dan dengan visi atau jawaban yang diminta dalam terang kerajaan Allah. Langkah ini bersifat kateketis. Biasanya katekis/pembimbing-lah yang menghidangkan pengalaman dan visi jemaat kristen itu kepada peserta, walaupun tidak harus selalu demikian. Dalam hal ini harus diingat oleh katekis/pembimbing, agar jangan sampai memberi kesan bahwa tafsiran pribadinya tentang pengalaman dan visi itu adalah kebenaran sempurna, terakhir dan satu-satunya, hal mana mebuat internalisasi oleh peserta dalam dialog dengan pengalaman mereka sendiri menjadi tidak mungkin, tetapi harus dibuat sedemikian agar peserta sendiri merefleksikan, menginternalisir, melihat alasan dan tujuan tradisi dan menemukan maknanya untuk diri mereka sendiri.

Langkah IV : Pengolahan Pengalaman dan Pengalaman Peserta

Inti langkah keempat ini adalah menyakan apa artinya pengalaman jemaat (meneguhkan, mempertanyakan, menuntut lebih) bagi pengalaman-pengalaman kita, dan bagaimana pengalaman-pengalaman kita menanggapi (mengakui, menerima batasan, mendorong lebih maju) pengalaman jemaat. Keterbatasan pengertian kita akan pengalaman selalu ada, karena kita tidak akan pernah mengerti dengan lengkap makna dan kebenaran pengalaman itu bagi hidup kita. Dan karena dasar pengalaman itu adalah Allah yang penuh misteri, maka pengertian kita akan perbuatan Allah di tengah umatnya (pengalaman kita) tidak pernah merupakan kata terakhir. Kita perlu mengakui keterbatasan pengertian kita dan sementara itu berusaha pula untuk maju.
Ada dua hal yang perlu dikembangkan oleh pendidik dalam lankah keempat ini, yaitu : pengalaman iman agar diterangi oleh tradisi iman Kristen dan agar penerimaan tradisi itu diterangi oleh dan ada dalam konteks pengalaman iman peserta.

Langkah V : Pengolahan Visi dan Visi-visi Peserta

Tujuan langkah kelima ini adalah mengadakan kritik atas visi-visi yang terkandung dalam perbuatan kini dalam cahaya visi kerajaan Allah dan menentukan tindakan masa depan sebagai jawaban atas visi tersebut. Dengan kata lain, langkah kelima ini merupakan kesempatan bagi peserta dan kelompok untuk memilih jawaban iman. Bagi yang belum biasa dengan proses ini, tidak gampang untuk mengambil keputusan praksis untuk tidnakan masa depan. Kita cenderung untuk membuat pernyataan-pernyataan : "Orang harus menyadari bahwa ......" atau Gereja harus ......." yang hanya teori-teori belaka, keputusan untuk orang lain dan bukan untuk diri kita. Yang diharapkan dalam langkah ini adalah orang berkata : "Saya akan membuat ......" atau "Bagiku hal itu berarti ......". Putusan untuk tindakan masa depan di sini dapat berarti kegiatan yang nampak ataupun suatu pengungkapan kesadaran baru, pengertian, perasaan, harapan dan seterusnya, atau dapat juga keputusan untuk mengadakan refleksi lebih lanjut ataupun usaha untuk mencari kejelasan.
Langkah kelima ini sangat penting bila kita ingin agar katekese kita membuahkan praksis Kristen. Iman kristen adalah suatu cara hidup di dunia ini, suatu penghayatan dan bukan teori, maka katekese seyogyanya mengajak orang untuk mengambil keputusan.
Tanda khas bahwa kita seorang pendidik tulen adalah kemampuan untuk membimbing peserta keluar, bukan hanya ke tempat kita, tapi juga ke tempat-tempat baru yang mungkin kita sendiripun belum menempuhnya. Katekis adalah pelajar dan pembimbing, dan dalam hal perjalanan iman, kita semua adalah saudara dan saudari seperjalanan.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...