Sumber Bahasan : Kej 3:1-24
Hermeuneutika :
Kisah Kejadian ini menjelaskan asal-mula datangnya penderitaan, bahkan yang berakhir pada kematian manusia, sebagai sebuah misteri abadi yang selalu akan ditanyakan oleh umat manusia : Kenapa harus ada penderitaan dan kematian ? mengapa hidup manusia berakhir pada kesia-siaan? Kisah kejadian 3 menjelaskan bahwa semuanya berasal dan berawal dari dosa manusia, pemberontakan manusia terhadap kehendak Allah yang menghendaki kebahagiaan manusia. Jadi penyebabnya adalah keinginan dan pilihan manusia sendiri yang lebih memilih untuk bersengsara dan menderita dan menolak kehendak Allah yang ingin membahagiakan manusia.
Kisah Kejadian 3, juga menceritakan tahap-tahap kejatuhan manusia dalam dosa :
- Dosa berawal dari keinginan (yang tidak terkendali) manusia untuk menyamai Allah (lihat uraian ayat 3 di bawah)
- Dosa mendatangkan hukuman pada diri manusia (lihat uraian ayat 16 di bawah). tahap-tahap hukuman manusia akibat dosa dapat direfleksikan sebagai berikut :
- Rasa malu dan rasa bersalah (ayat 7)
- Ketakutan dan hilangnya hubungan mesra antar manusia serta manusia dengan Allah (ayat 8)
- Hilangnya rasa tanggung jawab dan kemudian saling menyalahkan (ayat 12-13)
- Hilangnya kodrat tugas manusia (ayat 16, lihat keterangan di bawah)
- Mendatangkan kesusahan dan penderitaan, manusia terbelenggu dalam dunianya. (ayat 17)
- Awal mula datangnya kematian (ayat 19)
Meskipun demikian Allah tidak membiarkan manusia merana dalam penderitaan karena kedosaannya. Allah telah merencanakan dan menjanjikan akan adanya penyelamatan manusia dari kedosaannya (lihat keterangan ayat 15 di bawah).
Tinjauan Ayat-ayat Khusus
Ayat 1
TUHAN. Kalau dalam terjemahan Indonesia, Tuhan selalu dicetak dengan huruf besar, atau kadang-kadang : Tuhan ALLAH. TUHAN (atau: ALLAH) tersebut menterjemahkan nama diri Allah Israel : YHWH (sering diucapkan : Yahwe, tetapi inipun tidak tepat dan pasti), karena bangsa Israel sendiri tidak pernah mengeja/ mengucapkan nama diri Allah, Yang mahatinggi dan Maha Mulia, bahkan untuk menyebut namanya saja, manusia tidak layak. Dalam hal ini terjemahan Indonesia ini menuruti tradisi gereja-gereja reformasi. Orang Israel sendiri dalam membaca YHWH dalam Alkitab selalu mengucapkan Adonay, ialah Tuhan.
Ular. Ular disini menjadi topeng bagi sebuah makhluk yang bermusuhan dengan Allah dan manusia. Kitab Kebijaksanaan 2:24 dan kemudian Perjanjian baru serta seluruh tradisi Kristen mengartikan ular itu sebagai Iblis (bdk. Why 12:9, Why 20:2, Ayub 1:6)
Ayat 3
Pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Pengetahuan itu merupakan milik khusus Allah. Dengan berbuat dosa, manusia berusaha merebut hak itu bagi dirinya. Yang dimaksudkan dengan pengetahuan itu bukanlah pengetahuan akan segala-galanya yang tidak lagi dimiliki manusia setelah berdosa. Tidak pula dimaksudkan membeda-bedakan baik dan jahat di bidang kesusilaan dan kemanusiaan. Kemampuan itu sudah dimiliki manusia sebelum berdosa dan tidak dapat tidak diberikan kepada makhluk yang berakal. Pengetahuan itu harus diartikan sebagai kemampuan untuk menentukan sendiri (mengangkat dirinya menjadi hakim akan) apa yang baik dan apa yang jahat, lalu berlaku sesuai dengan penentuan itu (juga dalam ayat 22). Jadi pada pokoknya pengetahuan itu berarti bahwa manusia menuntut otonomi di bidang kesusilaan. Dengan demikian manusia ingin meniadakan kedudukannya sebagai makhluk (bdk. Yesaya 5:20) dan merebut kedudukan Allah. Maka dosa manusia pada pokoknya adalah dosa kesombongan, pemberontakan manusia terhadap Penciptanya, yang secara konkrit diungkapkan sebagai pelanggaran suatu perintah Allah, yang dilambangkan dengan makan buah yang terlarang itu.
Engkau akan mati. Ternyata setelah manusia memakan buah terlarang itu, manusia tidak langsung mati, Adam dan Hawa hidup terus. Hukuman mati yang disebutkan tidak lain adalah kematian pada akhir hidup yang malang dan bersengsara. Inilah awal penderitaan dan kematian manusia. Dosa yang dilambangkan dengan makan buah terlarang patut mendapat hukuman mati. Rasul Paulus bahkan dengan tegas menyebutkan : “upah dosa adalah maut”.
Ayat 15
permusuhan. Ayat ini menyatakan adanya permusuhan antara keturunan ular dan keturunan perempuan. Dengan demikian manusia dilawankan dengan Iblis serta keturunannya. Secara samar-samar ayat ini juga berbicara tentang kemenangan terakhir yang akan diperoleh manusia. Ini sinar harapan pertama dari keselamatan mendatang, Pra-Injil. Dalam terjemahan Yunani, anak kalimat: “engkau akan meremukkan tumitnya”, mulai dengan kata ganti diri : “dia”, yang mengenai seorang laki-laki. Menurut terjemahan tersebut, kemenangan terakhir tidak akan diperoleh oleh keturunan perempuan (umat manusia) pada umumnya, melainkan oleh salah seorang keturunannya. Terjemahan itu menjadi dasar tafsiran yang langsung menghubungkan ayat ini dengan Mesias, yaitu Kristus. Mesias tidak dapat dipisahkan dari ibuNya. Ini terungkap dalam terjemahan latin yang berbunyi : Ipsa Conteret (Ia - seorang perempuan - akan meremukkan …), sehingga ayat ini dihubungkan dengan Maria. Tafsiran yang terkandung dalam terjemahan ini menjadi dasar tradisi dalam Katolik.
Ayat 16
Hukuman yang dijatuhkan Allah pada pasangan manusia yang pertama yang bersalah itu mengenai mereka justru dalam tugas utamanya. Perempuan dihukum sebagai ibu dan isteri. laki-laki sebagai pekerja. Ayat ini tidak membicarakan seandainya manusia tidak berdosa, perempuan akan melahirkan akan tanpa sakit beranak dan laki-laki bekerja dengan tidak perlu bercucuran keringat. Maksud ayat ini ialah : bahwa dosa telah mengacaukan tata susunan sebagaimana dikehendaki Allah: perempuan bukan lagi seorang teman bagi laki-laki yang sederajat dengannya (bdk. Kej 2:18-24), tetapi seorang pembujuk laki-laki yang diperbudak oleh pria guna mendapatkan anak; laki-laki bukan lagi juru kebun Allah di Taman Eden, tetapi ia kemudian harus bergumul dengan tanah yang menjadi musuhnya. Tetapi hukuman paling berat ialah hilangnya persahabatan yang terjalin di antara manusia dan dengan Allah. Inilah hukuman yang diwariskan manusia kepada keturunannya. Ajaran mengenai dosa asal baru dapat disimpulkan setelah Paulus menempatkan kesetiakawanan semua manusia dalam diri Kristus Juruselamat, sejalan dengan kesetiakawanan semua orang dalam diri Adam yang berdosa. (bdk: Roma 5)
Bahan refleksi dan sharing :
- Pernahkan saya mengalami sakit, penderitaan, hati dan perasaan terluka, kegagalan atau kepedihan dalam hidup? Apa penyebabnya ?
- Ketika saya melakukan kesalahan, apa yang saya kemudian saya alami? Bagaimana perasaan saya?
- Bagaimana cara memperbaiki kesalahan yang telah saya lakukan ?
- Pernahkah saya mengalami godaan untuk berbuat yang tidak baik ? Bagaimana mengatasinya ?
Pokok-pokok Iman
Pada awal penciptaan Allah memberi semua yang baik, Allah juga memberi perintah / nasehat / batasan dan resiko bagi setiap pilihan (baik atau buruk), tetapi Allah memberi manusia kebebasan untuk memilih. Apakah saya selalu memilih yang baik untuk hidupku ?
Godaan datang dan membuat kita tergiur akan sesuatu yang “kelihatan” nikmat / mudah / instan / enak / menarik / menguntungkan dll. Bila manusia jatuh dalam godaan dan melawan perintah Allah maka ia berbuat dosa. Godaan berasal dari iblis yang mengetahui bahwa manusia menginginkan segala sesuatu, serakah, tidak pernah puas dan selalu merasa kurang. Dengan keserakahannya, manusia menjadi tidak pernah tenang dan akhirnya menderita. Apa yang paling Anda inginkan saat ini ? Cobalah sebutkan dan buatlah hirarki prioritas kebutuhan-keinginan Anda saat ini ?
Godaan akan selalu ada di hadapan kita, untuk itu manusia harus waspada dan berdoa agar hubungan manusia dengan Allah tetap baik, sehingga setan tidak berkuasa atas diri manusia. Apakah aku sudah berdoa memohon kekuatan kepada Tuhan untuk selalu kuat melawan godaan dalam hidup ? Keutamaan-keutamaan apa yang sudah aku miliki?
Bila manusia berbuat dosa maka ia mendatangkan maut atas drinya; bukan berarti setelah berdosa akan langsung mati. Tapi malalui proses hukuman dalam diri manusia (rasa malu, bersalah, ketakutan, menderita). Kematian yang pertama dialami manusia adalah kematian hati/rohani, yaitu ketika manusia tidak lagi merasa bersalah ketika ia berbuat dosa. Apa yang menyebabkan manusia kehilangan hati nuraninya pada masa dewasa ini?
Dosa menghancurkan hubungan baik antar manusia dan manusia dengan Allah, dan sampai akhirnya manusia selalu memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa. Inilah hukuman yang diwariskan manusia pertama Adam dan Hawa serta kepada keturunannya, yang disebut Dosa Asal.
Allah yang Mahabaik kadangkala memakai penderitaan / sakit / kegagalan untuk mendewasakan manusia. Pada saat menderita / sakit / gagal manusia akan bergantung (berdoa, memohon) kepada Tuhan. Dan ketika itu sudah berlalu, maka manusia menjadi lebih dewasa dan kuat dalam menghadapi hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar