SEBUAH KAJIAN
(Materi Katekese Dewasa)
Kebangkitan Yesus dan Hubungannya dengan Keselamatan Manusia
Perjanjian Baru mewartakan tanpa ragu-ragu bahwa Yesus telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati
(Kis 13:30), dan karenanya Ia telah beralih dari kematian kepada kehidupan. Perjanjian Baru juga mencatat bahwa sesudah kebangkitanNya, Yesus berkali-kali menampakkan diri kepada para muridNya. Dalam penampakan-penampakan ini, Injil mencatat, bahwa Ia berusaha meyakinkan para muridNya bahwa Dia benar-benar telah bangkit dari kematian dan kini hidup
(Lukas 24:41-43), siapa yang hadir di tengah-tengah mereka adalah Yesus yang telah mereka kenal dan telah bergaul akrab dengan mereka dahulu. Ia menunjukkan bukti-bukti fisik sampai kemudian para murid percaya bahwa Yesus benar-benar telah hidup
(Yohanes 21:12). Tetapi kehidupan Yesus sesudah kebangkitanNya digambarkan oleh Kitab Suci sangat berbeda dengan hidup Yesus sebelum kematianNya. Ada perbedaan besar antara hidup sebelum dan sesudah kebangkitanNya. Kitab Suci menggambarkan adanya suatu kemampuan luar biasa yang ada pada diri Yesus, yang membuat Ia mampu mengatasi ruang dan waktu
(Yohanes 20:19,26). Hidup yang ada pada Diri Yesus sesudah kebangkitanNya adalah hidup yang baru. Ia pun berusaha menjelaskan makna kematian dan kebangkitanNya
(Lukas 24:25-27, 44-47) seraya memberi perintah pada para muridNya untuk mewartakan Injil
(Matius 27:19-20, Markus 16:15) dan menjadi saksi akan semuanya yang telah terjadi itu
(Lukas 24:48).
Kejadian Yesus yang bangkit dari kematian dan mengalami hidup baru bukanlah kejadian yang berdiri sendiri, yang hanya menyangkut diri Yesus pribadi. Perjanjian Baru percaya bahwa bahwa apa yang dialami oleh Yesus menyangkut diri orang lain juga. Bahkan nuansa inilah yang sangat kental mewarnai pewartaan Injil dalam Perjanjian baru, yaitu bahwa Yesus yang telah mati dan dibangkitkan itu mewakili seluruh umat manusia, dan juga bahwa Ia menjadi yang pertama mengalaminya, untuk kemudian semua yang percaya kepadaNya akan mengalami hal serupa
(Roma 8:29). Yesus yang telah mati karena dosa-dosa kita
(1 Kor 10:4) dan kemudian dibangkitkan menjadi gambaran masa depan umat beriman. Jika Yesus tidak bangkit maka hidup manusia akan terus berakhir pada kematian. Kematian adalah nasib setiap manusia karena dosa Adam
(Roma 6:23). Yesus yang bangkit digambarkan oleh Paulus sebagai Adam yang baru, yang membawa kehidupan dan keselamatan
(Roma 5:17). Jadi di dalam Yesus yang dibangkitkan, maut telah dikalahkan dan manusia memperoleh harapan akan kehidupan dan keselamatan. Keselamatan yang digambarkan dalam Perjanjian Baru adalah kehidupan baru
(1 Kor 5:17, Roma 6:4-5). Kehidupan baru yang dilukiskan dalam Kitab Suci jauh lebih mulia, melebihi eksistensi kehidupan lama (sebelum kebangkitan) dalam diri manusia Yesus. Dengan kebangkitan, kehidupan benar-benar diperbarui.
Hidup baru yang digambarkan dalam Perjanjian Baru berarti juga bahwa kehidupan yang lama telah ditinggalkan. Kehidupan lama digambarkan oleh Paulus sebagai kehidupan menurut daging yang penuh dosa
(Gal 5:16-26, Ef 5:1-21), yaitu masih adanya keterikatan pada perbuatan-perbuatan dan kebiasaan-kebiasaan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah dan menodai martabat manusia. Kebangkitan Yesus dapat juga dipandang sebagai penciptaan kembali
(Lumen Gentium (LG) 7, 48), artinya pembaharuan hidup manusia seluruhnya. Kebangkitan diartikan sebagai sebuah penyempurnaan penciptaan dan eksistensi yang baru itu sebagai peningkatan eksistensi yang lama. Tindakan penyelamatan Allah lewat pembangkitan bermaksud untuk mengoreksi segi negatif dari ciptaan, yaitu dosa, untuk kemudian menyempurnakan segi yang positif. Jadi ciptaan (manusia) yang telah berada dalam jalan menuju kematian karena dosa, dalam Kristus yang dibangkitkan menemukan kembali jalan menuju kehidupan dan keselamatan.