Minggu, 11 Desember 2011

MENGHAYATI NATAL DALAM 3 MISA NATAL

Saat ini Natal telah banyak terkontaminasi dengan hal-hal sampingan yang sebenarnya jauh dari nilai-nilai Natal yang sebenarnya. Sesungguhnya tidak ada hal yang lebih berharga dalam merayakan kelahiran Sang Juru Selamat kita Yesus Kristus selain dengan menghayatinya dalam rangkaian Perayaan Ekaristi Natal. Dalam liturgi resmi Gereja Katolik rangkaian Perayaan Natal dirayakan dengan tiga kali Misa Natal:
  • Misa tengah malam, 
  • Misa subuh dan 
  • Misa siang.
Misa tengah malam, yang juga disebut “misa para malaekat” menandai dimulainya Hari Natal. Dalam misa ini diingat peran para malaekat dengan “gloria in excelsis Deo”. Penyelenggaraannya pada tengah malam sudah menjadi tradisi atau kebiasaan lama di dalam Gereja dan penuh makna. Pertama-tama, hal ini berkaitan dengan keyakinan tradisional bahwa Kristus lahir pada tengah malam. Kedua, dari kegelapan material di sekitar kita, kita diingatkan akan kegelapan rohani yang hanya dapat dihalau oleh Kristus, Sang Terang Sejati.

Misa malam natal ini pada mulanya dirayakan di oratorium praesepis di Gereja St Maria Agung (Maria Maggiore) di Roma, suatu gereja yang secara langsung dihubungkan dengan basilik di Betlehem. Di grotto di bawah altar utamanya terdapat sepotong kayu, yang disimpan rapih di dalam kotak kaca dan yang diyakini berasal dari palungan asli di mana Yesus lahir.

Perayaan misa tengah malam ini dirayakan atas cara berbeda sesuai kebiasaan setiap negara. Misalnya, di Perancis setelah misa ini keluarga berkumpul untuk “reveillon”, makan malam bersama dengan hidangan-hidangan tradisional. Ada keluarga-keluarga yang meletakkan patung Kanak-kanak Yesus di kandang sepulang dari misa dan sering kepala keluarga membacakan Injil di depan kandang atau di meja makan.


Misa subuh, biasanya disebut juga “Misa para gembala”. Sebagaimana para gembala berangkat penuh rasa ingin tahu ke kadang untuk menyembah Tuhan dan menerima hadiah-Nya yang terbesar yakni cahaya (terang), demikian juga kita datang menyembah dia Sang Cahaya. Tema Cahaya mendominasi misa ini. Dulu misa ini dirayakan oleh Sri Paus di kapel Gereja Raja di Palatinum, Roma, yang diberi nama Gereja St. Anastasia, yang dibangun sebagai reproduksi Gereja Anastasis di Yerusalem. Jadi Misa subuh ini merupakan penghormatan Sri Paus pada gereja kerajaan pada pesta pelindungnya.

Misa siang, atau disebut “misa sang sabda ilahi” mengarahkan perhatian pada misteri keilahian Kristus, yakni Sang Sabda Ilahi yang lahir menjadi manusia. Dia yang lahir di kandang hina adalah raja mulia dengan takhta dan mahkota kerajaan. Dalam Misa inilah Injil Yohanes 1 yang begitu agung dibacakan.

Unmat beriman didorong untuk mengikuti ketiga Misa ini untuk menghayati makna Inkarnasi Allah dalam Yesus. Merayakan misa satu sesudah yang lain, tiga kali, mengungkapkan keinginan umat beriman untuk melanjutkan kegembiraan merayakan kelahiran Sang Juruselamat.

Menarik untuk menyimak kebiasaan, yang sampai sekarang masih berlanjut di negara-negara Amerika Latin dan tetangga kita Filipina. Mereka mengenal apa yang disebut “misa de gallo” (misa ayam jantan) atau “misa de aguinaldo” (misa hadiah), yang diperkenalkan oleh para misionaris Spanyol, meskipun di Spanyol sendiri kebiasaan ini tidak kuat. Misa ini diselenggarakan selama 9 hari berturut-turut sebelum natal (misa novena menjelang natal), biasanya pada sekitar pukul 04.00 subuh, saat ayam jantan berkokok. Menghadiri misa de gallo selama sembilan kali menjelang natal mengungkapkan iman umat akan Kristus yang akan datang serta mempertegas antisipasi akan kelahiran Tuhan, disertai kepercayaan bahwa ujud khusus akan dikabulkan. Setelah misa biasanya keluarga menikmati hidangan kue atau makan pagi entah di rumah atau di gereja. Misa ini disebut juga misa de aguinaldo untuk menunjukkan bahwa bahwa kehadiran pada misa ini merupakan hadiah bagi kanak-kanak Yesus.

Misa tengah malam sangat dinanti-nantikan. Setelah misa ini orang-orang ber-noche buena (malam baik/indah), yang dirayakan dengan penuh kegembiraan oleh para keluarga dengan menikmati hidangan-hidangan khusus seperti queso de bola (keju bola) dan hamon (ham natal).

Tata liturgi mengizinkan para imam untuk merayakan tiga misa natal itu, tidak mewajibkannya. “Die autem Nativitatis Domini, Missa ter celebrari potest, secundum antiquam traditionem romanam, scilicet in nocte, in aurora et in die.” (NORMAE UNIVERSALES DE ANNO LITURGICO ET DE CALENDARIO, n. 34) – Pada Hari Kelahiran Tuhan, dapat dirayakan misa 3 kali, sesuai tradisi romawi kuno, yakni pada malam, subuh dan siang.”

Di Vatikan sendiri, sampai sekarang, misa malam natal biasanya dipimpin oleh Sri Paus, demikian juga misa pagi/siang sekitar jam 10.00, yang diikuti dengan Berkat Urbi et Orbi pada jam 12.00.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...