Hari Raya Epifani telah lewat, tapi kisah tentang pencarian tiga Raja tetap relevan untuk direnungkan, lebih-lebih bagi kita semua yang masih berziarah di dunia dalam pencarian kesejatian paad yang Ilahi. Kita mungkin familiar dengan nama ketiga Raja yang mengunjungi Yesus sewaktu masih bayi. Nama ketiga Raja itu adalah Melchior, Kaspar dan Balthasar. Namun kita belum begitu akrab bahkan asing dengan nama Artaban.
Berdasarkan novel karya klasik Henry van Dyke, "The Story of The Other Wise Man", Artaban adalah orang yang ketinggalan atau mungkin - kita tidak tahu - "ditinggal" oleh ketiga Raja tersebut. Namun dalam ketertinggalannya itu, Artaban tidak putus asa, melainkan menggunakan seluruh hidupnya untuk servitudo (pelayanan). Bersama budaknya yang bernama Orentes yang kemudian menjadi sahabatnya. Artaban tinggal di daerah kumuh, menjadi sahabat bagi yang sakit dan pembela kaum marginal. Sepanjang perjalanan, Artaban menggunakan hadiahnya untuk membantu orang yang memerlukannya, sampai dirinya tidak memiliki apa-apa lagi untuk diberikan kepada Mesias, sang bayi Yesus. Klimaks dari kisah ini adalah pada hari Minggu Paskah, Artaban yang sudah tua dan sekarat akhirnya berjumpa dengan Raja yang kemudian memberikan kedamaian pada saat-saat akhir hidupnya. Artaban mewakili sosok-pribadi yang tidak menonjol dalam tugas pelayanan. Kalau kisah ini diterapkan dalam hidup kita, maka seorang Artaban itu tidak menonjol dalam sepak terjangnya.
"Kerja di belakang layar", itulah istilah yang tepat untuk karya-karya seperti ini. Dalam sejarah, orang-orang yang bekerja di belakang layar memainkan peranan yang amat istimewa, bahkan mengubah masa depan umat manusia. Helen Keller (1880 -1966), yang meskipun secara fisik adalah cacat, tetapi telah memberikan inspirasi bagi jutaan umat manusia. Helen Adam Keller lahir di Tuscumbia, Amerika adalah seorang putri ningrat yang memiliki banyak budak. Ia terlahir bisu, tuki dan buta namun akhirnya menjadi lentera dunia bagi orang-orang yang mengalami nasib sama. Berkat gurunya, Annie Sullivan, yang dengan ketekunan, kesabaran dan pantang menyerah mendidik Helen seumur hidup. Kini, betapa harum nama Helen Keller bagi dunia. Nama Sullivan bahkan tidak pernah kita dengar (Kalau tidak salah sudah difilmkan dengan judul Miracle Teacher).
Atau Alexander Agung (356 - 323 B.C) yang namanya besar, agung dan mulia adalah Raja Macedonia dan jendral terbesar pada zamannya. Ia dikagumu oleh Julius Caesar (100 - 44 B.C), salah seorang dari orang-orang terkenal yang adalah diktator Romawi, jendral termasyur dan hebat. Makam Alexander Agung selalu dikunjungi Markus Antonius (82 - 30 B.C), seorang jendral dan dewan triumvirat Romawi. Setiap bersujud di makam Alexander Agung, dirinya selalu disertai oleh istrinya Cleopatra. Tak heranlah, jika anak sulung mereka dinamakan Alexander, kembarannya, Selena dan si bungsu Ptolomy. Tetapi, apakah kita menyadari bahwa sejak masa remajanya, Alexander Agung dibimbing, dituntun dan menjadi murid kesayangn Aristoteles (384 - 322), filsuf dan cendekiawan besar Yunani kuno. Sullivan dan Aristoteles adalah hanya sekadar contoh saja yang memiliki semangat pelayanan total. Mereka berani hidup dalam kesendirian, bahkan mungkin kesepian demi pelyanan tanpa dikenal dan tidak populer.
Mencari Yesus memang tidak dilalui dengan ke-glamour-an maupun popularitas. Mungkin kita ingat St. Kristoforus. Ia disebut sebagai pelindung dalam perjalanan. Legenda yang berkembang pada zamannya hampir sama dengan kisah-kisah para kudus. Tetapi dirinya tidak diketahui secara pasti. Arti nama Kristoforus sendiri adalah pembawa Kristus (Christ - bearer) yang dilukiskan sebagai manusia perkasa yang setelah bertobat menjadi penjaga sungai untuk menolong orang yang mau menyeberng di sungai di pundaknya. Sungguh, dia pencari Kristus sejati yang hidup dalam kesendirian dan sepi.
Akhir dari kisah klasik, "The Story of The Other Wise Man" itu melukiskan perjumpaan antara Yesus dengan Artaban. Artaban merasa menyesal, karena dirinya tidak bisa mempersembahkan hadiah bagi Sang Raja. Namun dengan tegas, Yesus bersabda, "Yang kau perbuat bagi saudara-Ku yang paling hina, telah kau buat bagi-Ku" (Mat 25:40).
Semoga bermanfaat bagi Katekese Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar