Sering kita mendengar sebuah pendapat yang berasal dari sebuah keyakinan bahwa para Nabi diutus ke dunia oleh Tuhan Allah dan diperlengkapi dengan sebuah Kitab Suci sebagai sumber pewartaannya. Berpegang pada pendapat ini ada yang berkeyakinan bahwa Injil adalah Kitab Suci yang ditulis oleh Yesus sendiri. Padahal kenyataannya tidaklah demikian. Pengertian Injil yang sebenarnya bukanlah sebuah buku (Kitab) yang ditulis oleh seseorang. Iman kristiani memiliki pengertian yang sama sekali berbeda tentang pengertian Injil. Injil berasal dari bahasa Yunani: “Euvangelion” yang artinya Kabar Gembira atau Kabar Baik (Anda tentu akrab dengan istilan Evangelist yang artinya pewarta kabar gembira). Lalu pertanyaannya adalah “kabar gembira tentang apa itu?”
Pengikut Kristus memahami bahwa Injil (Euvagelion) itu bukanlah sebuah buku yang jatuh dari langit, melainkan Firman Allah yang hidup dalam diri Yesus Kristus. “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh 1:14). Jadi, seluruh pribadi Yesus Kristus dari Nazaret inilah yang disebut dengan Injil, Kabar Gembira dari Allah. Seluruh hidup, sabda, dan karya-Nya adalah warta gembira dari Allah yang mengasihi dan mau menyelamatkan manusia. Bila dulu Tuhan menyampaikan Firman-Nya melalui para nabi, kini Dia menyampaikan Firman-Nya dalam diri Yesus Kristus. “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi, jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah dari pada nama mereka” (Ibr 1:1-4). Sekali lagi, Injil atau Kabar Gembira itu adalah Yesus Kristus sendiri, Firman Allah yang hidup dan yang telah menjadi manusia, dan di dalam Dia, dalam segenap karya penebusannya, melalui salib dan kebangkitannya, semua manusia telah memperoleh jalan keselamatan. Dan ini perlu diwartakan kepada semua orang, ialah kabar gembira tentang datangnya Sang Penyelamat umat manusia.
Selama hidupnya, Yesus bergaul dengan para muridNya, mengajar, menyembuhkan, membuat mujizat dan seterusnya, Yesus tidak pernah meninggalkan satu pun buku atau tulisan atau diktat. Memang pernah disebutkan bahwa Yesus pernah menulis, tapi itupun menulis di atas tanah! (Yoh 8:6). Maka setelah kebangkitan-Nya, para rasul mewartakan siapakah Yesus yang telah wafat tersalib dan bangkit mulia itu secara lisan. Mereka adalah saksi mata atas peristiwa Yesus (bdk. 1 Yoh 1:1). Dan mereka berani mempertaruhkan nyawanya demi membela kebenaran warta Injil. Seandainya mereka berbohong, kenapa St. Stefanus rela dilempari batu sampai mati, St. Yakobus dibunuh dengan pedang, St. Petrus sampai mau disalib-terbalikkan, St. Paulus dipenggal kepalanya? Mereka bukanlah orang-orang nekad laiknya pengebom bunuh diri yang membahayakan nyawa orang lain. Mereka adalah orang-orang lugu tulus yang mewartakan kebenaran dan berani mati demi kebenaran yang menyelamatkan ini. Maka dari sejak awal para pengikut Kristus menerima pewartaan siapakah Yesus Kristus ini dari para saksi mata dan para rasulnya yang setia.
Dan dengan berjalannya waktu, banyaklah saksi mata yang mulai meninggal, maka mulai diperlukan buku yang merekam pewartaan para rasul. Inilah keempat kitab Injil yang kita kenal dan akui sekarang. Keempatnya ditulis oleh rasul Yesus (Matius dan Yohanes) ataupun murid dari para rasul (Markus adalah murid St. Petrus dan Lukas adalah murid St. Paulus). Maka tidaklah mengherankan bila ada variasi dalam mengungkapkan peristiwa yang sama di antara keempat Injil; sama halnya dengan peristiwa bobolnya tanggul di Situ Gintung (27 Maret 2009) dilaporkan tidak persis sama oleh para wartawan, masing-masing mengungkapkan peristiwa yang sama dengan ungkapan dan gaya yang berbeda-beda. Dan Gereja yang sejak awal mendengar pewartaan para rasul Yesus inilah yang menyatakan apakah tulisan itu secara benar telah melukiskan iman Gereja akan Yesus Kristus atau tidak.
Sebab dalam perkembangan sejarah, pada abad kedua - ketiga, juga mulai menyusup paham Gnostisme dari Persia yang menganggap bahwa materi (termasuk tubuh) itu jahat dan roh murni itu baik. Maka Gnostisme yang menyusup dalam kekristenan pada abad kedua - ketiga ini pun mulai menciptakan Injil mereka sendiri dan membentuk sekte-sekte tersendiri. Injil milik mereka adalah Injil Thomas, Injil Maria Magdalena, Injil Yudas, dsb. Di sini mereka lebih tertarik pada kata-kata Yesus yang dianggap bisa memberikan “gnosis” (pengetahuan rahasia) agar roh manusia mengalami pelepasan dari tubuh yang jahat ini. Maka mereka menganggap sepi peristiwa penyaliban Yesus dan lebih mencari dan mengumpulkan kata-kata Yesus yang dianggap mengandung “gnosis” lalu dicocokkan dengan paham mereka sendiri. Jadi, Gnostisme ini sudah ada dan menyebar sebelumnya mulai dari Persia; lalu orang Kristen yang tertarik dengan Gnostisme ini pun mulai mensikretiskan kedua ajaran ini dan lahirlah injil-injil gnostis ciptaan mereka (paling awal abad kedua). Maka pemahaman mereka tentang Yesus berbeda dengan iman Gereja awali yang diwariskan oleh para rasul. Tentu saja terhadap injil-injil demikian Gereja menolaknya sebab apa yang mereka tulis tidak menggambarkan iman yang diajarkan dan diwariskan oleh para rasul Yesus. Inilah yang kemudian disebut dengan injil-injil apokrip dan ajaran mereka dianggap sesat (bidaah). Aneka literature yang ditemukan di perpustakaan Nag Hammadi - Mesir (1948) adalah koleksi bidaah Gnostisme Kristen ini dan sekarang telah banyak dipublikasikan, seperti Injil Thomas, Injil Yudas, Injil Maria Magdalena, dsb; sehingga mungkin akan membuat umat awam merasa bingung. Informasi detail mengenai injil-injil apokrip ini bisa dibaca dalam buku Rm. Deshi Ramadhani, SJ “Menguak Injil-Injil Rahasia” (Kanisius, 2007). Semoga setelah ini, Anda tidak lagi terkecoh dan tetap berpegang teguh pada iman apostolik (diajarkan oleh para rasul).
Mantab
BalasHapus