Perayaan Ekaristi seringkali dipandang sebagai sebuah kegiatan wajib belaka, sehingga kerap kali tidak disiapkan dengan baik. Padahal misa Lingkungan bila disiapkan dengan baik dapat bermanfaat untuk memupuk iman lebih dalam lagi bagi umat basis.Dalam mempersiapkan Misa, umat dapat belajar untuk saling bekerja sama, saling menghargai, dan terutama belajar untuk lebih mencintai Ekaristi. Dengan umat yang lebih sedikit, imam yang memimpin perayaan dapat menyapa umat lebih dekat lagi dalam doa dan homili sehingga lebih mengena bagi mereka yang hadir.
Apa saja yang perlu disiapkan ?
Dalam misa apapun dan dimanapun, sebuah misa pasti memiliki faktor-faktor penunjang perayaan:
- Para pelayan
- Tempat pelaksanaan dan peralatan misa
- Bacaan dan homili
- Rumus Misa dan Doa-doa
- Nyanyian-nyanyian
- Faktor lain.
Berikut ini adalah penjabarannya sehubungan dengan Misa Lingkungan :
1. PARA PELAYAN
Pelayan utama dalam sebuah misa adalah pemimpin perayaan yaitu imam. Misa tidak dapat berlangsung tanpa kehadiran seorang imam. Misa lingkungan kadang diadakan bersamaan kunjungan romo paroki ke lingkungan, sehingga umat lingkungan tidak bisa memilih romo sendiri. Dalam kesempatan lain seperti misa pemberkatan rumah, misa arwah, atau misa dalam ujud tertentu, umat lingkungan dapat meminta romo manapun. Namun demikian hendaknya diprioritaskan romo paroki karena merekalah yang diserahi tugas oleh Uskup untuk menjadi gembala di paroki. Sangat penting untuk meminta persetujuan romo paroki jika ingin meminta romo selain romo paroki.
Selain itu juga ada pelayan lain untuk menunjang kelancaran misa di lingkungan. Pada tempat pertama adalah Lektor yang kepada mereka telah diberikan tugas untuk membaca Sabda Allah dalam perayaan Ekaristi. Memberikan tugas membaca Sabda Allah kepada Lektor, adalah langkah pertama untuk lebih mencintai Sabda Allah yang dihidangkan dalam perayaan Ekaristi. Bila di lingkungan tidak ada Lektor, tugas ini dapat diberikan kepada orang lain yang paling cakap membaca, dan harus disiapkan dengan baik jauh hari sebelumnya, tidak ditunjuk tepat sebelum misa dimulai.
Juga diperlukan seorang pemandu nyanyian, yang bisa ditugaskan kepada warga yang paling terampil menyanyi. Ia tidak harus menjadi dirigen yang mengaba-aba dengan tangan. Bisa menyanyikan lagu dengan baik dan benar sudah lebih dari cukup sehingga umat yang lain bisa mengikutinya.
Tidak semua lingkungan memiliki organis. Jika punya, sebaiknya mereka menjalankan tugasnya. Misa lingkungan dapat juga dijadikan sarana “uji coba” bagi calon organis yang belum berani tugas misa minggu di gereja. Walaupun uji coba tentu juga harus disiapkan dengan baik supaya tidak malah mengganggu kekhidmatan misa.
Kaum muda dan anak-anak bisa dilibatkan sebagai pembaca doa umat. Tugas membaca doa umat bisa diberikan kepada siapa saja di antara umat beriman sehingga kaum muda dan anak-anak pun boleh membaca doa umat.
Mereka juga bisa dilibatkan sebagai pengantar persembahan. Walaupun jarang dilakukan dalam misa lingkungan, mengantar persembahan bukanlah tidak mungkin dilakukan. Bahan persembahan adalah roti dan anggur, serta kolekte.
Kalau umat yang hadir cukup banyak, juga diperlukan prodiakon. Tugas utama prodiakon adalah membantu imam membagi komuni jika umat yang hadir terlalu banyak sehingga kalau imam sendirian membagi komuni dikhawatirkan prosesi komuni memakan waktu yang cukup lama. Maka, jika umat yang hadir tidak terlalu banyak, tidak diperlukan prodiakon. Jika memungkinkan, memang sebaiknya Komuni Kudus diterima dari tangan imam.
2. TEMPAT PELAKSANAAN DAN PERALATAN MISA
Untuk melaksanakan sebuah perayaan tentu memerlukan tempat yang bisa menampung umat yang hadir. Idealnya semua umat dapat melihat imam dan altar tempat perjamuan dilangsungkan. Makanya gereja selalu dibangun dengan bentuk yang mendukung kondisi itu. Yang ideal ini terkadang sulit dilakukan di misa lingkungan yang kadang-kadang tempatnya digilir di antara warga lingkungan. Maka perlu dipertimbangkan beberapa hal.
Untuk menyelenggarakan misa diperlukan sebuah meja sebagai altar. Altar ini harus ditutupi kain putih polos dengan dua buah lilin di atasnya dan sebuah salib dengan sosok Yesus tersalib. Bila kebetulan pada hari itu dirayakan pesta atau hari raya, dapat dipasang empat buah lilin. Karena meja altar adalah tempat suci, maka yang tidak berhubungan langsung dengan perjamuan seperti hiasan bunga hendaknya tidak diletakkan di atas meja altar. Hiasan bunga dapat diletakkan di sekitar meja altar dan bukan di atasnya.
Meja altar sebaiknya diletakkan pada posisi dimana umat paling mudah melihat imam. Jika tidak mungkin semuanya melihat, paling tidak posisi itu yang paling memungkinkan sebanyak mungkin umat dapat melihat. Hal ini sehubungan dengan sebuah tindakan liturgis, dimana imam menunjukkan Tubuh dan Darah Kristus saat konsekrasi kepada umat, dan umat memandangnya.
Peralatan misa (piala, sibori, tempat anggur) dan bahan persembahan (hosti dan anggur) biasanya disiapkan oleh romo yang memimpin perayaan. Bila tidak, dapat minta ke koster gereja untuk minta disiapkan.
Apabila tempat misa dilangsungkan cukup besar dan umat yang hadir juga cukup banyak, diperlukan sound system. Misa adalah perayaan iman jemaat, sehingga setiap detail doa, nyanyian, bacaan dan homili, sebaiknya dapat dilihat dan didengar setiap umat yang hadir. Jangan sampai ada umat yang sama sekali tidak bisa mendengar apa yang sedang berlangsung karena mereka memiliki hak untuk merayakan Ekaristi, dan adalah kewajiban penyelenggara untuk memenuhi hak tersebut. Kalau karena tempat tidak semua umat bisa melihat, jangan sampai mereka juga tidak bisa mendengar.
Bila diadakan pemberkatan rumah diperlukan air suci dan hisop untuk pemercikan. Air suci dapat dipakai air putih biasa dan diberkati oleh imam, sedangkan hisop bisa pinjam gereja atau prodiakon kadang juga punya. Air suci dan hisop juga bisa dipakai bila digunakan pemercikan (asperges me) sebagai pengganti seruan tobat.
Dalam tradisi liturgi juga dikenal bel sebagai penanda turunnya Roh Kudus saat konsekrasi. Alangkah baiknya jika setiap lingkungan punya bel sendiri yang dapat digunakan saat misa. Tidak perlu bel yang besar seperti di gereja, cukup bel dengan satu bandul saja seperti penjual es keliling. Umat yang pernah jadi misdinar pasti tahu cara pemakaiannya. Selain itu dalam misa arwah pada hari pemakaman, juga diperlukan wiruk/turibulum untuk mendupai jenazah. Biasanya hanya gereja yang punya alat ini, namun tidak ada salahnya lingkungan atau wilayah punya alat ini.
3. BACAAN DAN HOMILI
Penyelenggara misa di lingkungan juga perlu tahu kalender liturgi yang memuat bacaan harian sepanjang tahun. Biasanya misa lingkungan menggunakan pemilihan bacaan dari kalender liturgi. Dalam kesempatan khusus seperti pemberkatan rumah atau peringatan lainnya bisa menggunakan bacaan yang dipilih sendiri. Baik menggunakan bacaan dari kalender liturgi maupun memilih sendiri, harus sepersetujuan romo yang memimpin perayaan.
Salah satu bagian pokok dari Liturgi Sabda yang sering dihilangkan dengan semena-mena adalah Mazmur Tanggapan. Rumus bacaan di kalender liturgi selalu memuat mazmur tanggapan, sehingga harus dibacakan atau dinyanyikan, dan tidak boleh diganti dengan lagu atau bacaan lain. Bila memilih bacaan sendiri, pada bagian ini dapat dinyanyikan lagu di puji syukur yang teksnya diambil dari mazmur seperti PS 646, 677, 568, dll.
Homili utamanya bermanfaat untuk menguraikan isi bacaan pada hari itu dan mengaitkannya dalam hidup sehari-hari. Terkadang di umat basis sedang ada kondisi khusus misalnya perpecahan atau perdamaian, pengurus lingkungan juga dapat meminta romo untuk berhomili terkait kondisi tersebut.
(Bersambung)
Dikutip dari : http://www.kaskus.us/showpost.php?p=297026468&postcount=1451 dst
Tidak ada komentar:
Posting Komentar