Sabtu, 16 April 2011

JUMAT AGUNG

Dalam Upacara Jumat Agung, Gereja merayakan sengsara dan wafat Tuhan dan berdoa bagi keselamatan dunia.

Upacara Jumat Agung terdiri dari tiga bagian, yakni :
• Pertama, Upacara Sabda yang memuncak pada pembacaan passio dan doa umat meriah.
• Kedua, Upacara penghormatan salib yang diawali dengan pembukaan selubung salib.
• Ketiga, Upacara Komuni yang dilanjutkan berkat penutup.

Melalui tiga bagian upacara tersebut, Gereja hendak menyatakan inti misteri yang hendak dirayakan pada hari ini, antara lain :

Pertama, Gereja merayakan sengsara dan wafat Tuhan. Hari ini Gereja berkabung karena mempelai-Nya menderita dan wafat demi penebusan umat manusia. Secara simbolis maksud ini diperlihatkan melalui keheningan seluruh perayaan; tindakan imam yang menelungkup pada pembukaan upacara, doa-doa dan pembacaan passio.


Kedua, Gereja berdoa kepada Allah Bapa bagi keselamatan dunia. Maksud ini dinyatakan melalui seruan doa meriah yang menyusul liturgi sabda. Melalui doa meriah itu, antara lain Gereja berdoa bagi

Ketiga, Gereja mengungkapkan penghormatan kepada salib. Melalui tindakan liturgis mencium salib selain, menyatakan penhormatan kepada salib, juga diungkapkan, bahwa Gereja mempelai Kristus, berasal dari lambung Kristus. Air yang mengalir sesudah darah dari luka dilambungNya menjadi tanda kelahiran Gereja.

Selanjutnya. apabila Jumat agung menjadi hari wajib pantang dan puasa, karena memang hari ini Gereja berduka, mempelai-Nya seolah tidak bersama-Nya. Pada hari ini Kristus sang Raja yang dielu-elukan pada awal pekan ini, menjadi manusia hina, bagaikan domba dipembantaian, yang tak kuasa untuk mengembik. Di kayu salib saat Ia meregang nyawa, bahkan sampai titik terakhir kehidupanNya, Yesus menunjukkan kesetiaan-Nya kepada kehendak Bapa-Nya.

Saudara-saudari yang terkasih, melalui peristiwa salib hendak diwartakan kepada kita, bahwa seorang murid Yesus tidak takut terhadap penderitaan, bahkan kematian sekalipun. Dengan tindakan liturgis, mencium salib, berarti kita nyatakan, bahwa murid Kristus sejati harus berani melewati jalan yang sama yang dilalui gurunya.

Menghayati perayaan Jumat Agung, juga berarti belajar mengampuni dan tidak menyimpan dendam. Tetapi, melalui Jumat Agung kita juga belajar kesetiaan. Jika, pada awal dan akhir Upacara hari ini, tanpa nyanyian, bukan hanya menyatakan perkabungan, namun juga mengingatkan, bahwa dalam hiruk pikuk, keriuhan dan hangar bingar dunia dewasa ini, para murid Kristus harus menciptakan keheningan untuk mendengar kehendak Allah dalam menapaki panggilan hidupnya. Sehingga setiap murid Yesus dapat menentukan sikap secara tepat dalam menghadapi dunia yang terus berubah ini.

Mengingat Gereja hari ini sedang berduga, maka menjauhkan dari hal-0hal yang meriah, misalnya altar tanpa hiasan apapun, dalam devosi pada orang kudus tak dinyalakan lilin. Gereja juga tidak merayakan sakramen-sakremen kecuali sakramen rekonsiliasi (Tobat) dan sakramen perminyakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...