Selasa, 31 Agustus 2010

HAL-HAL PENTING TENTANG KATEKESE

(Melanjutkan penjelasan tentang praksis Katekese, saya posting hal-hal penting yang lain tentang Katekese. Sudah waktunya kita kembali ke katekese sebagai salah satu dari 5 tugas pokok Gereja kita. Semoga bermanfaat.)

Dasar Katekese
Dasar katekese adalah “penugasan Kristus kepada para rasul dan pengganti-pengganti mereka”. Dalam Mat 28 : 19-20, Yesus mengutus para rasul untuk “pergi”, “menjadikan semua bangsa murid-Ku”, “baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”, dan “ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu”.
Dalam tafsir Injil Matius dijelaskan bahwa tugas para rasul mencakup pewartaan awal kepada orang yang belum mengenal Tuhan, pengajaran kepada para katekumen, dan pengajaran kepada orang yang telah menjadi anggota Gereja agar iman mereka lebih mendalam

Subyek Katekese
Katekese adalah karya Gereja yang mendasar. Gereja dipanggil untuk melanjutkan tugas Yesus, Sang Guru, dan diutus menjadi pengajar iman, dengna dijiwai oleh Roh Kudus. Oleh karena itu subyek katekese adalah Gereja. Iman yang diajarkan oleh Gereja dalam iman yang dihidupi oleh Gereja itu sendiri, yaitu :
• Pemahaman tentang Allah dan rencana penyelamatan-Nya
• Pandangan tentang manusia adalah ciptaan yang paling mulia
• Warta Kerajaan Allah
• Harapan dan Kasih

Obyek Katekese
Tujuan definitif katekese adalah bukan hanya membuat orang saling berkontak, melainkan juga dalam kesatuan dan kemesraan, dengan Yesus Kristus. Segala kegiatan mewartakan Kabar Gembira dimengerti sebagai usaha mempererat kesatuan dengan Yesus Kristus. Mulai dengan pertobatan ‘awal’ seseorang kepada Tuhan yang digerakan oleh Roh Kudus melalui pewartaan Injil yang pertama, katekese berusaha mengukuhkan dan mematangkan kesetiaan pertama ini.



Bentuk Katekese

Ditinjau dari segi penyajiannya, katekese dapat dibedakan dalam 3 bentuk :

1. Bentuk Praktis
Bentuk ini mengarahkan peserta katekese untuk bergiat dan rajin dalam mempraktekkan kehidupan agamanya: rajin beribadah, rajin berdoa dan berdevosi, bergairah menghadiri perayaan Ekaristi dan perayaan lain, mengenal baik masa-masa liturgis segala sarana dan peralatannya. Sumber utamanya adalah liturgi Gereja.

2. Bentuk Historis
Bentuk ini memperdalam pengenalan umat akan sejarah penyelamatan dari pihak Allah, yang diawali dengan janji-janji mesianis dalam Perjanjian Lama dan memuncak dalam pribadi Kristus dalam Perjanjian Baru. Sumber utamanya adalah Kitab Suci.

3. Bentuk Sistematis
Bentuk ini menyajikan kepada umat ajaran teologis dan dogmatis yang tersusun secara sistematis, singkat, dan padat. Sumbernya adalah buku Katekismus.

Pada prakteknya bentuk-bentuk tersebut berbaur. Tidak murni hanya satu bentuk yang dilaksanakan. Sebab nampaknya untur-unsur yang ditekankan oleh masing-masing bentuk saling berkaitan. Ajaran biblis, historis, teologis, dogmatis dimaksudkan untuk membantu umat semakin menyadari penyelamatan Allah melalui Gereja-Nya. Dengan kesadaran itu umat diharapkan akan terdorong untuk semakin giat dalam praktek-praktek keagamaan.

Prinsip – Prinsip Katekese
1. Usaha katekese merupakan tanggung jawab seluruh umat sebagai Gereja
2. Usaha katekese mementingkan “proses” (bukan hasil yang langsung/”instan”). Dengan kata lain : yang lebih utama adalah bukan “target”/”hasil” yang sudah dicapai, melainkan “proses” menuju/memperoleh hasil.
3. Peserta katekese sebagai “subyek”/pelaku yang berperan dalam proses

4. Katekese membantu orang menghayati imannya dalam situasi aktual (orang mampu mewujudkan imannya secara konkrit dalam hidup/ada integritas antara iman dan hidup bersama orang lain).
5. Katekese berupaya mendorong umat untuk membangun relasi yang harmonis dengan Tuhan, sesama maupun lingkungannya. Dalam hal ini, proses katekese yang bertujuan mematangkan dan mendewasakan iman harus dilaksanakan secara sadar dan terencana dengan penuh tanggung jawab (tidak “improvisasi”)
6. Katekese harus memperhitungkan situasi peserta (latar belakang, psokologi, minat, kebutuhannya). Katekese harus menjadi lebih kontekstual.
7. Proses katekese adalah proses pendidikan iman yang membebaskan. Dalam proses katekese setiap pribadi dihargai martabatnya sederajat, dimana setiap orang bebas mengungkapkan pengalaman imannya tanpa rasa takut. Dalam hal ini setiap pengalaman iman dari masing-masing pribadi harus dilihat sebagai pengalaman yang dapat memperkaya sesamanya dalam proses berkatekese.
8. Katekese diharapkan membangun iman yang “terlibat’ (mendorong “aksi”)
9. Pendamping katekese sebagai “fasilitator” yang memudahkan terjadinya komunikasi iman. Untuk itu, tidak tepatlah kalau pendamping bertindak sebagai orang yang ‘maha tahu’ apalagi sebagai penceramah yang mendominasi proses pertemuan.
10. Proses katekese harus mampu “menjemput/menyentuh” pengalaman hidup ataupun pengalaman iman peserta, sebagai medan pertemuan manusia dengan Allah.
11. Sarana maupun megode katekese yang diupayakan, semuanya bertujuan untuk memudahkan terjadinya komunikasi iman. pemikiran bahwa dalam pertemuan katekese “yang penting asal diisi dengan banyak kegiatan bagi umat” bertentangan dengan prinsip suatu proses katekese yang bertanggung jawab.
12. Katekese hanya salah satu dari upaya-upaya pastoral secara menyeluruh. Proses perkembangan iman harus dilengkapi dengan upaya-upaya pastoral yang lain.

(dikutip dari blog sahabat terkasih: kristianitas.blogspot.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...