Minggu, 20 Juni 2010

SEBUAH PROSES KATEKESE UNTUK ANAK TUNANETRA

Katekese Bagi Tunanetra
TEMA : "KASIH DAN KERENDAHAN HATI"

I. Pemikiran Dasar
Setiap manusia dipanggil untuk mencintai dan berbuat kasih. Panggilan itu senantiasa menggema dalam hatinya yang terdalam. Tetapi seringkali terjadi, panggilan itu tidak terdengar atau tidak didengarkan oleh manusia sendiri. Pengabaian panggilan suara hati ini dapat terjadi karena adaya upaya pelampiasan manusia yang mau melarikan diri dari permasalahan yang menekan dirinya. Bila seseorang menghadapi permasalahan yang berat, ada 3 kemungkinan yang dapat dilakukannya yang semuanya tergantung dari pengalaman psikologisnya selama ini :
1. Menghadapi dan berusaha menyelesaikan, bagaimanapun cara dan apapun hasilnya
2. Tidak mengindahkannya dan bersikap tidak peduli (tidak mau tahu / cuek)
3. Melarikan diri dari masalah dan mencari pelampiasan

Hal terbaik yang dapat dilakukan memang adalah berusaha menghadapi dan menyelesaikan oermasalahan, bagaimanapun dan apapun hasilnya. Tapi memang hal demikian ini tidaklah mudah, apalagi jika permasalahan yang dihadapi adalah permasalah yang sangat berat. Beratnya masalah dapat bertambah jika ada konsep diri yang salah, yaitu konsep pemikiran yang memandang diri terlalu lemah, sehingga tidak mungkin dapat menghadapi permasalahan-permasalahan yang ada, atau suatu konsep diri yang tidak memandang talenta-talenta yang dimiliki, sehingga membuat seseorang berpikiran negatif terhadap dirinya sendiri: merasa diri tidak berguna dan tidak dapat melakukan segala sesuatu. Konsep diri yang demikian memang tidak dapat dilepaskan dari sikap dan perlakuan lingkungan (terutama keluarga) yang dialami orang tersebut. Sedangkan Konsep diri yang positif membuat seseorang mampu berpandangan yang positif pula.

Konsep diri yang positif atau negatif ini menentukan sekali sikap dan cara penyelesaian suatu permasalahan yang dihadapi seseorang. Berkaitan dengan kecacatan, konsep diri yang salah (negatif) membuat seorang penyandang cacat merasa dirinya semakin terpuruk oleh penderitaan dan permasalahan kecacatannya. Dalam hal inilah kemudian serng kali terjadi upaya melarikan diri dari masalah dengan mencari pelampiasan-pelampiasan yang berakibat negatif dan menjebak penyandang cacat sendiri dalam permasalahan lainnya.

Dalam Kitab Kejadian, Kisah Yusuf menceritakan perjuangan seseorang yang terpuruk dan terbuang oleh keluarganya, tetapi kemudian dia bangkit dari keterpurukan itu dengan terus berjuang dan tidak pernah berhenti memperbaiki keadaan. Konsep diri dan kematangan Yusup membuat dia dengan berani dan tulus mengampuni para saudara-saudaranya yang dahulu membuatnya mengalami penderitaan panjang.
Bertolak dari situ, peserta katekese, yang adalah para tunanetra, diharapkan dapat membangun sikap yang positif tentang keadaan dirinya. dengan demikian mereka dapat mengembangkan dirinya dengan berbekal talenta-talenta yang melekat pada diri mereka. Selain itu, diharapkan para tunanetra dapat membangun relasi yang positif dengan orang-orang di sekitarnya.



II. Tujuan
1. Tunanetra dapat menerima keadaan dirinya secara positif
2. Tunanetra memiliki semangat hidup
3. Tunanetra mampu mengembangkan diri
4. Tunanetra dapat menjalin relasi yang baik dan benar dengan orang lain

III. Bahan
Kitab Suci : Kisah Yusuf

IV. Sarana
• Teks Kitab Suci Yoh 9:39,41
• Teks Kitab Suci Kisah Yusuf
• Teks Drama

V. Metode
Metode Katekese :
• Penyajian kasus dengan dramatisasi
• Diskusi

VI. Waktu
Lama waktu proses katekese 90 menit (jam 11.30 - 13.00 WIB)

VII. Proses

1. Pembukaan
• Doa Pembukaan
Doa pembukaan dipimpin oleh pendamping.
• Perkenalan singkat

2. Dinamika
• Permainan "Mengikuti Suara Hati"
• Aturan dan cara bermain
1. pendamping mengambil tempat terpisah yang agak jauh (dapat dibantu oleh para pembakti tunanetra yang ada)
2. pendamping menyuarakan kata-kata lembut yang menarik perhatian tunanetra
3. Tunanetra diminta untuk mencari dan mendekati suara-suara itu. Diminta untuk memilih suara yang berkenan / sesuai dengan hatinya.
4. Satu suara hanya boleh didekati oleh tiga orang saja.
• Kajian Permainan
1. Perasaan apa saja yang muncul ketika permainan tadi dilaksanakan ?
2. Dapatkah kamu mengenali siapa saja yang ada bersama-sama kamu ? (di sini peserta dapat diberi kesempatan untuk saling mengenal diantara kelompoknya)
3. Alasan apa yang mendorong kamu memilih suara tersebut ? Adakah pengalaman tersendiri / khusus yang berkaitan dengan suara tersebut ? Sharingkan itu dalam kelompok

Diakhir sharing pendamping memberi peneguhan dan rangkuman disertai penjelasan tentang makna suara hati.
Suara hati nurani selalu mendorong kita untuk berbuat baik dan menegur bila kita melakukan perbuatan jahat, suara hati membuat kita meemiliki rasa bersalah. Kita dapat mengatakan bahwa suara hati adalah suara Tuhan. tetapi harus diwaspadai, karena suara hati dapat salah karena tidak adanya pengetahuan tentang yang benar dan juga karena kurangnya latihan untuk mengasah suara hati (suara hati yang tumpul)

Selanjutnya peserta diminta untuk sharing dalam kelompoknya tentang pengalamannya :
- bagi tunanetra : bagaimana keluarga / teman-teman menerima Anda ketika Anda pertama kali buta ?
- bagi kaum awas : pengalaman suka dukanya mendampingi tunanetra (1-2 orang saja)

*) catatan : sharing tentang kajian Permainan bisa ditiadakan dan langsung kepada sharing oengalaman pribadi. Jadi fungsi permainan hanya untuk membentuk kelompok.

3. Pendalaman Kitab Suci
• Pembacaan ekspresif kisah kehidupan Yusuf
• Pendalaman kisah Yusuf
1. Bagaimana penerimaan keluarga terhadap Yusuf ?
2. Apa yang telah dilakukan keluarga Yusuf terhadapnya ?
3. Bagaimana sikap Yusuf pada saudara-saudaranya yang telah berbuat jahat kepadanya?
4. Pernahkah kamu merasa diperlakukan tidak adil ? Bagaimana kamu menghadapinya? Sharingkan pengalamanmu
5. Poin-poin apa saja yang dapat diambil sebagai pelajaran dari kisah Yusuf dan keluarganya?

4. Penyajian Kasus
Kasus disajikan dalam bentuk drama. Drama tidak diperagakan, hanya dilakukan pembacaan ekspresif. Drama tentang kasua keluarga Pak Iknas.

5. Diskusi
Diskusi dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil terlebih dahulu, baru diplenokan dalam kelompok besar.
Pertanyaan-pertanyaan diskusi :
1. Bagaimana pendapatmu tentang keadaan keluarga Pak Iknas ?
2. Bagaimana pendangan Pak Iknas tentang anaknya Novi ? Apa beda pandangannya dengan anaknya Rudi ?
3. Bagaimana pendangan itu menurut Anda ?
4. Bagaimana sebaiknya sikap yang tepat dalam keluarga pak Iknas ?
5. Apa pendapatmu tentang sikap Novi ?
6. Bagaimana sebaiknya sikap Novi ?
7. Jika kamu adalah sahabatnya, apa yang dapat kamu lakukan bagi dia ?

6. Rangkuman
Pembina merangkum dan meneguhkan sharing para peserta dan menjelaskan perbandingan sikap diri dan sikap terhadap orang lain yang positif dan sikap diri yang negatif, penyebab-penyebabnya dan akibat-akibatnya. Penjelasan dilakukan dengan dialog dengan peserta.

7. Penutup
Pendamping meminta supaya setiap orang membuat doa :
= pertama untuk mensyukuri keadaannya
= kedua memohon rahmat agar selalu dapat mengambil keputusan dan pilihan yang tepat
= kedua bagi sahabat/kenalannya yang sedang mengalami penderitaan

Pertemuan ditutup dengan ibdaat singkat dengan pembacaan doa-doa dari peserta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...