Selasa, 27 April 2010

5 Langkah Dasar Dalam Pendidikan Iman Kristen

Langkah I : Menyebutkan Perbuatan Kini

Adalah ajakan kepada peserta untuk menyebutkan perbuatan kini dalam hubungannya dengan tema tertentu yang sedang dibahas. Perbuatan kini adalah segala bentuk pengungkapan diri, baik secara badani, emosional, intelektual atau spiritual, baik dalam hubungan pribadi maupun sosial. Dalam langkap pertama digali pengalaman pribadi diri sendiri, dan bukan pengalaman orang lain atau "apa yang dikatakan orang". Untuk membantu hal tersebut dapat digunakan beberapa pertanyaan yang konkret bagi peserta, yang akan membantunya mengungkapkan diri. Pertanyaan yang diajukan kepada peserta jangan sampai membuat peserta merasa terancam, diselidiki, dievaluasi atau ditantang, tetapi berupa ajakan, untuk itu perlu diciptaan suasana saling percaya agar peserta dapat mengungkapkan pengalamannya dengan bebas. Pembentukan kelompok kecil baik untuk dilakukan bila kelompok terlalu besar, tetapi mesti ditekankan bahwa langkah ini bertujuan agar peserta dapat mengungkapkan dirinya secara bebas.


Langkah II : Pengalaman dan Visi Peserta

Langkah kedua ini adalah awal refleksi kritis tentang : "mengapa kita berbuat itu dan apa yang kita harapkan darinya" dalam kaitannya dengan pokok pembicaraan. Langkah ini memungkinkan peserta untuk secara kritis merefleksikan perbuatan kini mereka, alasan-alasannya dan akibat-akibatnya. Langkah kedua ini pertama-tama meninjau dengan tajam ada apa dibalik perbuatan kini untuk menjadi sadar akan sumber atau asal-usulnya, dan dengan memandang ke depan, apa kira-kira akibat-akibat dari perbuatan kini dan apa yang diharapkan dari perbuatan kini tersebut. Seringkali terdapat ketidakcocokan antara akibat-akibat yang mungkin terjadi dan apa yang diharapkan, tetapi dalam hal ini terdapat kemungkinan untuk perubahan, perkembangan dan pertumbuhan.

Langka III : Pengalaman dan Visi Jemaat Kristen.

Langkah ketiga ini bertujuan untuk memampukan peserta menemukan pengalaman dan visi jemaat yang lebih luas yang berasal dari tradisi iman Kristen, dan menghadirkannya dalam konteks pengalaman hidupnya. Dalam langkah ini, pengalaman peserta dipertemukan dengan pengalaman jemaat Kristen tentang pokok yang sedang diperbincangkan dan dengan visi atau jawaban yang diminta dalam terang kerajaan Allah. Langkah ini bersifat kateketis. Biasanya katekis/pembimbing-lah yang menghidangkan pengalaman dan visi jemaat kristen itu kepada peserta, walaupun tidak harus selalu demikian. Dalam hal ini harus diingat oleh katekis/pembimbing, agar jangan sampai memberi kesan bahwa tafsiran pribadinya tentang pengalaman dan visi itu adalah kebenaran sempurna, terakhir dan satu-satunya, hal mana mebuat internalisasi oleh peserta dalam dialog dengan pengalaman mereka sendiri menjadi tidak mungkin, tetapi harus dibuat sedemikian agar peserta sendiri merefleksikan, menginternalisir, melihat alasan dan tujuan tradisi dan menemukan maknanya untuk diri mereka sendiri.

Langkah IV : Pengolahan Pengalaman dan Pengalaman Peserta

Inti langkah keempat ini adalah menyakan apa artinya pengalaman jemaat (meneguhkan, mempertanyakan, menuntut lebih) bagi pengalaman-pengalaman kita, dan bagaimana pengalaman-pengalaman kita menanggapi (mengakui, menerima batasan, mendorong lebih maju) pengalaman jemaat. Keterbatasan pengertian kita akan pengalaman selalu ada, karena kita tidak akan pernah mengerti dengan lengkap makna dan kebenaran pengalaman itu bagi hidup kita. Dan karena dasar pengalaman itu adalah Allah yang penuh misteri, maka pengertian kita akan perbuatan Allah di tengah umatnya (pengalaman kita) tidak pernah merupakan kata terakhir. Kita perlu mengakui keterbatasan pengertian kita dan sementara itu berusaha pula untuk maju.
Ada dua hal yang perlu dikembangkan oleh pendidik dalam lankah keempat ini, yaitu : pengalaman iman agar diterangi oleh tradisi iman Kristen dan agar penerimaan tradisi itu diterangi oleh dan ada dalam konteks pengalaman iman peserta.

Langkah V : Pengolahan Visi dan Visi-visi Peserta

Tujuan langkah kelima ini adalah mengadakan kritik atas visi-visi yang terkandung dalam perbuatan kini dalam cahaya visi kerajaan Allah dan menentukan tindakan masa depan sebagai jawaban atas visi tersebut. Dengan kata lain, langkah kelima ini merupakan kesempatan bagi peserta dan kelompok untuk memilih jawaban iman. Bagi yang belum biasa dengan proses ini, tidak gampang untuk mengambil keputusan praksis untuk tidnakan masa depan. Kita cenderung untuk membuat pernyataan-pernyataan : "Orang harus menyadari bahwa ......" atau Gereja harus ......." yang hanya teori-teori belaka, keputusan untuk orang lain dan bukan untuk diri kita. Yang diharapkan dalam langkah ini adalah orang berkata : "Saya akan membuat ......" atau "Bagiku hal itu berarti ......". Putusan untuk tindakan masa depan di sini dapat berarti kegiatan yang nampak ataupun suatu pengungkapan kesadaran baru, pengertian, perasaan, harapan dan seterusnya, atau dapat juga keputusan untuk mengadakan refleksi lebih lanjut ataupun usaha untuk mencari kejelasan.
Langkah kelima ini sangat penting bila kita ingin agar katekese kita membuahkan praksis Kristen. Iman kristen adalah suatu cara hidup di dunia ini, suatu penghayatan dan bukan teori, maka katekese seyogyanya mengajak orang untuk mengambil keputusan.
Tanda khas bahwa kita seorang pendidik tulen adalah kemampuan untuk membimbing peserta keluar, bukan hanya ke tempat kita, tapi juga ke tempat-tempat baru yang mungkin kita sendiripun belum menempuhnya. Katekis adalah pelajar dan pembimbing, dan dalam hal perjalanan iman, kita semua adalah saudara dan saudari seperjalanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...