Jumat, 30 April 2010

APA YANG PERLU DIPERBAIKI DALAM PROSES KATEKESE?

Saya tergelitik dengan pertanyaan Tim Katolisitas.org (Bpk. Stefanus dan Ibu Inggrid) yang mempertanyakan: APA YANG HARUS DIPERBAIKI DALAM PROSES KATEKESE? Yang mengakibatkan banyak anggota Gereja “menyeberang” atau meninggalkan Gereja. Ada 2 komentar yang menurut saya jawabannya essensial dari Georgius dan Julius Paulo, sebagai berikut:

georgius says:

Syallom…..
Hal ini sudah lama menjadi beban pikiran saya pak stef, apalagi ketika saya mengikuti prosesnya secara langsung ketika saya mau menikah….
Ada beberapa hal yang menjadi ganjalan saya, DAN INI ADALAH MASALAH nya :


1. Umat mengikuti Kursus Perkawinan (selanjutnya akan saya singkat KP) hanya untuk formalitas saja. Ikut dengan ogah-ogahan.
2. Petugas yang memberikan materi tidak mempersiapkan dengan baik, hal ini mungkin karena pekerjaan tersebut merupakan rutinitas atau mungkin mereka juga berpikir seperti pesertanya, hanya untuk formalitas belaka. Parahnya lagi, kadang mereka tidak menguasai dengan baik materinya, jadi ada kesan asal jawab saja. Dan yang makin parah, materi yang harusnya diberikan oleh Pastur, karena Pastur berhalangan, diisi oleh kaum awam yang tidak punya back ground yang sama, jadi “kurang” menguasai materi. Saat ada pertanyaan, jawabannya adalah… nanti saya tanyakan ke Pastur dulu…, trus kapan menjawabnya???? kalau orang jawa bilang, benar2 cilaka dua belas…. hehehehe…
3. Umat yang terpilih menjadi pembantu Pastur(diakon, ketua lingkungan, dewan paroki), umumnya “gila hormat” dan egonya semakin menjadi-jadi, kurang mau menerima saran maupun masukan dari sesama umat apalagi melayani, (mungkin mereka lupa ajaran Tuhan Yesus yang membasuh para kaki murid-muridNya). Mereka tidak peduli dengan KP. Hati ini rasanya kheki dan sedihhh banget….
Apa yang terjadi, kita sedang mengalami stagnasi atau bahkan kemunduran IMAN… (maaf, saya berbicara untuk wilayah Kalimantan, karena saat ini saya tinggal di Kalimantan pak Stef). Sangat mengkuatirkan.
Kalau kita perduli, maka kita harus mulai dari sekarang. Dari mana? ya, betul, DARI proses KATEKESE nya (KP). Karena dari KP ini akan membawa pengaruh kemana-mana… ya ke keluarga, ke lingkungan, ke Gereja, dan ke masyarakat umum.
 

Kalau boleh SARAN :
GEREJA “HARUS” menyadari dan mau mengembalikan suasana MISTIC/ MISTIS nya PERKAWINAN.. bukan di teori saja, bukan di kotbah saja, tapi terlibat langsung. Karena perkawinan adalah salah satu dari 7 Sakramen, tanda kehadiran Tuhan. Umat disadarkan bahwa PERKAWINAN di GEREJA (PEMBERKATAN) adalah sesuatu YANG SANGAT (1000X) PENTING !!!!!! menyangkut KESELAMATAN.
Selama ini kita lebih terfokus ke RESEPSI nya, dan dibuat meriah (dan “gereja” pun terlena), mengapa tidak kita balik pemikiran kita yang salah???? harusnya : PEMBERKATAN di GEREJA dibuat MERIAH. Dengan cara, UMAT diundang sebanyak mungkin, Hiasannya dibuat lebih hidup, kalau perlu ada FOTO mempelai, lagu-lagu sudah dipersiapkan dengan baik oleh team koor yang benar-benar siap.
 

SOLUSI nya bagaimana ???????
Ya, KP nya dibuat agar :
1. umat/ peserta mengerti dan memahami betul hakekat perkawinan menurut ajaran Gereja Katolik. (tidak text book)
2. umat/ peserta mengerti dan memahami betul, nantinya realitas (tujuan dan cara menjalaninya) dari perkawinan itu seperti apa (siap dengan segala resikonya).
3. umat/ peserta mengerti dan memahami apa itu KELUARGA, baik dari sisi gereja dan REALITA-NYA.
4. umat/ peserta mengerti dan memahami cara-cara mendidik dan mengarahkan anak (tidak hanya dengan teori) dengan ajaran CINTA KASIH.
5. umat/ peserta bisa belajar terbuka, mau mendengarkan dan didengarkan, menerima saudara lain dengan tulus dan apa adanya. (menyeimbangkan EGO).
JADI TUGAS KITA MEMBUAT PESERTA KP MERASA RUGI KALAU TIDAK HADIR DALAM SETIAP MATERI.
 

METODE nya :
1. Penyampaian materi disiapkan oleh TEAM, pada tiap sesi berlangsung seluruh TEAM harus hadir dan terlibat. Tiap angkatan, ANGGOTA team bisa berganti-ganti (sebagai PELATIHAN juga).
2. Penyampaian materi harus semenarik mungkin, kalau perlu dengan atau diselingi permainan (anggota Team juga bisa terlibat).
3. Peserta dibuat AKRAB, mengenal dengan dekat antara satu dengan yang lain, juga dengan anggota team.
4. SELURUH PESERTA dan TEAM akan menjadi PANITIA untuk acara Perkawinan/ Pemberkatan di GEREJA pada saat ada peserta yang akan melangsungkan perkawinan. Nantinya yang sudah menikah juga menjadi panitia untuk ANGGOTA yang lain. Jadi peserta menjadi seperti keluarga besar. Jika perlu ada penggalangan dana (yang tidak mampu pun dapat ikut menikmati suasana PEMBERKATAN yang meriah).
5. Peserta dikenalkan dengan kegiatan-kegiatan/ kelompok-kelompok yang ada di gereja… sehingga pada saat mereka sudah menjadi KELUARGA, mereka tahu harus AKTIF atau bergabung di kelompok mana. Dan Gereja akan menjadi RUMAH KEDUA bagi umatnya.
DENGAN DEMIKIAN GEREJA DAPAT MENGETAHUI TALENTA MASING2 UMAT, UNTUK DISALURKAN, DIKEMBANGKAN DAN DIGUNAKAN UNTUK KEPENTINGAN BERSAMA, SEHINGGA SEMUA AKAN BERTUMBUH.
DARI KEGIATAN DIATAS, KALAU DIJALANKAN DENGAN BENAR KITA DAPAT MEMBAYANGKAN PENGARUHNYA SEPERTI APA. UMAT BISA SALING TOLONG MENOLONG…KEGIATAN APAPUN AKAN DAPAT TERLAKSANA DENGAN BAIK.
COBA KITA BAYANGKAN JUGA SAAT JEMAAT MULA-MULA TERBENTUK… PASTI INDAH SEKALI…
INTI dari SEMUANYA adalah CINTA KASIH.
YA.. CINTA KASIH.
CATATAN TAMBAHAN :
* JIKA KITA INGIN MERUBAH/MENGUBAH SESUATU, MAKA PERTAMA-TAMA YANG HARUS BERUBAH ADALAH DIRI KITA (CARA BERPIKIR DAN BERTINDAK KITA).
PERAN SUAMI DAN ISTRI :
Kejadian 2:18
Tuhan Allah berfirman : “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”
Laki-laki diciptakan lebih kuat, dan punya logika lebih KUAT, oleh sebab itu dia harus menjadi PELINDUNG dan PENUNTUN bagi ISTRI dan KELUARGAnya. Sehingga istri dan anak-anaknya merasa aman, nyaman dan tentram.
Wanita diciptakan lebih TAHAN(sabar) dan BERPERASAAN KUAT, oleh sebab itu dia akan menjadi PENOLONG/ PENYELAMAT bagi SUAMI dan KELUARGAnya.
Jika suami dapat menjalankan perannya dengan semestinya, maka ISTRI pun akan dapat menjalankan perannya dengan baik, yaitu akan menjadi PENOLONG/ penyelamat bagi SUAMI dan keluarganya. AMIN.
Markus 10:9
“Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidah boleh dicerakan manusia.”
Semoga ini dapat menjadi WACANA baru.
Tuhan Yesus memberkati.
Georgius dan keluarga.

Julius Paulo says:
Apa yang harus diperbaiki dalam proses katekese?
 

Aku termasuk satu dari sekian umat Katolik yang prihatin dengan keadaan katekese pada calon baptis. Adanya fenomena indifferentist yang meluas, keluar Gereja dan masuk ke jemaat non-Katolik, hingga menjual iman, semua ini tentu dapat dirunut berakar pada proses katekese yang buruk. Mohon maaf jika aku menyinggung diluar topik perihal gerakan Karismatik dalam Gereja Katolik. Gerakan ini memang tidak dapat dipungkiri berasal dari sekte evangelis / Pentakostal, bukan dari Gereja sendiri. Kini gerakan ini cukup merambah populer di kota-kota besar seperti Jakarta dan membawa beberapa buah positif juga dalam hidup beriman. Tetapi karena proses katekese yang sangat jelek terutama pada para pengajar dalam gerakan tersebut, maka gerakan ini yang masih belum sepenuhnya murni berimankan Katolik, juga menyumbangkan pembentukan sikap indifferentist pada sementara pengikutnya. Padahal ditinjau dari semangatnya, gerakan ini jika memiliki kekuatan katekese yang benar sekaligus pemahaman akan Liturgi yang benar pula dapat menjadi garis depan dalam katekese serta penopang kekuatan Gereja saat ini. Sekali lagi, yaitu berakar dari proses katekese yang buruk.
Masukan dariku mengenai perihal katekese, terdapat beberapa pokok elemen yang harus ditinjau; yaitu segi pengajar, materi, dan peserta didik.
 

1. Segi Pengajar
Sudah tentu pengajar haruslah menguasai materi secara baik, dan tentunya juga semua ini didasarkan pada peminatan. Materi katekisasi tentu haruslah bersumber dari Katekismus Gereja Katolik dan segala dokumen Gereja. Tetapi materi ini begitu luas, maka hendaknya dihimpun para pengajar yang menguasai pada bidang-bidang tertentu tersebut. Hal lain yang perlu ditinjau adalah keselarasan paham dengan ajaran Gereja. Sudah barang tentu kita tidak mengharapkan hadirnya katekis yang mengajarkan sesat, heretik, yang bertentangan dengan ajaran Gereja. Terutama yang mengakui adanya Keselamatan di Luar Gereja atau Kontra Extra Ecclesiam Nulla Salus (Kontra EENS). Maka mungkin akan lebih jika pada level Tahta Suci dari segala Kongregasi semisal Congregatio Doctrina Fidei, Congregatio de Cultu Divino et Discplina Sacramentorum (Kongregasi Ibadat dan Tata-tertib Sakramen), dan lain sebagainya bisa memberikan sebuah butir-butir kompetensi para pengajar sekaligus sertifikasi untuk memastikan pengajar tersebut tidak mengajarkan yang bertentangan dengan iman dan otomatis, Katekismus.
 

2. Segi Materi
Materi bisa dimulai dari;
• Proses pengenalan Allah
Yaitu alasan-alasan mengapa sebagai umat beriman harus percaya akan adanya Allah. Bagaimana Allah menyongsong manusia dan manusia menanggapi segenap sapaanNya. Tak kalah penting lagi ialah pada misteri penyelamatan dalam penyelenggaraan Ilahi yang bertahap hingga menuju kesempurnaannya. Hal ini harus diberikan, karena untuk menangkal bahaya atheisme sebagai buah rasionalisme dan tentunya juga, filsafat modernisme di era modern dan sains saat ini. Juga katekese sebagai langkah penerimaan baptisan, sudah barang tentu harus menerima tanpa keraguan akan Allah, sebagai asal dan tujuan semuanya.
• Wahyu Ilahi
Yaitu proses pewahyuan Ilahi, di sini ditekankan adanya Tradisi dan Kitab Suci sebagai sumber iman Katolik. Mempelajari beberapa dokumen-dokumen penting konsili dari abad permulaan, hingga yang termutakhir yaitu Konsili Vatikan II secara garis besar dengan penekanan doktriner. Lebih lanjut baru akan melangkah pada sifat-sifat Gereja, yang harus dijelaskan perlahan satu demi satu akan keempat sifat Gereja. Juga menyadarkan akan pentingnya sebagai umat Katolik secara kritis membaca dan mempelajari surat Ensiklik, Surat Gembala Keuskupan, juga hasil-hasil Sinode para Uskup sebagai bagian dari pengajaran Magisterium yang di dalamnya terdapat ajaran-ajaran moral dan sosial Gereja.
• Gereja
Di sini dijelaskan tentang sifat Gereja yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik, keempat sifat tak terpisahkan. Adanya ritus-ritus di luar ritus Romawi yang ada dalam kesatuan penuh dengan Gereja Katolik. Dalam bab ini akan ditekankan tradisi Apostolik Gereja, wewenang secara hirarkis, dsb.
• Misteri Keselamatan
Pada bab ini dijelaskan karya keselamatan oleh Yesus Kristus, karya penebusan dosa. Misteri sengsara, wafat dan kebangkitan sebagai sumber iman Kristen.
• Tujuh Sakramen
Penjelasan secara jelas arti sakramen, pentingnya sebagai sarana keselamatan satu per satu, di dalamnya terdapat Sakramen Perkawinan, suatu bab yang akan dijelaskan secara khusus. Dosa berat dan dosa ringan, perannya dalam keselamatan, harus dijelaskan secara lugas. Hendaknya katekisasi janganlah mengajarkan hal-hal profan yang terjebak dalam ranah humanisme praktis seperti lingkungan hidup, dsb. Sebab seluruh penderitaan, bahkan kerusakan lingkungan hidup, semua itu adalah akibat dosa. Jika umat sudah menyadari pertama kali akan hal ini, sudah barang tentu dengan sendirinya akan mencari dan berperan dalam pelestarian lingkungan hidup. Jadi Gereja sekali lagi kembali pada hakikatnya sebagai sarana dan pewartaan keselamatan kekal, menuju kemuliaan surgawi Allah sebagai tujuan akhir penyelenggaraan Ilahi sebagaimana dijanjikan pertama kali sejak manusia pertama jatuh ke dalam dosa. Bukan sebaliknya mengesampingkan peran utama tersebut dengan mengambil peran-peran duniawi yang hanya bersifat temporer belaka. Maka dari itu sungguh amat menggelikan jika seorang anggota Gereja lebih berat dengan kegiatan sosial jika di saat yang sama adalah jadwalnya memberikan pengajaran katekisasi, sebab sudah menjadi tugasnyalah menggembalakan domba-dombanya bersama jajaran hirarkis menuju tanah surgawi dengan pemahaman perintah-perintah Allah yang tertuang dalam doktrin Gereja, bukan meninggalkan atau membawa kawanan domba tersebut berjalan-jalan mengelilingi padang rumput duniawi yang akan tiada juga pada akhirnya. Misi sosial hendaknya tidak mengesampingkan segi-segi doktriner iman Kristiani, melainkan harus bersumber padanya.
• Liturgi
Penjelasan perihal liturgi, arti dan makna setiap bagian dalam liturgi Ekaristi sekaligus sosialisasi norma-norma liturgi yang benar dari pokok-pokok PUMR (Pedoman Umum Missale Romawi). Hal ini penting mengingat banyaknya kebobrokan pelaksanaan liturgi Ekaristi yang sangat memprihatinkan karena minimnya pengetahuan umat akan liturgi, atau menganggap liturgi adalah sebuah rutinitas kaku dan kuno belaka.
• Syahadat dan Doa
Rumusan syahadat Nicea-Konstantinopel dijelaskan satu per satu, sebagai keseluruhan doktrin dan iman, dengan demikian para calon baptis siap menerima baptisannya secara penuh makna.
• Ujian Kompetensi
Seluruh materi yang telah diajarkan hendaknya dijadikan menjadi ujian tertulis dan lisan bagi para calon baptis agar menjadi umat Katolik yang berkualitas, tidak hanya mengejar kuantitas. Ujian ini tentu haruslah bersifat mutlak bagi calon baptis usia pelajar terutama pelajar. Sedangkan kelompok lain yang dianggap kurang memenuhi syarat untuk ujian tertulis dapat digantikan dengan cara lain yang secara bijak dapat dianggap sepadan dan pantas.
 

3. Peserta Didik
Hendaknya peserta didik digolongkan berdasarkan usia dan pendidikan, sehingga pemberian materi dapat disesuaikan caranya, dan penyampaiannya.
Sekian masukan dari saya perihal proses katekisasi. Mari kita wujudkan umat katolik yang “katekis”, tidak hanya sebatas identitas KTP saja, tetapi identitas yang sesungguhnya.
Pax Christe
Julius Paulo

(diambil dari www.katolisitas.org)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...