Senin, 28 Juni 2010

TEMA XXIII : SAKRAMEN EKARISTI

Pertemuan 23 Katekese Lansia :
TEMA : SAKRAMEN EKARISTI

Referensi biblis :
1Kor 11:23-32 ; Yoh 6:25-58

Pokok-pokok Iman :

- Dalam sakramen-sakramen inisiasi (sakramen yang meng-inisiasikan/mengidentifikasi seseorang menjadi seorang Katolik sepenuhnya) selain Sakramen Baptis = kelahiran baru dan Sakramen Penguatan/Krisma = pertumbuhan/pendewasaan, Tuhan Yesus menganugrahkan rahmat terbesar berupa Sakramen EKARISTI.

- Ekaristi berasal dari kata ‘eucharistein‘ yang artinya syukur atau ucapan terima kasih kepada Allah. Ekaristi adalah kurban pujian dan syukur kepada Allah Bapa atas segala kebaikan-Nya sejak penciptaan, penebusan oleh Kristus, dan pengudusan. Oleh karena itu kalau kita ke gereja dan menerima sakramen ekaristi maka tujuan utama adalah SYUKUR kepada Tuhan.



Beberapa sebutan yang menjelaskan arti sakramen Ekaristi, diantaranya :

 Perjamuan Tuhan, karena perayaan ini memperingati perjamuan malam terakhir yang diadakan oleh Kristus bersama dengan murid-murid-Nya.

 Misteri Paskah: kenangan akan kesengsaraan dan kebangkitan Tuhan, karena dalam sakramen ini, dikenang dan diperingati pengorbanan Yesus yang menyerahkan seluruh hidupNya dengan mati di kayu salib untuk menebus dan menyelamatkan umat manusia, sekaligus kemenanganNya atas maut dengan bangkit dari kematian, yang dengan itu memperbarui seluruh hidup manusia. Dalam Ekaristi, Misteri Paskah dihadirkan dalam kehidupan Gereja, dengan melibatkan seluruh umat beriman.

 Kurban kudus, karena menghadirkan kurban tunggal Kristus, penebus dan mencakup pula korban dan penyerahan diri bagi pengudusan Gereja di hadapan Allah

 Komuni kudus, karena di dalam sakramen ini kita menerima Yesus Kristus sendiri dan dengan demikian kita menyatukan diri dengan Kristus, yang mengundang kita mengambil bagian di dalam Tubuh dan Darah-Nya, untuk iktu mengambil bagian dalam penderitaan, pengorbanan dan tugas perutusan Yesus di dunia: membawa keselamatan pada sesama.

 Misa kudus, karena berakhir dengan pengutusan umat beriman (missio) supaya mereka melaksanakan kehendak Allah dalam kehidupan sehari-hari, yaitu untuk mengasihi sesama: "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi " (Yoh 13:34-35). Kasih di sini adalah kasih yang ‘memberikan diri’, terutama kepada yang miskin dan menderita. Ekaristi sebagai sakramen kasih memberikan rahmat yang memampukan kita untuk memberikan hidup kita untuk mengasihi sesama, karena kasih kita kepada Tuhan. Karena itu Sakramen ini juga disebut Sakramen Kasih.

 Sakramen surgawi, karena dalam sakramen ini misteri kebangkitan dan kemuliaan kita: umat beriman, telah diantisipasi. Dalam Sakramen ini, umat beriman bersatu erat dengan Tuhan, dengan menerima (makan) Tubuh dan farah Tuhan Yesus. Makanan surgawi ini mempersiapkan kita untuk masuk dalam kemuliaan surgawi, karena di dalamnya kehidupan dan kemuliaan kita diperbaharui terus menerus, sehingga kita pada masanya nanti siap untuk masuk dalam kemuliaan surgawi menyatukan diri secara utuh dan definitif dengan Tuhan.

- Ekaristi adalah sumber dan puncak kehidupan Kristiani karena di dalamnya terkandung seluruh kekayaan rohani Gereja, yaitu Yesus sendiri. Pada perjamuan terakhir sebelum sengsara-Nya, Yesus menetapkan Ekaristi sebagai tanda kenangan yang dipercayakanNya kepada GEREJA (kita semua). Dalam perjamuan itu, Yesus memberikan Tubuh dan DarahNya sebagai santapan bagi murid-muridNya, agar Yesus dan para muridnya dapat menjadi satu kesatuan tak terpisahkan.

- Ekaristi mempersatukan daya upaya dan penderitaan kita dengan kurban Yesus. Dalam berkarya bagi sesama, kita diajak untuk beriman lebih dalam, Allah ingin bersatu dengan kita. Jika kita menanggapinya dan menerima persatuan dengan Allah sebagai kebahagiaan kita, maka penderitaan atau kesenangan dalam karya dan pelayanan tidak menjadi masalah bagi kita. Ekaristi mengingatkan kita bahwa tidak ada Keselamatan jika tidak ada Salib; dan dalam Ekaristi, kita dipersatukan dengan Kristus dan ikut ambil bagian di dalam penderitaan-Nya agar dapat pula mengambil bagian di dalam kemuliaan kebangkitan-Nya

- Ekaristi membawa pada pertobatan yang terus menerus. Kita tidak dapat bersatu dengan Tuhan yang kudus, jika kita tetap tinggal di dalam dosa. Sakramen Ekaristi tidak secara langsung menghapuskan dosa-dosa berat, namun Ekaristi secara tidak langsung menyumbangkan pengampunan atas dosa-dosa tersebut. Melalui Ekaristi, Tuhan memberikan rahmat pada kita agar kita sungguh-sungguh bertobat, membenci dosa kita, dan hidup dalam pertobatan yang terus-menerus. Dengan menerima Sakramen Ekaristi, dosa-dosa kecil kita terhapuskan.

- Dengan menerima Ekaristi, kita dipersatukan dengan Kristus, Tuhan tidak saja hanya hadir, tetapi TINGGAL di dalam kita. “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5). Kita harus tinggal di dalam Kristus dan Gereja-Nya, supaya kita dapat berbuah: buah-buah Roh, yaitu: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. (Gal 5: 22-23). Dengan menerima Sakramen ini, kita makin hari semakin disempurnakan dalam hidup sebagai umat beriman untuk semakin menyerupai Yesus: “Hendaklah kamu sempurna, seperti Allah sempurna adanya.” (Mat 5 : 48)

- Gereja Katolik mengajarkan bahwa Yesus Kristus sungguh hadir, real dan substansial, di dalam Ekaristi, yaitu Tubuh, Darah, Jiwa dan ke-Allahan-Nya di dalam rupa roti dan anggur. Pada saat imam selesai mengucapkan doa konsekrasi - “Inilah Tubuh-Ku” dan “Inilah darah-Ku”, Tuhan secara ajaib mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah-Nya. Kejadian ini disebut sebagai “transubstansi“, yang mengakibatkan substansi (hakekat) dari roti dan anggur berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Jadi yang tinggal hanyalah rupa roti dan anggur, tetapi substansi roti dan anggur sudah lenyap, digantikan dengan kehadiran Yesus.

- Yesus hadir seutuhnya di dalam roti itu, bahkan sampai di partikel yang terkecil dan di dalam setiap tetes anggur. Pemecahan roti bukan berarti pemecahan Kristus, sebab kehadiran Kristus utuh, tak berubah dan tak berkurang di dalam setiap partikel. Dengan demikian kita dapat menerima Kristus di dalam rupa roti saja, atau anggur saja, atau kedua bersama-sama. Dalam setiap hal ini, kita menerima Yesus yang utuh di dalam sakramen.

- Karena Yesus sungguh-sungguh hadir di dalam Ekaristi, maka kita memberi hormat di depan tabernakel dengan berlutut dan menundukkan diri. Itulah sebabnya Gereja memperlakukan Hosti Kudus dengan hormat, dan melakukan prosesi untuk menghormati Hosti suci yang disebut Sakramen Maha Kudus, dan mengadakan adorasi di hadapan-Nya dengan meriah.

- Kristus sendiri yang mengundang kita untuk menyambut Dia dalam Ekaristi, karena itu kita harus mempersiapkan diri untuk saat yang agung dan kudus ini dengan melakukan pemeriksaan batin. Karena Ekaristi itu sungguh-sungguh Allah, maka kita tidak boleh menyambutNya dalam keadaan berdosa berat. Untuk menyambut-Nya dengan layak kita harus berada dalam keadaan berdamai dengan Allah. Jika kita sedang dalam keadaan berdosa berat, kita harus menerima pengampunan melalui Sakramen Tobat sebelum kita dapat menyambut Komuni Kudus

2 komentar:

  1. Ijin share di notes FB saya yahh....
    dicantumin sourcenya kog ;)

    BalasHapus
  2. Ytk. Yonny.
    Silahkan share, dan terima kasih trelah mencantumkan sumber dari Program Katekese.
    GBU.

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...